Dienstag, 30. November 2010

numpang-ngeblog-di-sekolah

oke, udah lama gak ngeblog akhirnya bisa juga. walaupun postingan kali ini super gak penting. emm, actually, too much things i wanna share with you. but, you know. days are getting shorter. errrr, no. not the days. but the things-i-have-to-do take my whole day.

Samstag, 25. September 2010

Untuk yang Merasa

Untuk sepaket sel dan organ bernama tubuh, yang berisi tulang, tempat si daging menggantungkan hidupnya.
Untuk satu jenis makhluk hidup bernama Homo sapiens, yang hidup di bumi, yang paling sempurna keadaannya.
Untuk salah satu makhluk sosial bernama manusia, yang takkan pernah bisa hidup tanpa orang lain di dunia.
Untuk lawan dari jenis perempuan bernama laki-laki, yang katanya jauh lebih kuat dari lawan jenisnya, walau menurutku sama saja.
Untuk dia yang terlalu lama berdiam di hati, meski telah kuusir berkali-kali.
Berhentilah untuk mengisi setiap dendrit yang ada di otakku.
Sungguh, kau benar-benar mengacaukan tatanan kehidupanku.

Freitag, 24. September 2010

untitled

Aku merasa tak punya harga
Setidaknya di mata awas orang-orang yang menjadi saksi kebisuanku
Setidaknya setelah dia menodongkan jari telunjuknya pada mukaku
Menyatakan ketidaksukaannya padaku
Atas kontraku terhadap keyakinan, kepercayaan, pemikiran, dan................pendapatnya

Aneh,
Dia bilang cinta damai. Tapi lagaknya tidak santai.
Bahkan untuk hal kecil seperti pendapat, dia merasa hebat.
Padahal jelas-jelas bersifat relatif.
Yaa, mungkin dia yang terlalu ekspresif.

Mittwoch, 22. September 2010

Sedikit Beda

Kamu bilang kita tidak sama.
Makanya kita tidak boleh berteman.
Ah, aku tidak percaya!
Kamu bilang kita punya banyak perbedaan.
Ah, aku tidak percaya!
Paling-paling, perbedaan kita cuma hobi.
Kamu hobi main basket, aku hobi main bekel.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tinggi badan.
Kamu 169 cm, aku 163 cm.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kesukaan.
Kamu suka abu-abu, aku suka merah jambu.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kulit.
Aku sawo matang, kamu sedikit agak terang.
Paling-paling, perbedaan kita cuma artis idola.
Kamu mengidolakan Andhika Pratama, aku Dorce Gamalama.
Paling-paling, perbedaan kita cuma band favorit.
Aku suka Hijau Daun, kamu suka Green Day.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat makan.
Kamu makan di restoran, aku di warteg.
Paling-paling, perbedaan kita cuma merek sepatu.
Kamu Converse, aku Cibaduyut.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat nongkrong.
Kamu Citos, aku Cimol.
Paling-paling, perbedaan kita cuma makanan kesukaan.
Kamu suka sushi, aku sambel terasi.
Paling-paling, paling-paling, paling-paling...
Dan aku telah membuktikan bahwa kita tidak (terlalu banyak) berbeda.
Buktinya aku mampu menyebutkan setiap perbedaan yang ada.
Karena kita hanya sedikit beda.


*maaf ya, kalo agak aneh tulisannya. intinya sih gue pengen bilang, selama kita selalu ngeliat orang lain beda sama kita, tidak setara dengan kita, derajatnya jauh di bawah kita, maka selama itu pula kita akan melihat segala macam perbedaan tersebut sebagai sebuah batas antara kita dengan teman kita itu untuk tidak bersahabat. Makanya, kenapa kita gak mencoba untuk menggeser sedikit saja sudut pandang kita dari seseorang? Sehingga kita juga bisa ngeliat persamaan-persamaan yang yang ada di diri teman kita dengan diri kita. Selain itu, kita juga bisa lebih menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di diri orang lain. Lagian perbedaan itu indah lagi. Buktinya, apa kerennya Indonesia nanti kalo bentuk pulaunya sama semua? Apa cakepnya warna pelangi kalo isinya cuma satu warna?

Dienstag, 21. September 2010

Aku Ingin Seperti Debu

Aku ingin seperti debu,
yang lihai menjadi pengganggu.

