Samstag, 29. November 2014

Curhat Sore Hari

Halo. Saat ini di rumah saya gelap. Err, bukan karena mati lampu sih, tapi karena di luar mendung banget dan lampu kamar sengaja nggak saya nyalain. Setelah masa-masa kemarau yang cukup lama, kangen juga saya dengan suasana mendung nan sendu di sore hari kayak gini.

Anyway, saya kangen banget nulis huhu. Banyak hal yang mau di-share, tapi beberapa minggu belakangan saya merasa sibuk-sibuk kerbau. Sibuk tapi nggak produktif. Selalu ngerasa waktu kurang untuk menyelesaikan berbagai kerjaan organisasi, magang, bahkan skripsi, tapi selalu ada waktu buat leyeh-leyeh nggak jelas dan tidur lama-lama. Duh saya tak seproduktif dulu, padahal saya juga tak semuda dulu.

Yap, saya tak semuda dulu. Time flies so fast ya. Perasaan baru kemarin saya ngantri di depan PPMT buat daftar ulang dan ngukur-ngukur jakun, tapi sekarang udah menjelang Bab 4 skripsi dan harus mikirin lulus mau ngapain. Sebagai bagian dari UI, saya bangga banget liat banyak senior saya yang kece-kece--in term of prestasi ini ya. Menang lomba apa, ikut kompetisi apa, exchange kemana, membangun bisnis apa, mendirikan comdev apa, dll. Di sisi lain, hal itu bikin saya jadi refleksi. Menjelang 4 tahun kuliah, gimana bisa khusnul khatimah selesai kuliah ini mah kalo saya nggak ada progress apa-apa gini. Da aku mah apa atuh, butiran nutrisari yang nunggu diseduh haha.

Well, actually these past 4 years saya bukannya nggak ngapa-ngapain juga sih. Cuma banyak hal yang saya rasakan hanya hampir terjadi hahahaha. Duh kalo inget masa-masa gagal yang beragam itu, rasanya saya mau nyanyi lagunya Cita Citata yang populer justru karena sering di-lipsync sama Audi Marissa di Inbox, Sakitnya Tuh Disini. *penting*

Oke sudah ya! haha -antiklimaks.

Montag, 1. September 2014

Aksidental Trip: Ungkapan Rezeki di Siang Bolong itu Ada! (Part #1)

Saya tahu, beberapa minggu belakangan ini, trafik blog saya meningkat tajam--bahkan lebih tajam dari silet. Cailah. Saya pun tahu specific factor that did it. Well, apalagi kalo bukan postingan tentang (unfinished written story) seleksi XL Future Leaders yang saya posting entah dari kapan, namun belum selesai part selanjutnya hingga sekarang, lebih tepatnya hingga gelombang 1 seleksi tertulis regional Jakarta sudah dilaksanakan. What a PHP blog memang ya~ Maafkan saya teman-teman yang sudah menaruh harap besar pada blog ini, alih-alih sharing tentang proses seleksi XLFL, saya justru curhat tak karuan.

But, it's okay. Mungkin blog ini tidak menjadi rejeki bagi teman-teman yang seleksi XLFL tahun ini hehe. Karena saya pun belum tahu akan menyelesaikan tulisan-tulisan tersebut kapan. Mengingat, sebagai anak tingkat akhir yang mulai merintis karir sebagai freelance writer (nyari mati ya, udah tingkat akhir, mestinya fokus skripsi malah nyari kerjaan jadi penulis. duh), waktu saya minim untuk menulis hal lain di luar kerjaan. Postingan ini aja, saya curi-curi waktu tidur nih haha. It's already 2.24 AM there.

Oke, jadi hal super duper penting apa yang mendesak banget untuk dibahas kali ini? Yap, just like the title, saya mau mengabadikan momen awkward dan random yang baru saya alami beberapa hari yang lalu. I swear that was the most awkward moment in my 20-some life.

Jadi, cerita bermula ketika Woro--teman dekat semasa SMA (cailah), mengajak saya dan geng PSP--singkatan nama angkatan Paskibra SMA saya, bertemu kangen selepas lebaran. Iya, iya, lebaran udah lewat iya. Tapi, atas nama silaturrahim yang harus terus dijaga dan membayar hutang ketidakhadiran kami saat bukber PSP ramadhan lalu, kami pun janjian untuk ketemuan. Saya pun mengusulkan untuk bertemu di Roti Bakar Eddy (RBE) Margonda, karena saya belum pernah kesana dan ke RBE cabang manapun. Singkat kata, teman saya setuju dan jadilah kita bertemu di hari Jumat yang (subhanallah) berkah.

(Actually, cerita tadi bukan main story-nya ya, gengs. Itu pengantar aja biar seru haha)

Nah, saya inget banget tuh, karena hari itu hari Jumat sekaligus hari deadline proposal skripsi, jadi sebelum berangkat saya rapi-rapi rumah (apa hubungannya?), koreksi-koreksi dikit proposal skripsi, dan berangkat dari rumah setelah Bapak pulang shalat Jumat. Di rumah itu sebelum berangkat terjadilah the tetot moment. Saya baru sadar kalo hari itu saya lagi shaum. Huaaaa, padahal pengen banget nyobain roti bakarnya Pak Eddy itu, tapi lupa banget kalo hari itu lagi puasa. Saya pun sedih, tapi tidak memberitahu teman saya yang telah setia menanti di venue. Karena pasti mereka akan ngomel-ngomel hahaha. Jadi, saya pikir biarlah ini menjadi kejutan buat mereka. Biar saja marahnya on the spot di depan muka saya, jangan via telfon, wasap, line apalagi sms. Kasihan mereka, nanti capek ngetiknya.

(Dan, ini kok udah panjang ya tulisannya? Padahal belum masih belum menyentuh main story -__-)

Singkat kata, saya akhirnya sampe tuh di Roti Bakar Eddy Margonda. Ternyata yang dateng cuma Woro sama Desna. Sedih sih, tapi yasudahlah karena ada berita lebih menyedihkan yang harus saya sampaikan hari itu--bahwa saya puasa, jadinya nggak bisa ikut makan-makan. Desna sama Woro begitu tau langsung murka sama saya. Tapi ujungnya maklum sih hahaha.

Setelah ngobrol panjang lebar, foto-foto dengan berbagai gaya, foto lagi, foto lagi dan foto lagi, hal absurd pun mulai terjadi. Sekitar jam 1 lewat, ada telfon masuk ke hp saya. Awalnya saya kira itu dosen pembimbing saya, karena setelah ketemuan itu, saya berencana untuk bimbingan soal proposal skripsi saya sama PA. Tapi ternyata bukan, yang nelfon itu Irfan--anggota geng Kampung Banana. Haha. Sejujurnya, pas awal-awal dia ngomong di telfon, saya nggak ngerti maksudnya apa. Kedengerannya cuma: "Lili, brnbrk mwkjsbs blubub blubub.......". Mungkin karena Roti Bakar Eddy itu tempatnya terbuka di pinggir jalan kali ya, jadi saya nggak jelas dengernya--atau boleh lah mungkin telinga saya yang bermasalah. Intinya, jawaban saya pas awal itu cuma, "Apa?...... Apa? Oh, Apa?"

