Dienstag, 22. Juli 2014

Susi dan Santi

Mungkin malam itu akan menjadi sehancur-hancurnya malam bagi Susi. Cerita dari temannya yang baru saja ia dengar meluluhlantakkan hatinya. Gedung-gedung gagah disekitarnya, yang memagari liarnya angkutan ibukota, seolah runtuh bersama dengan indah bayangan yang selama ini ia bangun. Digantikan kelam malam yang terasa sayu di hatinya kini-- mungkin juga nanti, atau bahkan selamanya. Tidak, tidak, ini bukan soal Susi yang di-putus hubungan kerja. Bukan soal Susi dan keluarga yang kehilangan adik nan manja. Tapi ini tentang rasa sakit di hati kehilangan seseorang yang dipuja.

Adalah ia, laki-laki yang tiba-tiba datang merangsuk masuk ke hati Susi. Mengisi ruang yang selama ini kosong tak berpenghuni. Dengan muka bersahabat, bercerita panjang lebar, membuat Susi merasa ada, nyata dan paling penting--dibutuhkan. Saling menunggu, berbagi waktu, hingga berpisah lalu merindu. Bahkan secercah cahaya sendu yang menggelayuti malam itu bersedia menjadi saksi sebuah pagelaran syahdu kala itu.

Adalah ia, laki-laki yang membuat hari-hari setelahnya terasa menyiksa diri. Susi merasa dirinya mati suri. Menanti momen itu terulang lagi. Tapi si laki-laki tak kunjung kembali. Setidaknya, bukan dalam bentuk eksistensi fisiologis, namun kehangatan batin yang dulu menyesakkan dada. Dan dari sanalah, cerita klasik cinta berujung derita versi Susi bermula.

Adalah ia, laki-laki yang ternyata juga menyesakkan hati teman Santi, teman terbaiknya selama ini, dengan rasa yang sama yang ia juga rasakan. Adalah ia, laki-laki yang juga selama ini selalu disebut-sebut Santi dalam ceritanya tentang laki-laki gagah perebut hatinya. Adalah ia, laki-laki yang selama ini disebut Santi kepada Susi, seseorang yang membuatnya merasa ada, merasa nyata, dan merasa dirinya dibutuhkan.

Susi menelan ludah dalam mati surinya. Dirinya dan sahabatnya telah berlabuh pada dermaga yang sama. Telah terkagum pada matahari yang sama. Hanya dengan senja yang berbeda. Maka biarkan dulu Susi tenggelam pada kelam malam yang sayu itu. Biar malam membawa rasa itu menenggelam. Agar Santi, dapat kembali melanjutkan takdir alam yang selama ini buram.

Sonntag, 20. Juli 2014

Postingan Apa Sih Ini?

Kamu tahu, bahkan dua gelas minuman berwarna merah jambu itu bersedia menjadi saksi bagaimana syahdunya hari itu--setidaknya buatku. Kamu tahu, betapa malam jadi terasa benderang ketika kamu bersemangat bercerita padaku tentang banyak hal. Kamu tahu, bahwa kalimat demi kalimat dalam dialog kita hari itu tersimpan rapi pada syaraf pengingat di kepala ini.

Tapi sayang, kamu tidak tahu, jika jam-jam setelah hari itu, terasa sangat menyiksa. Kamu tidak tahu jika otakku dengan tidak sopan membentuk definisi baru atas perlakuanmu padaku. Begitukah? Begitukah maksudmu? Ataukah aku terlalu pagi untuk mengigaukan mimpi seindah itu?

---
Postingan apa sih ini? #abaikan
Diiringi lagu dangdut yang menggema di rumah -_____-

Donnerstag, 17. Juli 2014

cerita cinta bau kaos kaki

pada kisah kita yang hanya kita yang tahu. pada masa abai yang terlalu lama menggantung di langit-langit. pada kepastian yang kamu paksa untuk diminta. pada kenyataan bahwa aku sudah berkali-kali meyakinkan, aku tak punya kepastian yang kamu harapkan.

demi cerita cinta berbau kaos kaki yang kamu agungkan. ketat mengikat. menjaga tetap hangat. tapi kian lama, timbul bau yang amat menyengat. pada tiap momen yang kita belum sepakat. kamu mendominasi pada posisi memikat. membiarkanku pada posisi subordinat. lalu menagih janji timbal balik seperti halnya para birokrat.

demi cinta berbau kaos kaki. percayalah, cinta dengan subordinasi, tidak akan pernah berjalan hakiki.

p.s. ini bukan cerita cinta

ini bukan cerita cinta. aku kan masih kecil, tidak boleh main cinta-cintaan. tapi aku kesulitan mencari diksi lain untuk menggambarkan rasa itu. padahal, kalo dilihat dari sinetron favoritku yg tampil setiap maghrib di tv itu, ini mah cinta namanya. dia menghampiriku, menanyakan namaku. lalu kita mengobrol banyak tentang segala hal, dari hewan piaraan hingga adikku yang nakal. dia tertawa, aku juga tertawa terpingkal-pingkal. tapi sayang, bel berbunyi tanda istirahat selesai. dia kembali ke kelas, aku pun begitu dengan langkah gontai.

ini bukan cerita cinta. padahal, episode sinetron hari ini persis dengan apa yang aku dan dia alami di depan plaza kalibata. tapi kata ibu, aku harus punya KTP sebelum bicara cinta. ah cinta, kenapa kamu membuatku menderita.

p.s. ini bukan cerita cinta

---
Hahaha aneh banget ini tulisan. Yah, refleksi lah pagi-pagi, berkarya tanpa responsibilitas membangun bangsa jadinya ya melahirkan anak-anak mellow tak berdaya karena cinta. sedih!