Jangan tanya mengapa!
Karena aku hanya ingin seperti debu,
yang pandai membuatku seperti babu.

Sekali lagi jangan tanya mengapa!
Karena aku hanya ingin seperti debu,
yang mahir membuat hariku kelabu.

Untuk kesekian kalinya, jangan tanya mengapa!
Karena aku hanya ingin seperti debu.
Terbang. Melayang. Hinggap sekejap.
Ditiup angin, terbang lagi, melayang lagi, hinggap sekejap lagi.
Tapi kali ini berbeda, karena si debu meninggalkan noda.

Mittwoch, 15. September 2010

Masih Nasionalisme

Menyambung postingan gue sebelumnya, gue jadi mikir. Apa iya, kita udah bisa dibilang punya rasa nasionalisme ketika kita rajin ikut upacara bendera, selalu bisa ngangkat tangan dengan benar setiap kali si pemimpin upacara nyuruh kita hormat ke bendera dan selalu menundukkan kepala setiap lagu Mengheningkan Cipta dinyanyiin, atau ketika kita ikut ekskul Paskibra di sekolahan, ketika kita suka nonton film - film jaman dulu yang isinya tentang perang-perang ngelawan penjajah, ketika kita suka pake baju yang ada gambar Garuda-nya, atau baju yang made in Indonesia, apa dengan begitu kita udah bisa dibilang punya rasa nasionalisme??


Gue rasa nggak deh. Menurut gue, beberapa hal yang gue sebutin tadi itu, cuma contoh hal-hal yang dilakukan kita atau orang-orang di sekitar kita, baik secara sadar maupun gak sadar, untuk menimbulkan rasa nasionalisme. sedangkan ada nggaknya rasa nasionalisme itu sendiri, atau seberapa besar rasa nasionalisme itu, gak akan pernah bisa terukur sampai kita mengalami kejadian beresiko tinggi, dimana jika kita berfikir menggunakan akal sehat, Indonesia menjadi pilihan terakhir yan akan kita pilih, diantara alternatif lain. Nahlo, bingung deh lo. Gua juga bingung ini.

Hemmmmm, contohnya, kayak waktu gue nonton Kick Andy pas ngebahas soal lepasnya TimorTimor dari Indonesia. disana ada Ibu-ibu yang akhirnya tetap memilih untuk jadi bagian dari ratusan juta penduduk Indonesia, daripada pindah kewarganegaraan. Padahal dia tau kalo kehidupannya akan jauh lebih baik kalo dia pindah jadi warga Timortimor. Menurut gue, inilah rasa Nasionalisme yang sebenarnya. Tanpa imbalan atau iming-iming apapun. Cuma bermodalkan rasa cinta tanah air, si Ibu rela mengorbankan masadepannya dan anak-anaknya. Salut gue.

Mittwoch, 18. August 2010

17 Agustus yang ke Seratus

Selamat mengulang hari proklamasi Indonesiaku ;)

Jadi, buat kalian yang belum tau (ada gitu orang yang gak tahu hari lahir negaranya sediri?!), dua hari yang lalu, tepatnya tanggal 17 Agustus 2010, Indonesia ulangtahun yang ke 65. Ternyata udah lansia yah negara kita ini. Berarti udah gak boleh capek-capek lagi, dan harusnya udah tinggal menikmati masa-masa tua nan indah. Tapi kayaknya, masih banyak masalah-masalah yang masih harus diurus sama negara setua negara kita ini ya (oke, kali ini gue lagi gak mau ngebahas masalah-masalah yang ada di Indonesia, ganti topik). Entah kenapa, gue ngerasa 17an taun ini tuh biasa banget. Nothing special. Bahkan gue sendiri lupa kalo kemaren itu tujuhbelasagustusan. Mungkin karena lagi bulan puasa kali ya, jadi gak dirayain heboh kayak biasa. Gak ada lomba makan kerupuk, gak ada lomba makan telor, gak ada lomba makan kelereng (?), gak ada pawai keliling kampung, gak ada panggung 'gembira' juga yang biasanya ada artis dangdut sok ngetop-nya, padahal mah orang se-RT juga belom tentu kenal dia semua.