Setelah beberapa detik, saya mencoba untuk mendengarkan suara di telfon dengan seksama. Ternyata si Irfan dengan santainya nanya, besok ada acara nggak, bisa nggak berangkat ikutan  NLC sampe tanggal 27 Agustus. Saya yang denger dia ngomong dengan santai gitu, cuma ketawa-ketawa aja dan mikir dia bercanda--or mocking at me (secara saya kan sempet apply, tapi nggak lolos). Yaa, gimana nggak mikir kayak gitu, NLC (Nusantara Leadership Camp) 2014 itu bakal diadain di Putrajaya, Malaysia tanggal 23 Agustus 2014 - 27 Agustus 2014. Yang mau ikutan itu, ada seleksi berkasnya. Saya daftar dan tidak lolos. And that time, he was asking my availability to be in. Simply thru phone call. With an innocent yet flat voice. Ini orang kayaknya sakit deh. Sekejap kemudian, saya langsung menyambar ajakan Irfan: "Wah, lo bercanda ya? Lo tau gue apply dan nggak keterima ya?" Dan Irfan, tetap dengan nada datar, bilang: "Nggak, nggak ini serius. Singapura nggak jadi ngirim delegasi, jadi kita cari orang buat isi kuota yang kosong. Nah, lo kan alumni UISDP, jadi ditawarin." Saya pun terdiam. Asik, kalo di FTV-FTV macam terbengong-bengong gitu. Macam nggak yakin ini mimpi atau kejadian beneran. Random amat. Ngerasa amazed banget kalo hal se-absurd dan se-kebetulan ini bisa kejadian. Basically, it's not about Malaysia that made me amazed. But, how this random thing happened. Kalo kata Paulo Coelho, how the universe conspires to make it happen.

Well, mungkin QS. Faathir : 2 ini bisa menjawab...

(2) مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidaklah ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 35 : 2)

Beberapa detik setelahnya, saya minta waktu buat mikir. Cailah. Telfon pun dimatikan. Saya pun reflek bertanya ke Woro dan Desna yang masih sibuk foto-foto cantik, "Masa temen gue random banget deh. Ngajak ke Malaysia besok pagi. Menurut lo berangkat nggak?" Terus mereka jawab, "Lah iya? random banget. Kalo gratis mah berangkat." Dan jadilah, tanpa sebelumnya saya konfirmasi dulu berapa biaya yang harus saya keluarkan--yang beberapa jam setelahnya saya baru tau jika saya tidak perlu membayar apapun, saya konfirmasi via sms jika saya tertarik ikut.

Saya mengehela napas, subhanallah, jadi ini yang namanya rezeki di siang bolong?






-to be continued. Udah subuh euy.







Dienstag, 22. Juli 2014

Susi dan Santi

Mungkin malam itu akan menjadi sehancur-hancurnya malam bagi Susi. Cerita dari temannya yang baru saja ia dengar meluluhlantakkan hatinya. Gedung-gedung gagah disekitarnya, yang memagari liarnya angkutan ibukota, seolah runtuh bersama dengan indah bayangan yang selama ini ia bangun. Digantikan kelam malam yang terasa sayu di hatinya kini-- mungkin juga nanti, atau bahkan selamanya. Tidak, tidak, ini bukan soal Susi yang di-putus hubungan kerja. Bukan soal Susi dan keluarga yang kehilangan adik nan manja. Tapi ini tentang rasa sakit di hati kehilangan seseorang yang dipuja.

Adalah ia, laki-laki yang tiba-tiba datang merangsuk masuk ke hati Susi. Mengisi ruang yang selama ini kosong tak berpenghuni. Dengan muka bersahabat, bercerita panjang lebar, membuat Susi merasa ada, nyata dan paling penting--dibutuhkan. Saling menunggu, berbagi waktu, hingga berpisah lalu merindu. Bahkan secercah cahaya sendu yang menggelayuti malam itu bersedia menjadi saksi sebuah pagelaran syahdu kala itu.

Adalah ia, laki-laki yang membuat hari-hari setelahnya terasa menyiksa diri. Susi merasa dirinya mati suri. Menanti momen itu terulang lagi. Tapi si laki-laki tak kunjung kembali. Setidaknya, bukan dalam bentuk eksistensi fisiologis, namun kehangatan batin yang dulu menyesakkan dada. Dan dari sanalah, cerita klasik cinta berujung derita versi Susi bermula.

Adalah ia, laki-laki yang ternyata juga menyesakkan hati teman Santi, teman terbaiknya selama ini, dengan rasa yang sama yang ia juga rasakan. Adalah ia, laki-laki yang juga selama ini selalu disebut-sebut Santi dalam ceritanya tentang laki-laki gagah perebut hatinya. Adalah ia, laki-laki yang selama ini disebut Santi kepada Susi, seseorang yang membuatnya merasa ada, merasa nyata, dan merasa dirinya dibutuhkan.

Susi menelan ludah dalam mati surinya. Dirinya dan sahabatnya telah berlabuh pada dermaga yang sama. Telah terkagum pada matahari yang sama. Hanya dengan senja yang berbeda. Maka biarkan dulu Susi tenggelam pada kelam malam yang sayu itu. Biar malam membawa rasa itu menenggelam. Agar Santi, dapat kembali melanjutkan takdir alam yang selama ini buram.

Sonntag, 20. Juli 2014

Postingan Apa Sih Ini?

Kamu tahu, bahkan dua gelas minuman berwarna merah jambu itu bersedia menjadi saksi bagaimana syahdunya hari itu--setidaknya buatku. Kamu tahu, betapa malam jadi terasa benderang ketika kamu bersemangat bercerita padaku tentang banyak hal. Kamu tahu, bahwa kalimat demi kalimat dalam dialog kita hari itu tersimpan rapi pada syaraf pengingat di kepala ini.

Tapi sayang, kamu tidak tahu, jika jam-jam setelah hari itu, terasa sangat menyiksa. Kamu tidak tahu jika otakku dengan tidak sopan membentuk definisi baru atas perlakuanmu padaku. Begitukah? Begitukah maksudmu? Ataukah aku terlalu pagi untuk mengigaukan mimpi seindah itu?

