Montag, 1. September 2014

Aksidental Trip: Ungkapan Rezeki di Siang Bolong itu Ada! (Part #1)

Saya tahu, beberapa minggu belakangan ini, trafik blog saya meningkat tajam--bahkan lebih tajam dari silet. Cailah. Saya pun tahu specific factor that did it. Well, apalagi kalo bukan postingan tentang (unfinished written story) seleksi XL Future Leaders yang saya posting entah dari kapan, namun belum selesai part selanjutnya hingga sekarang, lebih tepatnya hingga gelombang 1 seleksi tertulis regional Jakarta sudah dilaksanakan. What a PHP blog memang ya~ Maafkan saya teman-teman yang sudah menaruh harap besar pada blog ini, alih-alih sharing tentang proses seleksi XLFL, saya justru curhat tak karuan.

But, it's okay. Mungkin blog ini tidak menjadi rejeki bagi teman-teman yang seleksi XLFL tahun ini hehe. Karena saya pun belum tahu akan menyelesaikan tulisan-tulisan tersebut kapan. Mengingat, sebagai anak tingkat akhir yang mulai merintis karir sebagai freelance writer (nyari mati ya, udah tingkat akhir, mestinya fokus skripsi malah nyari kerjaan jadi penulis. duh), waktu saya minim untuk menulis hal lain di luar kerjaan. Postingan ini aja, saya curi-curi waktu tidur nih haha. It's already 2.24 AM there.

Oke, jadi hal super duper penting apa yang mendesak banget untuk dibahas kali ini? Yap, just like the title, saya mau mengabadikan momen awkward dan random yang baru saya alami beberapa hari yang lalu. I swear that was the most awkward moment in my 20-some life.

Jadi, cerita bermula ketika Woro--teman dekat semasa SMA (cailah), mengajak saya dan geng PSP--singkatan nama angkatan Paskibra SMA saya, bertemu kangen selepas lebaran. Iya, iya, lebaran udah lewat iya. Tapi, atas nama silaturrahim yang harus terus dijaga dan membayar hutang ketidakhadiran kami saat bukber PSP ramadhan lalu, kami pun janjian untuk ketemuan. Saya pun mengusulkan untuk bertemu di Roti Bakar Eddy (RBE) Margonda, karena saya belum pernah kesana dan ke RBE cabang manapun. Singkat kata, teman saya setuju dan jadilah kita bertemu di hari Jumat yang (subhanallah) berkah.

(Actually, cerita tadi bukan main story-nya ya, gengs. Itu pengantar aja biar seru haha)

Nah, saya inget banget tuh, karena hari itu hari Jumat sekaligus hari deadline proposal skripsi, jadi sebelum berangkat saya rapi-rapi rumah (apa hubungannya?), koreksi-koreksi dikit proposal skripsi, dan berangkat dari rumah setelah Bapak pulang shalat Jumat. Di rumah itu sebelum berangkat terjadilah the tetot moment. Saya baru sadar kalo hari itu saya lagi shaum. Huaaaa, padahal pengen banget nyobain roti bakarnya Pak Eddy itu, tapi lupa banget kalo hari itu lagi puasa. Saya pun sedih, tapi tidak memberitahu teman saya yang telah setia menanti di venue. Karena pasti mereka akan ngomel-ngomel hahaha. Jadi, saya pikir biarlah ini menjadi kejutan buat mereka. Biar saja marahnya on the spot di depan muka saya, jangan via telfon, wasap, line apalagi sms. Kasihan mereka, nanti capek ngetiknya.

(Dan, ini kok udah panjang ya tulisannya? Padahal belum masih belum menyentuh main story -__-)

Singkat kata, saya akhirnya sampe tuh di Roti Bakar Eddy Margonda. Ternyata yang dateng cuma Woro sama Desna. Sedih sih, tapi yasudahlah karena ada berita lebih menyedihkan yang harus saya sampaikan hari itu--bahwa saya puasa, jadinya nggak bisa ikut makan-makan. Desna sama Woro begitu tau langsung murka sama saya. Tapi ujungnya maklum sih hahaha.