Taaaapi, ditengah semua kehebohan yang ditinggalkan peminatnya itu, ada satu bentuk perayaan yang tetap dilakukan, yep. Upacara 17 Agustus. Gak cuma di Istana Negara, upacara 17an juga diadakan di kantor-kantor dan instansi pemerintah. Termasuk sekolah gue. Sayangnya, upacara di sekolah gue itu dadakan banget persiapannya. Latihan yang harusnya 2 minggu jadi 1 hari. Makanya gak berasa masa-masa latihannya. Gak ada rasa deg-degan karena udah H-sekian. Jadi gue gak nyadar deh kalo bentar lagi 17an. Untungnya, walaupun kita cuma latihan 1 hari, tapi (katanya) hasilnya gak kalah loh sama yang latihan berminggu-minggu.

Oke, karena pas hari H gue gak ikut upacara di sekolah karena ke kecamatan, gue jadi gak tau gimana suasana upacara di sekolah. Yang ternyata pas upacara pesertanya cuma setengah dari murid lebih dikit. Hal ini gue tau, pas besoknya bidang kesiswaan sekolah gue manggil murid-murid yang gak dateng upacara buat baris di lapangan. Dan pas dari balkon gue ngelongok dikit, ada banyak men yang gak dateng. Hampir penuh itu lapangan di sekolah gue. Terlepas dari semua alasan ketidakhadiran mereka yang beraneka ragam bunyinya, terlepas dari posisi gue sebagai anggota Paskibra 28, gue sedih ngeliatnya. Miris.

Masalahnya, ini ulangtahun negara kita gitu. Gak mau apa mereka jadi bagian dari perayaan kecil-kecilan itu?! Ulangtaun mereka aja maunya dirayain, masa ulangtaun negara kita sendiri mereka biarin gitu aja?!

Gue jadi inget, pas kemaren temen gue yang jelas-jelas bukan Paskib, bilang, "ih, apa banget sih mereka tuh pada gak dateng. Gak ada rasa nasionalismenya banget sih?!'' (temen gue loh yang ngomong, bukan gue)

heem, maaf ya kalo ada pihak yang merasa disinggung-singgung, tapi bener juga tuh kata temen gue. Dimana rasa nasionalisme kaliaaaaaaann? Belom juga 17 Agustus yang keseratus, tapi rasa nasionalisme udah hampir terhapus -___-

Montag, 16. August 2010

Dirgahayu Paskibra 28!


Tertegun akan keagungan pesonanya

Terpaku ketika menyadari filosofi yang terkandung di dalamnya

Maka kami setia mengantarnya

Berbaris rapi mengiringinya

Mengangkat tangan tanda hormat padanya

Hingga kumandang lagu itu sampai pada bait terakhirnya.




Maka, selama sang putih masih setia mendampingi sang merah,

selama keberanian masih berasaskan kesucian,

maka kami akan selalu ada pada baris terdepan,

entah sampai kapan.

DIRGAHAYU PASKIBRA 28 JAKARTA

Salam Paskibra Merdeka!




16 Agustus 2010

Mittwoch, 11. August 2010

Kadang kritik hanya menggelitik, bukan membuat bangkit



Hai guys! (tampang sok asik) So, it is my second writing. hahah yang sabar ya bacanya. Semoga gak bikin mual. Amiiiin
Oke, jadi beberapa minggu yang lalu, lebih tepatnya waktu gue ikut GCC YouthCamp, gue ketemu sama mas ADITYAYOGA GARJITO. Wuih, tampangnya seniman banget men. Rambutnya gondrong ampe pinggang, mukanya kejawa-jawaan (jogja banget gitu), badannya padat berisi tapi gak begitu gemuk, kulitnya sawo mateng, yaa gitulah pokoknya. Keliatan kan dari fotonya. Eheh, orangnya yang kedua dari kiri loh, entar salah liat lagi.


Disana (GCC YouthCamp makudnya), dia jadi pembicara pas sesi 'Be Inspired': Big Things can be achieved by starting small. Tuh kan gue masih inget nama sesinya hahaha. Heeem dari namanya aja udah ketauan kan kira-kira materi apa yang mau beliau (cailah) bawakan. Yah, intinya sih memotivasi kita untuk melakukan perubahan yang dimulai dari hal kecil.