---
Postingan apa sih ini? #abaikan
Diiringi lagu dangdut yang menggema di rumah -_____-

Donnerstag, 17. Juli 2014

cerita cinta bau kaos kaki

pada kisah kita yang hanya kita yang tahu. pada masa abai yang terlalu lama menggantung di langit-langit. pada kepastian yang kamu paksa untuk diminta. pada kenyataan bahwa aku sudah berkali-kali meyakinkan, aku tak punya kepastian yang kamu harapkan.

demi cerita cinta berbau kaos kaki yang kamu agungkan. ketat mengikat. menjaga tetap hangat. tapi kian lama, timbul bau yang amat menyengat. pada tiap momen yang kita belum sepakat. kamu mendominasi pada posisi memikat. membiarkanku pada posisi subordinat. lalu menagih janji timbal balik seperti halnya para birokrat.

demi cinta berbau kaos kaki. percayalah, cinta dengan subordinasi, tidak akan pernah berjalan hakiki.

p.s. ini bukan cerita cinta

ini bukan cerita cinta. aku kan masih kecil, tidak boleh main cinta-cintaan. tapi aku kesulitan mencari diksi lain untuk menggambarkan rasa itu. padahal, kalo dilihat dari sinetron favoritku yg tampil setiap maghrib di tv itu, ini mah cinta namanya. dia menghampiriku, menanyakan namaku. lalu kita mengobrol banyak tentang segala hal, dari hewan piaraan hingga adikku yang nakal. dia tertawa, aku juga tertawa terpingkal-pingkal. tapi sayang, bel berbunyi tanda istirahat selesai. dia kembali ke kelas, aku pun begitu dengan langkah gontai.

ini bukan cerita cinta. padahal, episode sinetron hari ini persis dengan apa yang aku dan dia alami di depan plaza kalibata. tapi kata ibu, aku harus punya KTP sebelum bicara cinta. ah cinta, kenapa kamu membuatku menderita.

p.s. ini bukan cerita cinta

---
Hahaha aneh banget ini tulisan. Yah, refleksi lah pagi-pagi, berkarya tanpa responsibilitas membangun bangsa jadinya ya melahirkan anak-anak mellow tak berdaya karena cinta. sedih!

Sonntag, 30. März 2014

XL Future Leaders 2nd Batch: The Uncensored Story Part #2


Setelah beberapa bulan penantian, finally woro-woro tentang pembukaan pendaftaran seleksi program XL Future Leaders Batch II pun dibuka. Kalo nggak salah deadline-nya itu akhir Juni 2013.

Tahapan seleksi pertama adalah seleksi berkas. Seingat saya, saat itu peserta yang berminat diminta untuk mengisi formulir pendaftaran, menjawab beberapa pertanyaan tentang leadership, serta membuat essay singkat tentang pengalaman memimpin. Sebenarnya, untuk ukuran program se-prestis XL Future Leaders, syarat berkas tersebut tidak terlalu ribet. Karena saya pengalaman banget loh ngisi form aplikasi untuk berbagai lomba, conference, summer program, youth forum dan sebagainya (pengalaman ngisi form doang loh yaa, nggak semuanya lolos, bahkan lebih banyak gagalnya haha. tapi tetep semangat!!). Nah, secara logika, kalo form-nya nggak terlalu sulit, harusnya saya bisa get it done as soon as possible dong yaa haha. Tapi begitulah hidup, it will be flat until dealing with the deadline. Dan kebetulan bulan Mei - Juni - Juli adalah bulan-bulan padat agenda, dari mulai JMUN sampe K2N, jadi saya selalu punya excuse untuk menunda submit application form hehe.

Saya masih ingat betul, saat itu saya sedang mengikuti program K2N (Kuliah Kerja Nyata) Tematik UI dari Kemahasiswaan UI di Puncak, Bogor, ketika deadline untuk submit formulir pendaftaran sudah semakin dekat. Untuk hal ini, saya sendiri masih kagum dengan bagaimana Allah mengatur segalanya. Ah, Allah :)
Jadi, sedikit keluar dari topik ya. Saya pribadi selalu berusaha untuk melakukan perencanaan masa kuliah saya sebaik mungkin, se-well-prepared mungkin. Mengingat, masa-masa kuliah kan cuma 4 tahun. Tetapi ada banyak sekali hal yang ingin saya coba, karenanya semua waktu harus benar-benar digunakan seefektif mungkin. Sejujurnya, di tahun kedua kuliah saya, tepatnya di semester 5, saya berencana untuk exchange satu semester. Namun, sepertinya Allah berkehendak lain. Saat itu, karena harga tes TOEFL LBI naik jadi Rp 350.000,00 dan uang saya belum cukup haha, ditambah lagi saya belum pernah tes TOEFL ataupun mengikuti TOEFL Preparation Class, maka dengan persiapan yang sangat minim, saya takut tidak mampu memenuhi standard score 500 yang diminta International Office UI saat itu. Sayang 350.000-nya kalo gagal hiks. Oleh karena itu, saya putuskan untuk merombak ulang planning hidup saya. Saya putuskan saat itu untuk mencapai target saya yang lain, mengikuti K2N UI sambil terus belajar TOEFL, dan mengikuti exchange di tahun 2014. Amin Ya Allah. Kebetulan di UI, program K2N UI adalah program idaman. Kuotanya sedikit, namun pengalaman yang ditawarkan melimpah ruah, karena lokasinya di perbatasan Indonesia. Maka menjadi bagian dari peserta K2N Perbatasan UI adalah target saya saat itu.

Namun, Allah memang sebaik-baik pembuat rencana. Kualifikasi peserta K2N Perbatasan tahun 2013 dirubah oleh panitia, calon peserta diwajibkan telah memenuhi minimal 90sks. SKS saya yang saat itu menjadi genap 90sks jika ditambah dengan mata kuliah yang sedang diambil pun ditolak mentah-mentah oleh panitia. Dan ajaibnya, mendapat penolakan tersebut, saya justru tidak meneruskan untuk mendaftar. Padahal biasanya saya selalu nekat, kan tagline saya: apapun yang penting submit berkas! haha. Mungkin karena saat itu ada banyak paper kuliah yang juga sudah mendekati deadline. Sehingga, saya memilih untuk tidak mengambil risiko dengan memaksakan diri mendaftar K2N Perbatasan (dengan tugas membuat essay yang cukup memakan waktu), sementara saya harus mengerjakan paper-paper kuliah saya yang juga sudah darurat deadline. Singkat cerita, saya membiarkan seleksi K2N Perbatasan berjalan tanpa berkas saya. Bye K2N!! Padahal usut punya usut, karena peserta yang mendaftar kurang dari target, panitia akhirnya memperbolehkan orang-orang dengan sks (menuju) 90 seperti saya untuk mendaftar. Duh Ya Allah.. hidup memang pilihan ya.

Nah, masih seputar K2N. Allah itu memang penuh dengan tebakkan, saya yang sedang sedih karena belum punya kemampuan baik finansial maupun intelektual untuk mengikuti TOEFL Test sebagai syarat exchange dan berarti harus menunda mimpi exchange menjadi tahun depan, masa iya harus kehilangan kesempatan untuk K2N. Hingga akhirnya, Allah bilang, "Tidak Lili, kamu tetap bisa ikut  K2N kok dengan manfaat dan pengalaman yang akan didapatkan sama besarnya dengan yang didapatkan peserta K2N Perbatasan. Yang penting, kamu tetap membuka diri dan bersyukur ya." (Heem, Allah nggak literally ngomong gitu ke saya ya. Itu hanya hasil intrepretasi saya atas beebagai hal yang saya hadapi.)

