Ibarat
sebuah perang, maka pendidikan merupakan sebuah dapur tempat mencetak prajurit-prajurit
baru untuk diterjunkan ke medan perang. Pada dapur tersebut, prajurit-prajurit
dididik dengan sebaik – baiknya tentang strategi perang, cara menggunakan
senjata dan segala hal lain yang nantinya dapat membuat para prajurit siap
menghadapi musuh. Dengan demikian, dapat dilihat betapa pentingnya arti
pendidikan bagi keberlangsungan suatu negara. Namun, bagaimana jika ternyata
dapur tersebut tidak berfungsi dengan baik? Mungkinkah akan tetap ada prajurit
- prajurit unggul yang akan mampu berjuang di medan perang? Masihkan optimisme
kemenangan ada di tangan?
Celakanya,
menurut pengamatan saya, Indonesia berada pada kondisi dimana 'dapur'-nya tidak
berfungsi dengan baik. Walaupun mungkin pemahaman saya tentang sistem
pendidikan yang baik masih terlalu dangkal untuk digunakan menilai pendidikan
Indonesia. Tetapi, bukankah lebih baik demikian karena itu berarti Anda
terlepas dari indikator - indikator teoretis yang terkadang utopis?
Pendidikan,
harus mampu mendampingi siswanya dalam menjalani masa tumbuh kembang serta
menemani mereka menghadapi dunia. Ketika kita berbicara tentang masa tumbuh
kembang dan dunia yang dihadapi, maka kita tidak lagi berbicara dalam konteks
siswa dan kepintaran dirinya. Namun, disini kita dipaksa untuk bermain-main
pada area kehidupan yang lebih luas, yang memaksa siswa untuk dapat respek
terhadap orang di sekitarnya, peduli terhadap lingkungannya, siap menerima caci
dan puji yang datang selalu tanpa undangan.
Menyadari
hal tersebut, jelaslah disini terlihat bahwa pendidikan tidak bermain pada
hanya satu aspek dalam kehidupan siswanya. Tidak bermain di pinggir pantai
dengan ombak – ombak rendah tenaga. Tidak bermain pada api lilin dengan goyang
temaram. Ya, karena pendidikan bermain pada seluruh aspek kehidupan, tidak pada
pantai namun pada laut itu sendiri, tidak pada api lilin namun pada merahnya
bara yang mengapi. Sehingga pintar saja dirasa tidak cukup untuk menghadapi
dunia, butuh kecerdasan baik secara akademis, spiritual maupun emosional. Oleh
karena itu disinilah pentingnya pendidikan berkarakter. Dimana pendidikan bukan
hanya sebagai ajang tanam nilai-nilai akademis, namun juga nilai-nilai
kehidupan. Karena itu lah yang membedakan manusia dengan hewan sirkus yang ada
di pentas-pentas. Karena melalui pendidikan, kita terdidik bukan terdikte.
--
tanpa editan apapun, dibuat untuk memenuhi salah satu rangkaian seleksi pengajar GUIM.
sangat-sangat tidak maksimal essay-nya. substansi dan konklusinya kabur.
maklum baru ngerjain 20 menitan sebelum deadline. ini juga dengan memodifikasi
essay yang udah ada. hahaha *tawamiris
walaupun begitu tapi semoga ya. #semoga