Setelah ngobrol panjang lebar, foto-foto dengan berbagai gaya, foto lagi, foto lagi dan foto lagi, hal absurd pun mulai terjadi. Sekitar jam 1 lewat, ada telfon masuk ke hp saya. Awalnya saya kira itu dosen pembimbing saya, karena setelah ketemuan itu, saya berencana untuk bimbingan soal proposal skripsi saya sama PA. Tapi ternyata bukan, yang nelfon itu Irfan--anggota geng Kampung Banana. Haha. Sejujurnya, pas awal-awal dia ngomong di telfon, saya nggak ngerti maksudnya apa. Kedengerannya cuma: "Lili, brnbrk mwkjsbs blubub blubub.......". Mungkin karena Roti Bakar Eddy itu tempatnya terbuka di pinggir jalan kali ya, jadi saya nggak jelas dengernya--atau boleh lah mungkin telinga saya yang bermasalah. Intinya, jawaban saya pas awal itu cuma, "Apa?...... Apa? Oh, Apa?"

Setelah beberapa detik, saya mencoba untuk mendengarkan suara di telfon dengan seksama. Ternyata si Irfan dengan santainya nanya, besok ada acara nggak, bisa nggak berangkat ikutan  NLC sampe tanggal 27 Agustus. Saya yang denger dia ngomong dengan santai gitu, cuma ketawa-ketawa aja dan mikir dia bercanda--or mocking at me (secara saya kan sempet apply, tapi nggak lolos). Yaa, gimana nggak mikir kayak gitu, NLC (Nusantara Leadership Camp) 2014 itu bakal diadain di Putrajaya, Malaysia tanggal 23 Agustus 2014 - 27 Agustus 2014. Yang mau ikutan itu, ada seleksi berkasnya. Saya daftar dan tidak lolos. And that time, he was asking my availability to be in. Simply thru phone call. With an innocent yet flat voice. Ini orang kayaknya sakit deh. Sekejap kemudian, saya langsung menyambar ajakan Irfan: "Wah, lo bercanda ya? Lo tau gue apply dan nggak keterima ya?" Dan Irfan, tetap dengan nada datar, bilang: "Nggak, nggak ini serius. Singapura nggak jadi ngirim delegasi, jadi kita cari orang buat isi kuota yang kosong. Nah, lo kan alumni UISDP, jadi ditawarin." Saya pun terdiam. Asik, kalo di FTV-FTV macam terbengong-bengong gitu. Macam nggak yakin ini mimpi atau kejadian beneran. Random amat. Ngerasa amazed banget kalo hal se-absurd dan se-kebetulan ini bisa kejadian. Basically, it's not about Malaysia that made me amazed. But, how this random thing happened. Kalo kata Paulo Coelho, how the universe conspires to make it happen.

Well, mungkin QS. Faathir : 2 ini bisa menjawab...

(2) مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidaklah ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 35 : 2)

Beberapa detik setelahnya, saya minta waktu buat mikir. Cailah. Telfon pun dimatikan. Saya pun reflek bertanya ke Woro dan Desna yang masih sibuk foto-foto cantik, "Masa temen gue random banget deh. Ngajak ke Malaysia besok pagi. Menurut lo berangkat nggak?" Terus mereka jawab, "Lah iya? random banget. Kalo gratis mah berangkat." Dan jadilah, tanpa sebelumnya saya konfirmasi dulu berapa biaya yang harus saya keluarkan--yang beberapa jam setelahnya saya baru tau jika saya tidak perlu membayar apapun, saya konfirmasi via sms jika saya tertarik ikut.

Saya mengehela napas, subhanallah, jadi ini yang namanya rezeki di siang bolong?






-to be continued. Udah subuh euy.