Daaan, jengjengjeng, muncullah K2N Tematik UI. Teretoreng toreng. Sebelumnya agak males pake banget deh ikutan program ini, alasan pertama, utama, dan yang paling utama sih karena lokasinya yang cuma di Puncak! Aduh ya, itu mah berasa jalan-jalan doang kali yak, nggak bisa belajar banyak. Haha sombong banget ya saya saat itu, Astaghfirullah. Temen-temen saya juga nggak terlalu tertarik sama program beginian. Makanya bikin tambah males. Tapi kemudian, saya merasa tertampar ketika mengobrol dengan teman saya. Kira-kira begini dialognya...

Saya          : Melati (Nama Disamarkan), ikut K2N Tematik, yuk!
Melati        : Yaaah, K2N Tematik males ah, Li. Cuma di Puncak gak seru. Nggak bisa sambil jalan-jalan.
(Entah kenapa, waktu denger temen saya ngomong kayak gitu, saya jadi ngerasa tersinggung haha. Saya nggak suka aja sama alasan dia nggak mau ikutan K2N Tematik. Masa karena seru dan nggak seru, karena nggak bisa jalan-jalan. Ya keleus. Kalau saya ya, saya males ikutan itu at least karena mikir, pelajaran unik apa yang bisa saya dapet dari warga yang tinggal di sekitaran Jakarta. Apa bedanya sama studi lapangan biasa? Nah, bukan karena di bisa jalan-jalan apa nggak.)

Makanya, setelah denger alasan temen nggak tertarik ikut K2N Tematik itu karena seru nggak seru, bisa jalan-jalan atau nggak, keputusan saya jadi bulet banget ikut K2N Tematik. Saya nggak mau berada pada golongan yang sama dengan mereka yang berpikir kayak gitu. Ini sebagai bentuk protes saya. Saya mau tunjukkin, kalo there will be so much reason for them being so regretful cause letting this opportunity go.

Yaudalah intinya, finally setelah berbagai dinamika, cailah, saya ikut K2N Tematik UI, yang pada akhirnya, sebenernya Allah udah mengatur ini semua. Karena mengurus segala paper UAS, ikut beberapa event dalam dan luar kampus, saya jadi tidak sempat menyelesaikan formulir XLFL saya. Hingga akhirnya, hari H deadline datang juga. Yeaaaay welcome the deadline!!!!

Daaan, karena ternyata jadwal para peserta K2N Tematik itu juga sangat-sangat padat, maka saya baru bisa menyelesaikan malam setelah semua peserta K2N pergi bobo. Selain itu juga karena kebetulan tempat tinggal kami tidak terlalu besar, sehingga spot tidur sangat terbatas. Bahkan kakak fasilitator kami pun berbaik hati dengan bersedia tidur di dapur saking tidak ada ruang sedikit pun (huhu Ka Choi dan Ka Pipin :3 Makasih pengorbanannya kak!!) Jadi, saya harus memastikan jika saya tidak mengambil spot tidur orang lain ketika menyelesaikan aplikasi saya, dan yang paling penting, di spot saya tersebut harus ada sinyal internet hahaha. Nah ini dia yang saya bilang kenapa saya bersyukur sekali karena tidak jadi mengikuti K2N Perbatasan. Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, lokasi K2N Perbatasan adalah di ujung-ujung perbatasan Indonesia. Sehingga, jarak tempuh menuju ke sana pun berhari-hari, karena menggunakan kapal laut. Rasanya pasti saya tidak punya energi lagi untuk apply ini itu ketika bertugas K2N disana. Apalagi sinyal! Duh, menurut cerita teman-teman, disana susah sekali mendapatkan sinyal yang lemah sekalipun. Sedangkan, untuk di K2N Tematik, walaupun letaknya di Puncak, namun sinyal internet sudah cukup baik. Walaupun, hanya ada di beberapa spot tertentu, dan pada spot lain sinyalnya hilang. Haha.

Beberapa hari sebelum deadline program XLFL, saya sedikit mempromosikan program ini ke teman-teman peserta K2N Tematik lainnya. Ini yang selalu ingin saya terapkan pada diri saya, berbagi informasi. Saya selalu berusaha untuk men-share setiap informasi entah lomba, beasiswa, youth forum dan segala hal lain yang saya tahu ke orang-orang di sekitar saya. Beberapa orang bertanya, apa saya tidak merasa rugi atau dikhianati (cailah) karena seringnya, yang lolos seleksi bukan saya, tetapi teman-teman yang saya ajak untuk ikut haha. Ah, tapi itu semua tidak penting buat saya, justru itu membuat saya jadi semakin termotivasi. Hem, agak terkesan normatif ya? Tapi begitulah. Saya selalu percaya bahwa setiap orang punya 'momentum'-nya masing-masing. Jika Allah sudah berkehendak, menjadikan sebuah moment sebagai 'momentum'-nya, maka, kita bisa apa selain mengambil pelajaran darinya?

Nah, kembali ke awal, dari beberapa orang yang saya ceritakan tentang program ini, yang tampaknya tertarik adalah Mayang. Dan, jadilah kami berdua menghabiskan menit-menit terakhir hari itu dengan mengisi formulir aplikasi untuk program XLFL Batch II.

Daaaan, bagaimana hasilnya? Tunggu di postingan selanjutnya ya! It has been too long i think.

XL Future Leaders 2nd Batch: The Uncensored Story Part #1

Dan yak, setelah membuat kesal beberapa orang dengan blog berjudul super panjang tapi super nggak penting (Emm, atau justru tidak ada yang kesal, karena memang tidak ada yang mengunjungi. haha. *Lili edisi hopeless*) beberapa menit kemudian, saya pun meng-click compose button lagi haha. But now, i've decided what things i will share first.

Jadi, kali ini saya mau berbagi cerita sedikit tentang program XL Future Leaders (XLFL) yang saya ikuti. Jengejerejeeeeeng, ayo kalian yang lagi baca, heboh-heboh gitu ya sebelum kita menuju tulisan utama. Wuhuuuu wuhuuuu. Oke stop being stupid, Li :)
Sebelumnya, saya mau mengingatkan, cerita saya kali ini kan bukan cerita komersil berbayar ya haha, jadi maaf jika nantinya, isi tulisan justru lebih banyak curhat dan sedikit memberikan informasi. heheu.

