Montag, 8. Oktober 2012

Mungkin - Potret


Mungkin aku bisa bercinta dengan kamu
Kendati kata kata mu selalu
Menusuk jantung melukai ku

Mungkin ku mau memaafkan mu kembali
Demi cinta yang ada di hatiku
Meloloskan mu dari kata pisah
Mungkin sang fajar dan sayap burung burung patah
Menyaksikan kita berseteru
Slalu tak pernah damai

Mungkin cintaku terlalu kuat dan menutupi
Jiwa yang dendam akan kerasmu
Sehingga kita bersama, mungkin..

-bersama ingatan yang mengambang di kepala saat perjalanan menelusuri Rasuna Said senja menjelang malam.

kontemplasi

Hidup, jangan mau didikte keadaan. -nrndhsr

Terdidik bukan Terdikte #EssayGUIM


Ibarat sebuah perang, maka pendidikan merupakan sebuah dapur tempat mencetak prajurit-prajurit baru untuk diterjunkan ke medan perang. Pada dapur tersebut, prajurit-prajurit dididik dengan sebaik – baiknya tentang strategi perang, cara menggunakan senjata dan segala hal lain yang nantinya dapat membuat para prajurit siap menghadapi musuh. Dengan demikian, dapat dilihat betapa pentingnya arti pendidikan bagi keberlangsungan suatu negara. Namun, bagaimana jika ternyata dapur tersebut tidak berfungsi dengan baik? Mungkinkah akan tetap ada prajurit - prajurit unggul yang akan mampu berjuang di medan perang? Masihkan optimisme kemenangan ada di tangan?
Celakanya, menurut pengamatan saya, Indonesia berada pada kondisi dimana 'dapur'-nya tidak berfungsi dengan baik. Walaupun mungkin pemahaman saya tentang sistem pendidikan yang baik masih terlalu dangkal untuk digunakan menilai pendidikan Indonesia. Tetapi, bukankah lebih baik demikian karena itu berarti Anda terlepas dari indikator - indikator teoretis yang terkadang utopis?
Pendidikan, harus mampu mendampingi siswanya dalam menjalani masa tumbuh kembang serta menemani mereka menghadapi dunia. Ketika kita berbicara tentang masa tumbuh kembang dan dunia yang dihadapi, maka kita tidak lagi berbicara dalam konteks siswa dan kepintaran dirinya. Namun, disini kita dipaksa untuk bermain-main pada area kehidupan yang lebih luas, yang memaksa siswa untuk dapat respek terhadap orang di sekitarnya, peduli terhadap lingkungannya, siap menerima caci dan puji yang datang selalu tanpa undangan.
Menyadari hal tersebut, jelaslah disini terlihat bahwa pendidikan tidak bermain pada hanya satu aspek dalam kehidupan siswanya. Tidak bermain di pinggir pantai dengan ombak – ombak rendah tenaga. Tidak bermain pada api lilin dengan goyang temaram. Ya, karena pendidikan bermain pada seluruh aspek kehidupan, tidak pada pantai namun pada laut itu sendiri, tidak pada api lilin namun pada merahnya bara yang mengapi. Sehingga pintar saja dirasa tidak cukup untuk menghadapi dunia, butuh kecerdasan baik secara akademis, spiritual maupun emosional. Oleh karena itu disinilah pentingnya pendidikan berkarakter. Dimana pendidikan bukan hanya sebagai ajang tanam nilai-nilai akademis, namun juga nilai-nilai kehidupan. Karena itu lah yang membedakan manusia dengan hewan sirkus yang ada di pentas-pentas. Karena melalui pendidikan, kita terdidik bukan terdikte.