Montag, 1. September 2014

Aksidental Trip: Ungkapan Rezeki di Siang Bolong itu Ada! (Part #1)

Saya tahu, beberapa minggu belakangan ini, trafik blog saya meningkat tajam--bahkan lebih tajam dari silet. Cailah. Saya pun tahu specific factor that did it. Well, apalagi kalo bukan postingan tentang (unfinished written story) seleksi XL Future Leaders yang saya posting entah dari kapan, namun belum selesai part selanjutnya hingga sekarang, lebih tepatnya hingga gelombang 1 seleksi tertulis regional Jakarta sudah dilaksanakan. What a PHP blog memang ya~ Maafkan saya teman-teman yang sudah menaruh harap besar pada blog ini, alih-alih sharing tentang proses seleksi XLFL, saya justru curhat tak karuan.

But, it's okay. Mungkin blog ini tidak menjadi rejeki bagi teman-teman yang seleksi XLFL tahun ini hehe. Karena saya pun belum tahu akan menyelesaikan tulisan-tulisan tersebut kapan. Mengingat, sebagai anak tingkat akhir yang mulai merintis karir sebagai freelance writer (nyari mati ya, udah tingkat akhir, mestinya fokus skripsi malah nyari kerjaan jadi penulis. duh), waktu saya minim untuk menulis hal lain di luar kerjaan. Postingan ini aja, saya curi-curi waktu tidur nih haha. It's already 2.24 AM there.

Oke, jadi hal super duper penting apa yang mendesak banget untuk dibahas kali ini? Yap, just like the title, saya mau mengabadikan momen awkward dan random yang baru saya alami beberapa hari yang lalu. I swear that was the most awkward moment in my 20-some life.

Jadi, cerita bermula ketika Woro--teman dekat semasa SMA (cailah), mengajak saya dan geng PSP--singkatan nama angkatan Paskibra SMA saya, bertemu kangen selepas lebaran. Iya, iya, lebaran udah lewat iya. Tapi, atas nama silaturrahim yang harus terus dijaga dan membayar hutang ketidakhadiran kami saat bukber PSP ramadhan lalu, kami pun janjian untuk ketemuan. Saya pun mengusulkan untuk bertemu di Roti Bakar Eddy (RBE) Margonda, karena saya belum pernah kesana dan ke RBE cabang manapun. Singkat kata, teman saya setuju dan jadilah kita bertemu di hari Jumat yang (subhanallah) berkah.

(Actually, cerita tadi bukan main story-nya ya, gengs. Itu pengantar aja biar seru haha)

Nah, saya inget banget tuh, karena hari itu hari Jumat sekaligus hari deadline proposal skripsi, jadi sebelum berangkat saya rapi-rapi rumah (apa hubungannya?), koreksi-koreksi dikit proposal skripsi, dan berangkat dari rumah setelah Bapak pulang shalat Jumat. Di rumah itu sebelum berangkat terjadilah the tetot moment. Saya baru sadar kalo hari itu saya lagi shaum. Huaaaa, padahal pengen banget nyobain roti bakarnya Pak Eddy itu, tapi lupa banget kalo hari itu lagi puasa. Saya pun sedih, tapi tidak memberitahu teman saya yang telah setia menanti di venue. Karena pasti mereka akan ngomel-ngomel hahaha. Jadi, saya pikir biarlah ini menjadi kejutan buat mereka. Biar saja marahnya on the spot di depan muka saya, jangan via telfon, wasap, line apalagi sms. Kasihan mereka, nanti capek ngetiknya.

(Dan, ini kok udah panjang ya tulisannya? Padahal belum masih belum menyentuh main story -__-)

Singkat kata, saya akhirnya sampe tuh di Roti Bakar Eddy Margonda. Ternyata yang dateng cuma Woro sama Desna. Sedih sih, tapi yasudahlah karena ada berita lebih menyedihkan yang harus saya sampaikan hari itu--bahwa saya puasa, jadinya nggak bisa ikut makan-makan. Desna sama Woro begitu tau langsung murka sama saya. Tapi ujungnya maklum sih hahaha.