Oke, semuanya bermula di kost-an Lita (Nama lengkap: Nurlita Dewi Ramadhani | Kuliah: Vokasi UI 2011 | Status: InsyaAllah jomblo hingga menikah). Jadi, saat itu siang menjelang sore, saya dan beberapa teman lain berkumpul di kost-an Lita untuk rapat program Kampung Banana yang merupakan proyek pemberdayaan masyarakat yang saat itu hingga kini masih berusaha kami kembangkan di Beji, Depok (more info tentang Kampung Banana disini). Saya masih ingat dengan sangat detail, hampir semua teman-teman saya saat itu sibuk membicarakan program XLFL. Ternyata, beberapa dari mereka lolos tahapan seleksi awal dan bersiap untuk seleksi wawancara. Nah, saya yang saat itu nggak tau program XLFL itu apa, hanya diam (tapi menyimak), yaa paling saya nanya-nanya seadanya lah haha. Saya agak sebel juga, kenapa saya bisa nggak dapet kabar sama sekali tentang itu program. Belakangan saya tau, kalo ternyata XL Future Leaders itu adalah program leadership yang diadakan untuk pertama kalinya oleh sebuah provider *piiip*. Nama providernya dirahasiakan ya hahahaha you know lah. Makanya, saya nggak terlalu menyalahkan diri gitu sih, karena nggak tau informasi tentang program ini. Tapi, gimana caranya itu temen geng gaul di Kampung Banana pada tau soal program XLFL? Saya juga nggak tau sih haha. Yang saya tau, begitulah culture kita, setiap ketemu, pasti update event atau lomba hahahahaha.

Singkat cerita, pas udah di rumah, saya langsung cari tau deh tuh info tentang XL Future Leaders. Saya catet segala kontak, website, twitter, dan sebagainya, buat jaga-jaga untuk seleksi tahun depan. Pokoknya saya nggak mau ketinggalan info lagi. Even saat itu, saya pun belom tau banget benefit apa aja yang bisa kita dapet kalo kepilih nanti. Yang penting buat saya, daftar aja. Itu kan program leadership, lolos nggak lolos, there must be priceless values we could get, right? Haha. Sounds ambitious? Oh no, guys! It's what we usually call it as stra-te-gy hahahah.

Setelah masa seleksi program XLFL Batch I selesai, saya ikut berbahagia karena dari geng Kampung Banana, ternyata ada satu orang yang lolos sampai tahap akhir, please welcome..... Irfaaaaaaaaaannnnn!!! Yuhuuuu. Sejujurnya, gue nggak ngerasa amazed banget sih knowing that he passed the selection process. Pertama, karena dia emang cukup kece, kan temen gue di Kampung Banana. Pokoknya anak Kampung Banana itu keren-keren semua haha. Jadi kan kita pernah ikut satu program student development gitu, jadi taulah saya gimana track record dia hahaha. Nah, tapi, setelah denger beberapa kali cerita Irfan tentang program-program XLFL yang kereeen banget, gimana dia dapet pendampingan dari para fasilitator yang merupakan konsultan dari lembaga yang sangat kredibel, gimana kurikulum programnya sangat menyenangkan, gimana metode belajarnya yang fun, gimana dia seleksi via regional Yogya (biar chance-nya lebih gede dari regional Jakarta katanya. which means emang seleksinya ketat banget, bahkan lebih ketat dari leggingnya penyanyi dangdut), dan yang paling penting gimana ikhlasnya XL menginvestasikan banyak fasilitas (HP touch screen, notebook, modem, pulsa) ke para peserta-- fixed banget semua hal itu bikin saya semakin bulat untuk ikut seleksi XL Future Leaders tahun berikutnya.

Yaaak, udah cukup panjang yaa ceritanya. Tapi bahkan, setengah cerita pun belom ini hahaha. Oke, jadi lanjut ke postingan selanjutnya ya.


Tidak Direkomendasikan untuk Dibaca karena Satu dan Lain Hal Tapi Kamu Tetap Boleh Membaca Jika Kamu Memaksa untuk Membaca

Hello, people! And the year has already changed. So fast, huh? But, now we wont talk much about that. So, just leave the time dilemma and get busy with other life stuff dilemmas! Haha
Before that, I want to thank God for once again put Your mercy on me. Ah, Allah, betapa hambamu ini masih jauh jauh jauh dan jauh sekali untuk bisa menjadi hamba kebanggan-Mu. Allah :(( (Tuh, kan air mata menetes). 
Oke, back to my very first intention in opening laptop and accessing blog. Emm, to be honest, i dont have the idea from where should i start this. Because it must be a very long writing (Etapi serius nih bingung mesti mulai darimana) Fiuuh. Then now, my head's overwhelmed by things that has lived very well there. Oke sudahlah ya berkhayalnya.

Jadi begini, saya itu udah banyak bulan nggak nulis blog (err, ngerti nggak maksudnya? haha). So, i'm getting confused then about what things i should shared first. Karena saya mau cerita beberapa keluarbiasaan yang saya alami di tahun sebelumnya in order gitu lhoooo. Tapi, saya kebawa emosi (inget ya, emotion doesnt work only in term of negative aspect) untuk cerita tentang big thing currently happened to me.

Well, kita selesaikan sajalah ya postingan ini. Sebelum ngalor ngidul lebih jauh lagi.
Bye.

*terus antiklimaks* *terus ngeselin*
Haha it's not my fault yaa, judulnya aja ngeselin gitu. pfft.

Samstag, 29. März 2014

Disini.

Disini, di rumah berbatas tembok bata merah dengan sedikit peluran kasar hasil kerja anak buah Pak Lurah. Tak perlu hidup susah-susah. Disini, kamu tak perlu repot mengatur bunyi alarm, toh sahutan alarm tetangga akan sampai bunyinya nanti malam. Tak usah masak makanan enak, tunggu saja aroma masakan tetangga yang mampir barang sejenak.

Nanti

Sejujurnya, saya tidak mau bertindak macam caleg-caleg di luar sana, umbar janji kesana kemari, ditepati belum pasti. Tapi lagi-lagi, saya masih harus berjanji menyelesaikan tulisan saya yang belum selesai nanti-nanti. Sekian bulan tidak bertemu, jari ini kaku juga memijit tuts laptop yang ukurannya membesar ini.

Nah, postingan kali ini memang bukan solusi untuk itu semua. Semua itu, janji-janji yang belum ditepati, cerita-cerita yang terhenti, serta tulisan-tulisan yang menggantung setengah mati. Hanya saja, saya mau kamu tau, bahwa sedikit banyak aku masih peduli. Maka tak apa aku berteduh sejenak disini ya. Sebelum akhirnya benar-benar kembali. Nanti.

Apa kabarmu, Bu?

Maka biarkan semua ceracau burung di luar sana menggema. Aku, kamu, kita, tak perlu ambil pusing karenanya. Anggap saja nyanyian rindu, karena lama mengadu, tapi tak di dengar barang satu waktu. Bicara soal rindu, apa kabarmu, Bu?