Oke, balik lagi ke Mas Adit. If you have seen someone wearing a t-shirt with graphics "I (Garuda) RI", you have to know that the maker of that graphics design is Mas Adit. Beh gaul kaaaaaaaaaann??? Selain itu, dia juga punya gerakan namanya 'Hiduplah Indonesia Raya'. Kata 'Hiduplah Indonesia Raya' sendiri diambil dari potongan lirik lagu kebangsaan kita, lagu Indonesia Raya. Kenapa namanya ituuuuuuuuu?? simpel aja jawabannya. Karena menurutnya, dia udah terlalu pusing dengerin orang-orang di sekitarnya yang cuma bisa mengkritik keadaan Indonesia, bukan malah langsung action untuk mencari solusi. Makanya dia pengen membangkikan rasa nasionalisme rakyat Indonesia lagi, dengan cara yaa itu tadi. Bikin kaos-kaos sama gerakan-gerakan yang mengingatkan kita sama Indonesia.



Dari hasil ngobrol-ngobrol gue sama beliau, gue berkesimpulan bahwa dia sangat sangat sangat kreatif. Yaa, bisa diliat kan dari idenya dia untuk bikin kaos itu, terus gerakan 'Hiduplah Indonesia Raya'-nya, dan kata dia, dalam waktu deket ini, dia bakal bikin acara, dimana dia dan temen-temennya yang lain akan membuatkan foto keluarga buat keluarga-keluarga yang kurang mampu. Kedengerannya simpel dan agak-agak gak penting ya. But, hey! Dont you realize something?! seberapa besar bergunanya (inget, berguna. bukan seberapa penting) foto keluarga itu? Mungkin bagi kita yang tinggal di daerah 'aman-aman aja' kayak di Jakarta, foto keluarga cuma sebagai penghias ruang tamu. Tapi tidak bagi mereka, keluarga - keluarga yang tinggal di daerah konflik, atau keluarga-keluarga yang sangat 'taat' sama Tuhannya, bahkan saking taatnya sampe-sampe mereka rela 'puasa' 24 jam sehari. Sehingga kematian karena kelaparan terasa biasa terjadi. Setidaknya foto keluarga bisa menjadi pengobat rindu buat mereka yang terpisah dengan anggota keluarganya karena perang misalnya.


Itulah kenapa gue bilang dia sangat3x kreatip. Karena dia berpikir cerdas. Daripada buang-buang energi untuk protes dan demo-demo gak jelas, mending langsung action, udah ketauan ada hasilnya. Dan dia juga gak mau buang energi untuk mikirin hal BESAR apa yang bisa bikin perubahan. Cukup dengan liat lingkungan sekitar, lakukan apa yang MUNGKIN kita lakukan, and then, just do it! Keren yak. Dan hasilnya pun di luar dugaan. Coba aja, siapa orang yang gak tau atau at least gak penah liat kaos I (Garuda) RI' itu??


Hem, selain karena pemikirannya yang cerdas, ide-idenya itu loh. Haah, sempet kepikiran gak sih lo sama hal-hal yang dia lakukan itu. Kadang kita mikirnya itu semua terlalu sepele buat menciptakan perubahan besar. Atau, bener juga tuh kata Mas Adit. Kita terlalu banyak menghabiskan waktu kita hanya untuk sekedar berkritik, protes, teriak-teriak gak jelas di depan gedung DPR, atau kalo udah bosen dan ngerasa aus, pindah ke Bundaran HI, yang banyak airnya jadi kalo aus tinggal mangap. Sehingga pikiran-pikiran kita selalu negatif. jadinya, kita gak bisa menciptakan hal-hal positif. Karena otak kita udah ketutup sama pikiran negatif kita tadi.


Oleh karena itu, hai teman-teman sejawat, seusia, segenerasi, sezaman, senegara, sebangsa, dan setanah air. Cukup sudah protes-protes dan demo-demo sana sini. itu semua cuma buang-buang energi dan duit. Kita udah tau kan kalo di negara kita kemiskinan dimana-mana, baik dari segi ilmu, moral, ekonomi, dll. Makanya, kita jangan ikut-ikutan nunjukkin kemiskinan kita sebagai rakyat Indonesia. Tunjukkan, bahwa dibalik segala kemiskinan kita, kita masih kaya. Kaya ide! Hidup Indonesia!