Setelah ngobrol panjang lebar, foto-foto dengan berbagai gaya, foto lagi, foto lagi dan foto lagi, hal absurd pun mulai terjadi. Sekitar jam 1 lewat, ada telfon masuk ke hp saya. Awalnya saya kira itu dosen pembimbing saya, karena setelah ketemuan itu, saya berencana untuk bimbingan soal proposal skripsi saya sama PA. Tapi ternyata bukan, yang nelfon itu Irfan--anggota geng Kampung Banana. Haha. Sejujurnya, pas awal-awal dia ngomong di telfon, saya nggak ngerti maksudnya apa. Kedengerannya cuma: "Lili, brnbrk mwkjsbs blubub blubub.......". Mungkin karena Roti Bakar Eddy itu tempatnya terbuka di pinggir jalan kali ya, jadi saya nggak jelas dengernya--atau boleh lah mungkin telinga saya yang bermasalah. Intinya, jawaban saya pas awal itu cuma, "Apa?...... Apa? Oh, Apa?"

Setelah beberapa detik, saya mencoba untuk mendengarkan suara di telfon dengan seksama. Ternyata si Irfan dengan santainya nanya, besok ada acara nggak, bisa nggak berangkat ikutan  NLC sampe tanggal 27 Agustus. Saya yang denger dia ngomong dengan santai gitu, cuma ketawa-ketawa aja dan mikir dia bercanda--or mocking at me (secara saya kan sempet apply, tapi nggak lolos). Yaa, gimana nggak mikir kayak gitu, NLC (Nusantara Leadership Camp) 2014 itu bakal diadain di Putrajaya, Malaysia tanggal 23 Agustus 2014 - 27 Agustus 2014. Yang mau ikutan itu, ada seleksi berkasnya. Saya daftar dan tidak lolos. And that time, he was asking my availability to be in. Simply thru phone call. With an innocent yet flat voice. Ini orang kayaknya sakit deh. Sekejap kemudian, saya langsung menyambar ajakan Irfan: "Wah, lo bercanda ya? Lo tau gue apply dan nggak keterima ya?" Dan Irfan, tetap dengan nada datar, bilang: "Nggak, nggak ini serius. Singapura nggak jadi ngirim delegasi, jadi kita cari orang buat isi kuota yang kosong. Nah, lo kan alumni UISDP, jadi ditawarin." Saya pun terdiam. Asik, kalo di FTV-FTV macam terbengong-bengong gitu. Macam nggak yakin ini mimpi atau kejadian beneran. Random amat. Ngerasa amazed banget kalo hal se-absurd dan se-kebetulan ini bisa kejadian. Basically, it's not about Malaysia that made me amazed. But, how this random thing happened. Kalo kata Paulo Coelho, how the universe conspires to make it happen.

Well, mungkin QS. Faathir : 2 ini bisa menjawab...

(2) مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidaklah ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 35 : 2)

Beberapa detik setelahnya, saya minta waktu buat mikir. Cailah. Telfon pun dimatikan. Saya pun reflek bertanya ke Woro dan Desna yang masih sibuk foto-foto cantik, "Masa temen gue random banget deh. Ngajak ke Malaysia besok pagi. Menurut lo berangkat nggak?" Terus mereka jawab, "Lah iya? random banget. Kalo gratis mah berangkat." Dan jadilah, tanpa sebelumnya saya konfirmasi dulu berapa biaya yang harus saya keluarkan--yang beberapa jam setelahnya saya baru tau jika saya tidak perlu membayar apapun, saya konfirmasi via sms jika saya tertarik ikut.

Saya mengehela napas, subhanallah, jadi ini yang namanya rezeki di siang bolong?






-to be continued. Udah subuh euy.







Popular posts