Samstag, 29. November 2014

Curhat Sore Hari

Halo. Saat ini di rumah saya gelap. Err, bukan karena mati lampu sih, tapi karena di luar mendung banget dan lampu kamar sengaja nggak saya nyalain. Setelah masa-masa kemarau yang cukup lama, kangen juga saya dengan suasana mendung nan sendu di sore hari kayak gini.

Anyway, saya kangen banget nulis huhu. Banyak hal yang mau di-share, tapi beberapa minggu belakangan saya merasa sibuk-sibuk kerbau. Sibuk tapi nggak produktif. Selalu ngerasa waktu kurang untuk menyelesaikan berbagai kerjaan organisasi, magang, bahkan skripsi, tapi selalu ada waktu buat leyeh-leyeh nggak jelas dan tidur lama-lama. Duh saya tak seproduktif dulu, padahal saya juga tak semuda dulu.

Yap, saya tak semuda dulu. Time flies so fast ya. Perasaan baru kemarin saya ngantri di depan PPMT buat daftar ulang dan ngukur-ngukur jakun, tapi sekarang udah menjelang Bab 4 skripsi dan harus mikirin lulus mau ngapain. Sebagai bagian dari UI, saya bangga banget liat banyak senior saya yang kece-kece--in term of prestasi ini ya. Menang lomba apa, ikut kompetisi apa, exchange kemana, membangun bisnis apa, mendirikan comdev apa, dll. Di sisi lain, hal itu bikin saya jadi refleksi. Menjelang 4 tahun kuliah, gimana bisa khusnul khatimah selesai kuliah ini mah kalo saya nggak ada progress apa-apa gini. Da aku mah apa atuh, butiran nutrisari yang nunggu diseduh haha.

Well, actually these past 4 years saya bukannya nggak ngapa-ngapain juga sih. Cuma banyak hal yang saya rasakan hanya hampir terjadi hahahaha. Duh kalo inget masa-masa gagal yang beragam itu, rasanya saya mau nyanyi lagunya Cita Citata yang populer justru karena sering di-lipsync sama Audi Marissa di Inbox, Sakitnya Tuh Disini. *penting*

Oke sudah ya! haha -antiklimaks.

Montag, 1. September 2014

Aksidental Trip: Ungkapan Rezeki di Siang Bolong itu Ada! (Part #1)

Saya tahu, beberapa minggu belakangan ini, trafik blog saya meningkat tajam--bahkan lebih tajam dari silet. Cailah. Saya pun tahu specific factor that did it. Well, apalagi kalo bukan postingan tentang (unfinished written story) seleksi XL Future Leaders yang saya posting entah dari kapan, namun belum selesai part selanjutnya hingga sekarang, lebih tepatnya hingga gelombang 1 seleksi tertulis regional Jakarta sudah dilaksanakan. What a PHP blog memang ya~ Maafkan saya teman-teman yang sudah menaruh harap besar pada blog ini, alih-alih sharing tentang proses seleksi XLFL, saya justru curhat tak karuan.

But, it's okay. Mungkin blog ini tidak menjadi rejeki bagi teman-teman yang seleksi XLFL tahun ini hehe. Karena saya pun belum tahu akan menyelesaikan tulisan-tulisan tersebut kapan. Mengingat, sebagai anak tingkat akhir yang mulai merintis karir sebagai freelance writer (nyari mati ya, udah tingkat akhir, mestinya fokus skripsi malah nyari kerjaan jadi penulis. duh), waktu saya minim untuk menulis hal lain di luar kerjaan. Postingan ini aja, saya curi-curi waktu tidur nih haha. It's already 2.24 AM there.

Oke, jadi hal super duper penting apa yang mendesak banget untuk dibahas kali ini? Yap, just like the title, saya mau mengabadikan momen awkward dan random yang baru saya alami beberapa hari yang lalu. I swear that was the most awkward moment in my 20-some life.

Jadi, cerita bermula ketika Woro--teman dekat semasa SMA (cailah), mengajak saya dan geng PSP--singkatan nama angkatan Paskibra SMA saya, bertemu kangen selepas lebaran. Iya, iya, lebaran udah lewat iya. Tapi, atas nama silaturrahim yang harus terus dijaga dan membayar hutang ketidakhadiran kami saat bukber PSP ramadhan lalu, kami pun janjian untuk ketemuan. Saya pun mengusulkan untuk bertemu di Roti Bakar Eddy (RBE) Margonda, karena saya belum pernah kesana dan ke RBE cabang manapun. Singkat kata, teman saya setuju dan jadilah kita bertemu di hari Jumat yang (subhanallah) berkah.

(Actually, cerita tadi bukan main story-nya ya, gengs. Itu pengantar aja biar seru haha)

Nah, saya inget banget tuh, karena hari itu hari Jumat sekaligus hari deadline proposal skripsi, jadi sebelum berangkat saya rapi-rapi rumah (apa hubungannya?), koreksi-koreksi dikit proposal skripsi, dan berangkat dari rumah setelah Bapak pulang shalat Jumat. Di rumah itu sebelum berangkat terjadilah the tetot moment. Saya baru sadar kalo hari itu saya lagi shaum. Huaaaa, padahal pengen banget nyobain roti bakarnya Pak Eddy itu, tapi lupa banget kalo hari itu lagi puasa. Saya pun sedih, tapi tidak memberitahu teman saya yang telah setia menanti di venue. Karena pasti mereka akan ngomel-ngomel hahaha. Jadi, saya pikir biarlah ini menjadi kejutan buat mereka. Biar saja marahnya on the spot di depan muka saya, jangan via telfon, wasap, line apalagi sms. Kasihan mereka, nanti capek ngetiknya.

(Dan, ini kok udah panjang ya tulisannya? Padahal belum masih belum menyentuh main story -__-)

Singkat kata, saya akhirnya sampe tuh di Roti Bakar Eddy Margonda. Ternyata yang dateng cuma Woro sama Desna. Sedih sih, tapi yasudahlah karena ada berita lebih menyedihkan yang harus saya sampaikan hari itu--bahwa saya puasa, jadinya nggak bisa ikut makan-makan. Desna sama Woro begitu tau langsung murka sama saya. Tapi ujungnya maklum sih hahaha.

Setelah ngobrol panjang lebar, foto-foto dengan berbagai gaya, foto lagi, foto lagi dan foto lagi, hal absurd pun mulai terjadi. Sekitar jam 1 lewat, ada telfon masuk ke hp saya. Awalnya saya kira itu dosen pembimbing saya, karena setelah ketemuan itu, saya berencana untuk bimbingan soal proposal skripsi saya sama PA. Tapi ternyata bukan, yang nelfon itu Irfan--anggota geng Kampung Banana. Haha. Sejujurnya, pas awal-awal dia ngomong di telfon, saya nggak ngerti maksudnya apa. Kedengerannya cuma: "Lili, brnbrk mwkjsbs blubub blubub.......". Mungkin karena Roti Bakar Eddy itu tempatnya terbuka di pinggir jalan kali ya, jadi saya nggak jelas dengernya--atau boleh lah mungkin telinga saya yang bermasalah. Intinya, jawaban saya pas awal itu cuma, "Apa?...... Apa? Oh, Apa?"