Montag, 9. August 2010

Blog baru euy

Yak, dan lagi-lagi gue melahirkan blog baru. Entah untuk yang keberapa kalinya. Tapi semoga saja usia blog ini gak semuda blog - blog gue yang terdahulu hahah

Dienstag, 30. November 2010

numpang-ngeblog-di-sekolah

oke, udah lama gak ngeblog akhirnya bisa juga. walaupun postingan kali ini super gak penting. emm, actually, too much things i wanna share with you. but, you know. days are getting shorter. errrr, no. not the days. but the things-i-have-to-do take my whole day.

Samstag, 25. September 2010

Untuk yang Merasa

Untuk sepaket sel dan organ bernama tubuh, yang berisi tulang, tempat si daging menggantungkan hidupnya.
Untuk satu jenis makhluk hidup bernama Homo sapiens, yang hidup di bumi, yang paling sempurna keadaannya.
Untuk salah satu makhluk sosial bernama manusia, yang takkan pernah bisa hidup tanpa orang lain di dunia.
Untuk lawan dari jenis perempuan bernama laki-laki, yang katanya jauh lebih kuat dari lawan jenisnya, walau menurutku sama saja.
Untuk dia yang terlalu lama berdiam di hati, meski telah kuusir berkali-kali.
Berhentilah untuk mengisi setiap dendrit yang ada di otakku.
Sungguh, kau benar-benar mengacaukan tatanan kehidupanku.

Freitag, 24. September 2010

untitled

Aku merasa tak punya harga
Setidaknya di mata awas orang-orang yang menjadi saksi kebisuanku
Setidaknya setelah dia menodongkan jari telunjuknya pada mukaku
Menyatakan ketidaksukaannya padaku
Atas kontraku terhadap keyakinan, kepercayaan, pemikiran, dan................pendapatnya

Aneh,
Dia bilang cinta damai. Tapi lagaknya tidak santai.
Bahkan untuk hal kecil seperti pendapat, dia merasa hebat.
Padahal jelas-jelas bersifat relatif.
Yaa, mungkin dia yang terlalu ekspresif.

Mittwoch, 22. September 2010

Sedikit Beda

Kamu bilang kita tidak sama.
Makanya kita tidak boleh berteman.
Ah, aku tidak percaya!
Kamu bilang kita punya banyak perbedaan.
Ah, aku tidak percaya!
Paling-paling, perbedaan kita cuma hobi.
Kamu hobi main basket, aku hobi main bekel.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tinggi badan.
Kamu 169 cm, aku 163 cm.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kesukaan.
Kamu suka abu-abu, aku suka merah jambu.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kulit.
Aku sawo matang, kamu sedikit agak terang.
Paling-paling, perbedaan kita cuma artis idola.
Kamu mengidolakan Andhika Pratama, aku Dorce Gamalama.
Paling-paling, perbedaan kita cuma band favorit.
Aku suka Hijau Daun, kamu suka Green Day.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat makan.
Kamu makan di restoran, aku di warteg.
Paling-paling, perbedaan kita cuma merek sepatu.
Kamu Converse, aku Cibaduyut.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat nongkrong.
Kamu Citos, aku Cimol.
Paling-paling, perbedaan kita cuma makanan kesukaan.
Kamu suka sushi, aku sambel terasi.
Paling-paling, paling-paling, paling-paling...
Dan aku telah membuktikan bahwa kita tidak (terlalu banyak) berbeda.
Buktinya aku mampu menyebutkan setiap perbedaan yang ada.
Karena kita hanya sedikit beda.


*maaf ya, kalo agak aneh tulisannya. intinya sih gue pengen bilang, selama kita selalu ngeliat orang lain beda sama kita, tidak setara dengan kita, derajatnya jauh di bawah kita, maka selama itu pula kita akan melihat segala macam perbedaan tersebut sebagai sebuah batas antara kita dengan teman kita itu untuk tidak bersahabat. Makanya, kenapa kita gak mencoba untuk menggeser sedikit saja sudut pandang kita dari seseorang? Sehingga kita juga bisa ngeliat persamaan-persamaan yang yang ada di diri teman kita dengan diri kita. Selain itu, kita juga bisa lebih menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di diri orang lain. Lagian perbedaan itu indah lagi. Buktinya, apa kerennya Indonesia nanti kalo bentuk pulaunya sama semua? Apa cakepnya warna pelangi kalo isinya cuma satu warna?

Dienstag, 21. September 2010

Aku Ingin Seperti Debu

Aku ingin seperti debu,
yang lihai menjadi pengganggu.

