Mittwoch, 31. Januar 2018

Lil's Movie Review: Nonton Coco Bikin Pengen Peluk Keluarga

Saya selalu suka film-film besutan Pixar. Tapi, biasanya, saya mulai dari liat visualnya. Yaa namanya juga film animasi, kalau bagus penampakan tokoh-tokohnya, ya lanjut nonton, kalau nggak menarik ya saya skip. ehe.

Untuk Coco sendiri, impresi pertama saya saat lihat visual tokoh-tokohnya, saya nggak terlalu tertarik. Hahaha. Bukan karena jelek, cuma not my typical movie animation aja. Tipikal animasi saya itu macam Up (wkwk, mainstream banget yes) dan Despicable Me, yang tokohnya agak rounded (hem, piye maksute ya).

Tapi, karena menurut sebagian orang alur cerita Coco bagus, saya tetep lanjut nonton. Walaupun, ketika awal orang bilang kalau Coco cerita tentang anak kecil yang masuk ke alam kubur, saya udah agak males. Takutnya ceritanya jadi ala ala mistis versi kartun gitu. Tapi, ternyata nggak kok, kata orang-orang, ini film keluarga.

Secara umum, Coco bercerita tentang seorang anak kecil bernama Miguel yang terlahir dari keluarga besar pembuat sepatu. Bisnis sepatu keluarganya sudah dijalankan secara turun temurun, sehingga, tidak mungkin bagi Miguel untuk tidak ikut melanggengkan bisnis tersebut. Di sisi lain, Miguel cilik punya ketertarikan yang besar dengan musik. Dia sangat terobsesi dengan legenda musik De La Cruz, sampai-sampai dia menghafal setiap dialog pada potongan film yang diperankan De La Cruz. Padahal, keluarga besar Miguel sangat-sangat membenci musik. Mereka tidak menoleransi setiap anggota keluarga yang ketahuan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan musik, termasuk Miguel. 

Pada film, alasan mengapa keluarga tersebut membenci musik dijelaskan secara eksplisit di awal cerita. Bahwa Mama Imelda, yang merupakan mamanya mama buyut Miguel, ditinggalkan oleh suaminya yang ingin mengejar mimpi bermusiknya. Sehingga, Mama Imelda harus membesarkan Coco- anak semata wayangnya yang merupakan mama buyut Miguel, seorang diri. Mama Imelda lalu mulai membuat sepatu untuk bertahan diri. Hingga bisnisnya menurun ke generasi orang tua Miguel. Alasan kepergian suami Mama Imelda itu pula yang membuat keluarga besar tersebut begitu membenci musik. Bahkan, sosok suami Mama Imelda sendiri berusaha untuk dilupakan oleh keluarga tersebut. 

Drama selanjutnya berlanjut seputar cerita Miguel yang berusaha untuk mencapai mimpi bermusiknya. Nah, untuk tau kelanjutannya bagaimana, kalian bisa nonton sendiri ya. Nggak asik kalau saya ceritakan. Hehe

Pokoknya, jalan cerita Coco ini cukup worth it untuk dinikmati. Semacam mengingatkan kita kembali tentang betapa berharganya keluarga yang kita punya saat ini. Buat teman-teman yang suka film musikal, Coco ini cukup recommended juga. Walaupun bukan tergolong film musikal, tapi terdapat beberapa scene nyanyi dengan petikan gitar yang ciamik. Tapi, bagi saya sendiri, favorite scene-nya saat Miguel terdampar bersama lelaki homeless yang saya lupa namanya (wkwk, padahal dia salah satu tokoh utamanya). Di sana ada plot twist menjelang ending cerita yang nggak ketebak banget. Super keren buat penulis filmnya!


Rating: 4/5
After Taste: Pengen peluk bapak sama adek yang lama tak jumpa karena saling merantau :(

Mittwoch, 31. Januar 2018

Lil's Movie Review: Nonton Coco Bikin Pengen Peluk Keluarga

Saya selalu suka film-film besutan Pixar. Tapi, biasanya, saya mulai dari liat visualnya. Yaa namanya juga film animasi, kalau bagus penampakan tokoh-tokohnya, ya lanjut nonton, kalau nggak menarik ya saya skip. ehe.

Untuk Coco sendiri, impresi pertama saya saat lihat visual tokoh-tokohnya, saya nggak terlalu tertarik. Hahaha. Bukan karena jelek, cuma not my typical movie animation aja. Tipikal animasi saya itu macam Up (wkwk, mainstream banget yes) dan Despicable Me, yang tokohnya agak rounded (hem, piye maksute ya).

Tapi, karena menurut sebagian orang alur cerita Coco bagus, saya tetep lanjut nonton. Walaupun, ketika awal orang bilang kalau Coco cerita tentang anak kecil yang masuk ke alam kubur, saya udah agak males. Takutnya ceritanya jadi ala ala mistis versi kartun gitu. Tapi, ternyata nggak kok, kata orang-orang, ini film keluarga.

Secara umum, Coco bercerita tentang seorang anak kecil bernama Miguel yang terlahir dari keluarga besar pembuat sepatu. Bisnis sepatu keluarganya sudah dijalankan secara turun temurun, sehingga, tidak mungkin bagi Miguel untuk tidak ikut melanggengkan bisnis tersebut. Di sisi lain, Miguel cilik punya ketertarikan yang besar dengan musik. Dia sangat terobsesi dengan legenda musik De La Cruz, sampai-sampai dia menghafal setiap dialog pada potongan film yang diperankan De La Cruz. Padahal, keluarga besar Miguel sangat-sangat membenci musik. Mereka tidak menoleransi setiap anggota keluarga yang ketahuan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan musik, termasuk Miguel. 

Pada film, alasan mengapa keluarga tersebut membenci musik dijelaskan secara eksplisit di awal cerita. Bahwa Mama Imelda, yang merupakan mamanya mama buyut Miguel, ditinggalkan oleh suaminya yang ingin mengejar mimpi bermusiknya. Sehingga, Mama Imelda harus membesarkan Coco- anak semata wayangnya yang merupakan mama buyut Miguel, seorang diri. Mama Imelda lalu mulai membuat sepatu untuk bertahan diri. Hingga bisnisnya menurun ke generasi orang tua Miguel. Alasan kepergian suami Mama Imelda itu pula yang membuat keluarga besar tersebut begitu membenci musik. Bahkan, sosok suami Mama Imelda sendiri berusaha untuk dilupakan oleh keluarga tersebut. 

Drama selanjutnya berlanjut seputar cerita Miguel yang berusaha untuk mencapai mimpi bermusiknya. Nah, untuk tau kelanjutannya bagaimana, kalian bisa nonton sendiri ya. Nggak asik kalau saya ceritakan. Hehe

Pokoknya, jalan cerita Coco ini cukup worth it untuk dinikmati. Semacam mengingatkan kita kembali tentang betapa berharganya keluarga yang kita punya saat ini. Buat teman-teman yang suka film musikal, Coco ini cukup recommended juga. Walaupun bukan tergolong film musikal, tapi terdapat beberapa scene nyanyi dengan petikan gitar yang ciamik. Tapi, bagi saya sendiri, favorite scene-nya saat Miguel terdampar bersama lelaki homeless yang saya lupa namanya (wkwk, padahal dia salah satu tokoh utamanya). Di sana ada plot twist menjelang ending cerita yang nggak ketebak banget. Super keren buat penulis filmnya!


Rating: 4/5
After Taste: Pengen peluk bapak sama adek yang lama tak jumpa karena saling merantau :(

Popular posts