Setelah beberapa detik, saya mencoba untuk mendengarkan suara di telfon dengan seksama. Ternyata si Irfan dengan santainya nanya, besok ada acara nggak, bisa nggak berangkat ikutan  NLC sampe tanggal 27 Agustus. Saya yang denger dia ngomong dengan santai gitu, cuma ketawa-ketawa aja dan mikir dia bercanda--or mocking at me (secara saya kan sempet apply, tapi nggak lolos). Yaa, gimana nggak mikir kayak gitu, NLC (Nusantara Leadership Camp) 2014 itu bakal diadain di Putrajaya, Malaysia tanggal 23 Agustus 2014 - 27 Agustus 2014. Yang mau ikutan itu, ada seleksi berkasnya. Saya daftar dan tidak lolos. And that time, he was asking my availability to be in. Simply thru phone call. With an innocent yet flat voice. Ini orang kayaknya sakit deh. Sekejap kemudian, saya langsung menyambar ajakan Irfan: "Wah, lo bercanda ya? Lo tau gue apply dan nggak keterima ya?" Dan Irfan, tetap dengan nada datar, bilang: "Nggak, nggak ini serius. Singapura nggak jadi ngirim delegasi, jadi kita cari orang buat isi kuota yang kosong. Nah, lo kan alumni UISDP, jadi ditawarin." Saya pun terdiam. Asik, kalo di FTV-FTV macam terbengong-bengong gitu. Macam nggak yakin ini mimpi atau kejadian beneran. Random amat. Ngerasa amazed banget kalo hal se-absurd dan se-kebetulan ini bisa kejadian. Basically, it's not about Malaysia that made me amazed. But, how this random thing happened. Kalo kata Paulo Coelho, how the universe conspires to make it happen.

Well, mungkin QS. Faathir : 2 ini bisa menjawab...

(2) مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidaklah ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 35 : 2)

Beberapa detik setelahnya, saya minta waktu buat mikir. Cailah. Telfon pun dimatikan. Saya pun reflek bertanya ke Woro dan Desna yang masih sibuk foto-foto cantik, "Masa temen gue random banget deh. Ngajak ke Malaysia besok pagi. Menurut lo berangkat nggak?" Terus mereka jawab, "Lah iya? random banget. Kalo gratis mah berangkat." Dan jadilah, tanpa sebelumnya saya konfirmasi dulu berapa biaya yang harus saya keluarkan--yang beberapa jam setelahnya saya baru tau jika saya tidak perlu membayar apapun, saya konfirmasi via sms jika saya tertarik ikut.

Saya mengehela napas, subhanallah, jadi ini yang namanya rezeki di siang bolong?






-to be continued. Udah subuh euy.







Dienstag, 22. Juli 2014

Susi dan Santi

Mungkin malam itu akan menjadi sehancur-hancurnya malam bagi Susi. Cerita dari temannya yang baru saja ia dengar meluluhlantakkan hatinya. Gedung-gedung gagah disekitarnya, yang memagari liarnya angkutan ibukota, seolah runtuh bersama dengan indah bayangan yang selama ini ia bangun. Digantikan kelam malam yang terasa sayu di hatinya kini-- mungkin juga nanti, atau bahkan selamanya. Tidak, tidak, ini bukan soal Susi yang di-putus hubungan kerja. Bukan soal Susi dan keluarga yang kehilangan adik nan manja. Tapi ini tentang rasa sakit di hati kehilangan seseorang yang dipuja.

Adalah ia, laki-laki yang tiba-tiba datang merangsuk masuk ke hati Susi. Mengisi ruang yang selama ini kosong tak berpenghuni. Dengan muka bersahabat, bercerita panjang lebar, membuat Susi merasa ada, nyata dan paling penting--dibutuhkan. Saling menunggu, berbagi waktu, hingga berpisah lalu merindu. Bahkan secercah cahaya sendu yang menggelayuti malam itu bersedia menjadi saksi sebuah pagelaran syahdu kala itu.

Adalah ia, laki-laki yang membuat hari-hari setelahnya terasa menyiksa diri. Susi merasa dirinya mati suri. Menanti momen itu terulang lagi. Tapi si laki-laki tak kunjung kembali. Setidaknya, bukan dalam bentuk eksistensi fisiologis, namun kehangatan batin yang dulu menyesakkan dada. Dan dari sanalah, cerita klasik cinta berujung derita versi Susi bermula.

Adalah ia, laki-laki yang ternyata juga menyesakkan hati teman Santi, teman terbaiknya selama ini, dengan rasa yang sama yang ia juga rasakan. Adalah ia, laki-laki yang juga selama ini selalu disebut-sebut Santi dalam ceritanya tentang laki-laki gagah perebut hatinya. Adalah ia, laki-laki yang selama ini disebut Santi kepada Susi, seseorang yang membuatnya merasa ada, merasa nyata, dan merasa dirinya dibutuhkan.

Susi menelan ludah dalam mati surinya. Dirinya dan sahabatnya telah berlabuh pada dermaga yang sama. Telah terkagum pada matahari yang sama. Hanya dengan senja yang berbeda. Maka biarkan dulu Susi tenggelam pada kelam malam yang sayu itu. Biar malam membawa rasa itu menenggelam. Agar Santi, dapat kembali melanjutkan takdir alam yang selama ini buram.

Sonntag, 20. Juli 2014

Postingan Apa Sih Ini?

Kamu tahu, bahkan dua gelas minuman berwarna merah jambu itu bersedia menjadi saksi bagaimana syahdunya hari itu--setidaknya buatku. Kamu tahu, betapa malam jadi terasa benderang ketika kamu bersemangat bercerita padaku tentang banyak hal. Kamu tahu, bahwa kalimat demi kalimat dalam dialog kita hari itu tersimpan rapi pada syaraf pengingat di kepala ini.

Tapi sayang, kamu tidak tahu, jika jam-jam setelah hari itu, terasa sangat menyiksa. Kamu tidak tahu jika otakku dengan tidak sopan membentuk definisi baru atas perlakuanmu padaku. Begitukah? Begitukah maksudmu? Ataukah aku terlalu pagi untuk mengigaukan mimpi seindah itu?