Jangan tanya mengapa!
Karena aku hanya ingin seperti debu,
yang pandai membuatku seperti babu.

Sekali lagi jangan tanya mengapa!
Karena aku hanya ingin seperti debu,
yang mahir membuat hariku kelabu.

Untuk kesekian kalinya, jangan tanya mengapa!
Karena aku hanya ingin seperti debu.
Terbang. Melayang. Hinggap sekejap.
Ditiup angin, terbang lagi, melayang lagi, hinggap sekejap lagi.
Tapi kali ini berbeda, karena si debu meninggalkan noda.

Mittwoch, 15. September 2010

Masih Nasionalisme

Menyambung postingan gue sebelumnya, gue jadi mikir. Apa iya, kita udah bisa dibilang punya rasa nasionalisme ketika kita rajin ikut upacara bendera, selalu bisa ngangkat tangan dengan benar setiap kali si pemimpin upacara nyuruh kita hormat ke bendera dan selalu menundukkan kepala setiap lagu Mengheningkan Cipta dinyanyiin, atau ketika kita ikut ekskul Paskibra di sekolahan, ketika kita suka nonton film - film jaman dulu yang isinya tentang perang-perang ngelawan penjajah, ketika kita suka pake baju yang ada gambar Garuda-nya, atau baju yang made in Indonesia, apa dengan begitu kita udah bisa dibilang punya rasa nasionalisme??


Gue rasa nggak deh. Menurut gue, beberapa hal yang gue sebutin tadi itu, cuma contoh hal-hal yang dilakukan kita atau orang-orang di sekitar kita, baik secara sadar maupun gak sadar, untuk menimbulkan rasa nasionalisme. sedangkan ada nggaknya rasa nasionalisme itu sendiri, atau seberapa besar rasa nasionalisme itu, gak akan pernah bisa terukur sampai kita mengalami kejadian beresiko tinggi, dimana jika kita berfikir menggunakan akal sehat, Indonesia menjadi pilihan terakhir yan akan kita pilih, diantara alternatif lain. Nahlo, bingung deh lo. Gua juga bingung ini.

Hemmmmm, contohnya, kayak waktu gue nonton Kick Andy pas ngebahas soal lepasnya TimorTimor dari Indonesia. disana ada Ibu-ibu yang akhirnya tetap memilih untuk jadi bagian dari ratusan juta penduduk Indonesia, daripada pindah kewarganegaraan. Padahal dia tau kalo kehidupannya akan jauh lebih baik kalo dia pindah jadi warga Timortimor. Menurut gue, inilah rasa Nasionalisme yang sebenarnya. Tanpa imbalan atau iming-iming apapun. Cuma bermodalkan rasa cinta tanah air, si Ibu rela mengorbankan masadepannya dan anak-anaknya. Salut gue.

Mittwoch, 18. August 2010

17 Agustus yang ke Seratus

Selamat mengulang hari proklamasi Indonesiaku ;)

Jadi, buat kalian yang belum tau (ada gitu orang yang gak tahu hari lahir negaranya sediri?!), dua hari yang lalu, tepatnya tanggal 17 Agustus 2010, Indonesia ulangtahun yang ke 65. Ternyata udah lansia yah negara kita ini. Berarti udah gak boleh capek-capek lagi, dan harusnya udah tinggal menikmati masa-masa tua nan indah. Tapi kayaknya, masih banyak masalah-masalah yang masih harus diurus sama negara setua negara kita ini ya (oke, kali ini gue lagi gak mau ngebahas masalah-masalah yang ada di Indonesia, ganti topik). Entah kenapa, gue ngerasa 17an taun ini tuh biasa banget. Nothing special. Bahkan gue sendiri lupa kalo kemaren itu tujuhbelasagustusan. Mungkin karena lagi bulan puasa kali ya, jadi gak dirayain heboh kayak biasa. Gak ada lomba makan kerupuk, gak ada lomba makan telor, gak ada lomba makan kelereng (?), gak ada pawai keliling kampung, gak ada panggung 'gembira' juga yang biasanya ada artis dangdut sok ngetop-nya, padahal mah orang se-RT juga belom tentu kenal dia semua.