--
tanpa editan apapun, dibuat untuk memenuhi salah satu rangkaian seleksi pengajar GUIM.
sangat-sangat tidak maksimal essay-nya. substansi dan konklusinya kabur.
maklum baru ngerjain 20 menitan sebelum deadline. ini juga dengan memodifikasi
essay yang udah ada. hahaha *tawamiris
walaupun begitu tapi semoga ya. #semoga

Montag, 8. Oktober 2012

Mungkin - Potret


Mungkin aku bisa bercinta dengan kamu
Kendati kata kata mu selalu
Menusuk jantung melukai ku

Mungkin ku mau memaafkan mu kembali
Demi cinta yang ada di hatiku
Meloloskan mu dari kata pisah
Mungkin sang fajar dan sayap burung burung patah
Menyaksikan kita berseteru
Slalu tak pernah damai

Mungkin cintaku terlalu kuat dan menutupi
Jiwa yang dendam akan kerasmu
Sehingga kita bersama, mungkin..

-bersama ingatan yang mengambang di kepala saat perjalanan menelusuri Rasuna Said senja menjelang malam.

kontemplasi

Hidup, jangan mau didikte keadaan. -nrndhsr

Terdidik bukan Terdikte #EssayGUIM


Ibarat sebuah perang, maka pendidikan merupakan sebuah dapur tempat mencetak prajurit-prajurit baru untuk diterjunkan ke medan perang. Pada dapur tersebut, prajurit-prajurit dididik dengan sebaik – baiknya tentang strategi perang, cara menggunakan senjata dan segala hal lain yang nantinya dapat membuat para prajurit siap menghadapi musuh. Dengan demikian, dapat dilihat betapa pentingnya arti pendidikan bagi keberlangsungan suatu negara. Namun, bagaimana jika ternyata dapur tersebut tidak berfungsi dengan baik? Mungkinkah akan tetap ada prajurit - prajurit unggul yang akan mampu berjuang di medan perang? Masihkan optimisme kemenangan ada di tangan?
Celakanya, menurut pengamatan saya, Indonesia berada pada kondisi dimana 'dapur'-nya tidak berfungsi dengan baik. Walaupun mungkin pemahaman saya tentang sistem pendidikan yang baik masih terlalu dangkal untuk digunakan menilai pendidikan Indonesia. Tetapi, bukankah lebih baik demikian karena itu berarti Anda terlepas dari indikator - indikator teoretis yang terkadang utopis?
Pendidikan, harus mampu mendampingi siswanya dalam menjalani masa tumbuh kembang serta menemani mereka menghadapi dunia. Ketika kita berbicara tentang masa tumbuh kembang dan dunia yang dihadapi, maka kita tidak lagi berbicara dalam konteks siswa dan kepintaran dirinya. Namun, disini kita dipaksa untuk bermain-main pada area kehidupan yang lebih luas, yang memaksa siswa untuk dapat respek terhadap orang di sekitarnya, peduli terhadap lingkungannya, siap menerima caci dan puji yang datang selalu tanpa undangan.
Menyadari hal tersebut, jelaslah disini terlihat bahwa pendidikan tidak bermain pada hanya satu aspek dalam kehidupan siswanya. Tidak bermain di pinggir pantai dengan ombak – ombak rendah tenaga. Tidak bermain pada api lilin dengan goyang temaram. Ya, karena pendidikan bermain pada seluruh aspek kehidupan, tidak pada pantai namun pada laut itu sendiri, tidak pada api lilin namun pada merahnya bara yang mengapi. Sehingga pintar saja dirasa tidak cukup untuk menghadapi dunia, butuh kecerdasan baik secara akademis, spiritual maupun emosional. Oleh karena itu disinilah pentingnya pendidikan berkarakter. Dimana pendidikan bukan hanya sebagai ajang tanam nilai-nilai akademis, namun juga nilai-nilai kehidupan. Karena itu lah yang membedakan manusia dengan hewan sirkus yang ada di pentas-pentas. Karena melalui pendidikan, kita terdidik bukan terdikte.

--
tanpa editan apapun, dibuat untuk memenuhi salah satu rangkaian seleksi pengajar GUIM.
sangat-sangat tidak maksimal essay-nya. substansi dan konklusinya kabur.
maklum baru ngerjain 20 menitan sebelum deadline. ini juga dengan memodifikasi
essay yang udah ada. hahaha *tawamiris
walaupun begitu tapi semoga ya. #semoga

Popular posts