Dienstag, 22. Juli 2014

Susi dan Santi

Mungkin malam itu akan menjadi sehancur-hancurnya malam bagi Susi. Cerita dari temannya yang baru saja ia dengar meluluhlantakkan hatinya. Gedung-gedung gagah disekitarnya, yang memagari liarnya angkutan ibukota, seolah runtuh bersama dengan indah bayangan yang selama ini ia bangun. Digantikan kelam malam yang terasa sayu di hatinya kini-- mungkin juga nanti, atau bahkan selamanya. Tidak, tidak, ini bukan soal Susi yang di-putus hubungan kerja. Bukan soal Susi dan keluarga yang kehilangan adik nan manja. Tapi ini tentang rasa sakit di hati kehilangan seseorang yang dipuja.

Adalah ia, laki-laki yang tiba-tiba datang merangsuk masuk ke hati Susi. Mengisi ruang yang selama ini kosong tak berpenghuni. Dengan muka bersahabat, bercerita panjang lebar, membuat Susi merasa ada, nyata dan paling penting--dibutuhkan. Saling menunggu, berbagi waktu, hingga berpisah lalu merindu. Bahkan secercah cahaya sendu yang menggelayuti malam itu bersedia menjadi saksi sebuah pagelaran syahdu kala itu.

Adalah ia, laki-laki yang membuat hari-hari setelahnya terasa menyiksa diri. Susi merasa dirinya mati suri. Menanti momen itu terulang lagi. Tapi si laki-laki tak kunjung kembali. Setidaknya, bukan dalam bentuk eksistensi fisiologis, namun kehangatan batin yang dulu menyesakkan dada. Dan dari sanalah, cerita klasik cinta berujung derita versi Susi bermula.

Adalah ia, laki-laki yang ternyata juga menyesakkan hati teman Santi, teman terbaiknya selama ini, dengan rasa yang sama yang ia juga rasakan. Adalah ia, laki-laki yang juga selama ini selalu disebut-sebut Santi dalam ceritanya tentang laki-laki gagah perebut hatinya. Adalah ia, laki-laki yang selama ini disebut Santi kepada Susi, seseorang yang membuatnya merasa ada, merasa nyata, dan merasa dirinya dibutuhkan.

Susi menelan ludah dalam mati surinya. Dirinya dan sahabatnya telah berlabuh pada dermaga yang sama. Telah terkagum pada matahari yang sama. Hanya dengan senja yang berbeda. Maka biarkan dulu Susi tenggelam pada kelam malam yang sayu itu. Biar malam membawa rasa itu menenggelam. Agar Santi, dapat kembali melanjutkan takdir alam yang selama ini buram.

Sonntag, 20. Juli 2014

Postingan Apa Sih Ini?

Kamu tahu, bahkan dua gelas minuman berwarna merah jambu itu bersedia menjadi saksi bagaimana syahdunya hari itu--setidaknya buatku. Kamu tahu, betapa malam jadi terasa benderang ketika kamu bersemangat bercerita padaku tentang banyak hal. Kamu tahu, bahwa kalimat demi kalimat dalam dialog kita hari itu tersimpan rapi pada syaraf pengingat di kepala ini.

Tapi sayang, kamu tidak tahu, jika jam-jam setelah hari itu, terasa sangat menyiksa. Kamu tidak tahu jika otakku dengan tidak sopan membentuk definisi baru atas perlakuanmu padaku. Begitukah? Begitukah maksudmu? Ataukah aku terlalu pagi untuk mengigaukan mimpi seindah itu?

---
Postingan apa sih ini? #abaikan
Diiringi lagu dangdut yang menggema di rumah -_____-

Donnerstag, 17. Juli 2014

cerita cinta bau kaos kaki

pada kisah kita yang hanya kita yang tahu. pada masa abai yang terlalu lama menggantung di langit-langit. pada kepastian yang kamu paksa untuk diminta. pada kenyataan bahwa aku sudah berkali-kali meyakinkan, aku tak punya kepastian yang kamu harapkan.

demi cerita cinta berbau kaos kaki yang kamu agungkan. ketat mengikat. menjaga tetap hangat. tapi kian lama, timbul bau yang amat menyengat. pada tiap momen yang kita belum sepakat. kamu mendominasi pada posisi memikat. membiarkanku pada posisi subordinat. lalu menagih janji timbal balik seperti halnya para birokrat.

demi cinta berbau kaos kaki. percayalah, cinta dengan subordinasi, tidak akan pernah berjalan hakiki.

p.s. ini bukan cerita cinta

ini bukan cerita cinta. aku kan masih kecil, tidak boleh main cinta-cintaan. tapi aku kesulitan mencari diksi lain untuk menggambarkan rasa itu. padahal, kalo dilihat dari sinetron favoritku yg tampil setiap maghrib di tv itu, ini mah cinta namanya. dia menghampiriku, menanyakan namaku. lalu kita mengobrol banyak tentang segala hal, dari hewan piaraan hingga adikku yang nakal. dia tertawa, aku juga tertawa terpingkal-pingkal. tapi sayang, bel berbunyi tanda istirahat selesai. dia kembali ke kelas, aku pun begitu dengan langkah gontai.

ini bukan cerita cinta. padahal, episode sinetron hari ini persis dengan apa yang aku dan dia alami di depan plaza kalibata. tapi kata ibu, aku harus punya KTP sebelum bicara cinta. ah cinta, kenapa kamu membuatku menderita.

p.s. ini bukan cerita cinta

---
Hahaha aneh banget ini tulisan. Yah, refleksi lah pagi-pagi, berkarya tanpa responsibilitas membangun bangsa jadinya ya melahirkan anak-anak mellow tak berdaya karena cinta. sedih!

Popular posts