Taaaapi, ditengah semua kehebohan yang ditinggalkan peminatnya itu, ada satu bentuk perayaan yang tetap dilakukan, yep. Upacara 17 Agustus. Gak cuma di Istana Negara, upacara 17an juga diadakan di kantor-kantor dan instansi pemerintah. Termasuk sekolah gue. Sayangnya, upacara di sekolah gue itu dadakan banget persiapannya. Latihan yang harusnya 2 minggu jadi 1 hari. Makanya gak berasa masa-masa latihannya. Gak ada rasa deg-degan karena udah H-sekian. Jadi gue gak nyadar deh kalo bentar lagi 17an. Untungnya, walaupun kita cuma latihan 1 hari, tapi (katanya) hasilnya gak kalah loh sama yang latihan berminggu-minggu.

Oke, karena pas hari H gue gak ikut upacara di sekolah karena ke kecamatan, gue jadi gak tau gimana suasana upacara di sekolah. Yang ternyata pas upacara pesertanya cuma setengah dari murid lebih dikit. Hal ini gue tau, pas besoknya bidang kesiswaan sekolah gue manggil murid-murid yang gak dateng upacara buat baris di lapangan. Dan pas dari balkon gue ngelongok dikit, ada banyak men yang gak dateng. Hampir penuh itu lapangan di sekolah gue. Terlepas dari semua alasan ketidakhadiran mereka yang beraneka ragam bunyinya, terlepas dari posisi gue sebagai anggota Paskibra 28, gue sedih ngeliatnya. Miris.

Masalahnya, ini ulangtahun negara kita gitu. Gak mau apa mereka jadi bagian dari perayaan kecil-kecilan itu?! Ulangtaun mereka aja maunya dirayain, masa ulangtaun negara kita sendiri mereka biarin gitu aja?!

Gue jadi inget, pas kemaren temen gue yang jelas-jelas bukan Paskib, bilang, "ih, apa banget sih mereka tuh pada gak dateng. Gak ada rasa nasionalismenya banget sih?!'' (temen gue loh yang ngomong, bukan gue)

heem, maaf ya kalo ada pihak yang merasa disinggung-singgung, tapi bener juga tuh kata temen gue. Dimana rasa nasionalisme kaliaaaaaaann? Belom juga 17 Agustus yang keseratus, tapi rasa nasionalisme udah hampir terhapus -___-

Montag, 16. August 2010

Dirgahayu Paskibra 28!


Tertegun akan keagungan pesonanya

Terpaku ketika menyadari filosofi yang terkandung di dalamnya

Maka kami setia mengantarnya

Berbaris rapi mengiringinya

Mengangkat tangan tanda hormat padanya

Hingga kumandang lagu itu sampai pada bait terakhirnya.




Maka, selama sang putih masih setia mendampingi sang merah,

selama keberanian masih berasaskan kesucian,

maka kami akan selalu ada pada baris terdepan,

entah sampai kapan.

DIRGAHAYU PASKIBRA 28 JAKARTA

Salam Paskibra Merdeka!




16 Agustus 2010

Mittwoch, 11. August 2010

Kadang kritik hanya menggelitik, bukan membuat bangkit



Hai guys! (tampang sok asik) So, it is my second writing. hahah yang sabar ya bacanya. Semoga gak bikin mual. Amiiiin
Oke, jadi beberapa minggu yang lalu, lebih tepatnya waktu gue ikut GCC YouthCamp, gue ketemu sama mas ADITYAYOGA GARJITO. Wuih, tampangnya seniman banget men. Rambutnya gondrong ampe pinggang, mukanya kejawa-jawaan (jogja banget gitu), badannya padat berisi tapi gak begitu gemuk, kulitnya sawo mateng, yaa gitulah pokoknya. Keliatan kan dari fotonya. Eheh, orangnya yang kedua dari kiri loh, entar salah liat lagi.


Disana (GCC YouthCamp makudnya), dia jadi pembicara pas sesi 'Be Inspired': Big Things can be achieved by starting small. Tuh kan gue masih inget nama sesinya hahaha. Heeem dari namanya aja udah ketauan kan kira-kira materi apa yang mau beliau (cailah) bawakan. Yah, intinya sih memotivasi kita untuk melakukan perubahan yang dimulai dari hal kecil.


Oke, balik lagi ke Mas Adit. If you have seen someone wearing a t-shirt with graphics "I (Garuda) RI", you have to know that the maker of that graphics design is Mas Adit. Beh gaul kaaaaaaaaaann??? Selain itu, dia juga punya gerakan namanya 'Hiduplah Indonesia Raya'. Kata 'Hiduplah Indonesia Raya' sendiri diambil dari potongan lirik lagu kebangsaan kita, lagu Indonesia Raya. Kenapa namanya ituuuuuuuuu?? simpel aja jawabannya. Karena menurutnya, dia udah terlalu pusing dengerin orang-orang di sekitarnya yang cuma bisa mengkritik keadaan Indonesia, bukan malah langsung action untuk mencari solusi. Makanya dia pengen membangkikan rasa nasionalisme rakyat Indonesia lagi, dengan cara yaa itu tadi. Bikin kaos-kaos sama gerakan-gerakan yang mengingatkan kita sama Indonesia.



Dari hasil ngobrol-ngobrol gue sama beliau, gue berkesimpulan bahwa dia sangat sangat sangat kreatif. Yaa, bisa diliat kan dari idenya dia untuk bikin kaos itu, terus gerakan 'Hiduplah Indonesia Raya'-nya, dan kata dia, dalam waktu deket ini, dia bakal bikin acara, dimana dia dan temen-temennya yang lain akan membuatkan foto keluarga buat keluarga-keluarga yang kurang mampu. Kedengerannya simpel dan agak-agak gak penting ya. But, hey! Dont you realize something?! seberapa besar bergunanya (inget, berguna. bukan seberapa penting) foto keluarga itu? Mungkin bagi kita yang tinggal di daerah 'aman-aman aja' kayak di Jakarta, foto keluarga cuma sebagai penghias ruang tamu. Tapi tidak bagi mereka, keluarga - keluarga yang tinggal di daerah konflik, atau keluarga-keluarga yang sangat 'taat' sama Tuhannya, bahkan saking taatnya sampe-sampe mereka rela 'puasa' 24 jam sehari. Sehingga kematian karena kelaparan terasa biasa terjadi. Setidaknya foto keluarga bisa menjadi pengobat rindu buat mereka yang terpisah dengan anggota keluarganya karena perang misalnya.


Itulah kenapa gue bilang dia sangat3x kreatip. Karena dia berpikir cerdas. Daripada buang-buang energi untuk protes dan demo-demo gak jelas, mending langsung action, udah ketauan ada hasilnya. Dan dia juga gak mau buang energi untuk mikirin hal BESAR apa yang bisa bikin perubahan. Cukup dengan liat lingkungan sekitar, lakukan apa yang MUNGKIN kita lakukan, and then, just do it! Keren yak. Dan hasilnya pun di luar dugaan. Coba aja, siapa orang yang gak tau atau at least gak penah liat kaos I (Garuda) RI' itu??


Hem, selain karena pemikirannya yang cerdas, ide-idenya itu loh. Haah, sempet kepikiran gak sih lo sama hal-hal yang dia lakukan itu. Kadang kita mikirnya itu semua terlalu sepele buat menciptakan perubahan besar. Atau, bener juga tuh kata Mas Adit. Kita terlalu banyak menghabiskan waktu kita hanya untuk sekedar berkritik, protes, teriak-teriak gak jelas di depan gedung DPR, atau kalo udah bosen dan ngerasa aus, pindah ke Bundaran HI, yang banyak airnya jadi kalo aus tinggal mangap. Sehingga pikiran-pikiran kita selalu negatif. jadinya, kita gak bisa menciptakan hal-hal positif. Karena otak kita udah ketutup sama pikiran negatif kita tadi.


Oleh karena itu, hai teman-teman sejawat, seusia, segenerasi, sezaman, senegara, sebangsa, dan setanah air. Cukup sudah protes-protes dan demo-demo sana sini. itu semua cuma buang-buang energi dan duit. Kita udah tau kan kalo di negara kita kemiskinan dimana-mana, baik dari segi ilmu, moral, ekonomi, dll. Makanya, kita jangan ikut-ikutan nunjukkin kemiskinan kita sebagai rakyat Indonesia. Tunjukkan, bahwa dibalik segala kemiskinan kita, kita masih kaya. Kaya ide! Hidup Indonesia!

Montag, 9. August 2010

Blog baru euy

Yak, dan lagi-lagi gue melahirkan blog baru. Entah untuk yang keberapa kalinya. Tapi semoga saja usia blog ini gak semuda blog - blog gue yang terdahulu hahah

Popular posts