---
Postingan apa sih ini? #abaikan
Diiringi lagu dangdut yang menggema di rumah -_____-

Donnerstag, 17. Juli 2014

cerita cinta bau kaos kaki

pada kisah kita yang hanya kita yang tahu. pada masa abai yang terlalu lama menggantung di langit-langit. pada kepastian yang kamu paksa untuk diminta. pada kenyataan bahwa aku sudah berkali-kali meyakinkan, aku tak punya kepastian yang kamu harapkan.

demi cerita cinta berbau kaos kaki yang kamu agungkan. ketat mengikat. menjaga tetap hangat. tapi kian lama, timbul bau yang amat menyengat. pada tiap momen yang kita belum sepakat. kamu mendominasi pada posisi memikat. membiarkanku pada posisi subordinat. lalu menagih janji timbal balik seperti halnya para birokrat.

demi cinta berbau kaos kaki. percayalah, cinta dengan subordinasi, tidak akan pernah berjalan hakiki.

p.s. ini bukan cerita cinta

ini bukan cerita cinta. aku kan masih kecil, tidak boleh main cinta-cintaan. tapi aku kesulitan mencari diksi lain untuk menggambarkan rasa itu. padahal, kalo dilihat dari sinetron favoritku yg tampil setiap maghrib di tv itu, ini mah cinta namanya. dia menghampiriku, menanyakan namaku. lalu kita mengobrol banyak tentang segala hal, dari hewan piaraan hingga adikku yang nakal. dia tertawa, aku juga tertawa terpingkal-pingkal. tapi sayang, bel berbunyi tanda istirahat selesai. dia kembali ke kelas, aku pun begitu dengan langkah gontai.

ini bukan cerita cinta. padahal, episode sinetron hari ini persis dengan apa yang aku dan dia alami di depan plaza kalibata. tapi kata ibu, aku harus punya KTP sebelum bicara cinta. ah cinta, kenapa kamu membuatku menderita.

p.s. ini bukan cerita cinta

---
Hahaha aneh banget ini tulisan. Yah, refleksi lah pagi-pagi, berkarya tanpa responsibilitas membangun bangsa jadinya ya melahirkan anak-anak mellow tak berdaya karena cinta. sedih!

Sonntag, 30. März 2014

XL Future Leaders 2nd Batch: The Uncensored Story Part #2


Setelah beberapa bulan penantian, finally woro-woro tentang pembukaan pendaftaran seleksi program XL Future Leaders Batch II pun dibuka. Kalo nggak salah deadline-nya itu akhir Juni 2013.

Tahapan seleksi pertama adalah seleksi berkas. Seingat saya, saat itu peserta yang berminat diminta untuk mengisi formulir pendaftaran, menjawab beberapa pertanyaan tentang leadership, serta membuat essay singkat tentang pengalaman memimpin. Sebenarnya, untuk ukuran program se-prestis XL Future Leaders, syarat berkas tersebut tidak terlalu ribet. Karena saya pengalaman banget loh ngisi form aplikasi untuk berbagai lomba, conference, summer program, youth forum dan sebagainya (pengalaman ngisi form doang loh yaa, nggak semuanya lolos, bahkan lebih banyak gagalnya haha. tapi tetep semangat!!). Nah, secara logika, kalo form-nya nggak terlalu sulit, harusnya saya bisa get it done as soon as possible dong yaa haha. Tapi begitulah hidup, it will be flat until dealing with the deadline. Dan kebetulan bulan Mei - Juni - Juli adalah bulan-bulan padat agenda, dari mulai JMUN sampe K2N, jadi saya selalu punya excuse untuk menunda submit application form hehe.

Saya masih ingat betul, saat itu saya sedang mengikuti program K2N (Kuliah Kerja Nyata) Tematik UI dari Kemahasiswaan UI di Puncak, Bogor, ketika deadline untuk submit formulir pendaftaran sudah semakin dekat. Untuk hal ini, saya sendiri masih kagum dengan bagaimana Allah mengatur segalanya. Ah, Allah :)
Jadi, sedikit keluar dari topik ya. Saya pribadi selalu berusaha untuk melakukan perencanaan masa kuliah saya sebaik mungkin, se-well-prepared mungkin. Mengingat, masa-masa kuliah kan cuma 4 tahun. Tetapi ada banyak sekali hal yang ingin saya coba, karenanya semua waktu harus benar-benar digunakan seefektif mungkin. Sejujurnya, di tahun kedua kuliah saya, tepatnya di semester 5, saya berencana untuk exchange satu semester. Namun, sepertinya Allah berkehendak lain. Saat itu, karena harga tes TOEFL LBI naik jadi Rp 350.000,00 dan uang saya belum cukup haha, ditambah lagi saya belum pernah tes TOEFL ataupun mengikuti TOEFL Preparation Class, maka dengan persiapan yang sangat minim, saya takut tidak mampu memenuhi standard score 500 yang diminta International Office UI saat itu. Sayang 350.000-nya kalo gagal hiks. Oleh karena itu, saya putuskan untuk merombak ulang planning hidup saya. Saya putuskan saat itu untuk mencapai target saya yang lain, mengikuti K2N UI sambil terus belajar TOEFL, dan mengikuti exchange di tahun 2014. Amin Ya Allah. Kebetulan di UI, program K2N UI adalah program idaman. Kuotanya sedikit, namun pengalaman yang ditawarkan melimpah ruah, karena lokasinya di perbatasan Indonesia. Maka menjadi bagian dari peserta K2N Perbatasan UI adalah target saya saat itu.

Namun, Allah memang sebaik-baik pembuat rencana. Kualifikasi peserta K2N Perbatasan tahun 2013 dirubah oleh panitia, calon peserta diwajibkan telah memenuhi minimal 90sks. SKS saya yang saat itu menjadi genap 90sks jika ditambah dengan mata kuliah yang sedang diambil pun ditolak mentah-mentah oleh panitia. Dan ajaibnya, mendapat penolakan tersebut, saya justru tidak meneruskan untuk mendaftar. Padahal biasanya saya selalu nekat, kan tagline saya: apapun yang penting submit berkas! haha. Mungkin karena saat itu ada banyak paper kuliah yang juga sudah mendekati deadline. Sehingga, saya memilih untuk tidak mengambil risiko dengan memaksakan diri mendaftar K2N Perbatasan (dengan tugas membuat essay yang cukup memakan waktu), sementara saya harus mengerjakan paper-paper kuliah saya yang juga sudah darurat deadline. Singkat cerita, saya membiarkan seleksi K2N Perbatasan berjalan tanpa berkas saya. Bye K2N!! Padahal usut punya usut, karena peserta yang mendaftar kurang dari target, panitia akhirnya memperbolehkan orang-orang dengan sks (menuju) 90 seperti saya untuk mendaftar. Duh Ya Allah.. hidup memang pilihan ya.

Nah, masih seputar K2N. Allah itu memang penuh dengan tebakkan, saya yang sedang sedih karena belum punya kemampuan baik finansial maupun intelektual untuk mengikuti TOEFL Test sebagai syarat exchange dan berarti harus menunda mimpi exchange menjadi tahun depan, masa iya harus kehilangan kesempatan untuk K2N. Hingga akhirnya, Allah bilang, "Tidak Lili, kamu tetap bisa ikut  K2N kok dengan manfaat dan pengalaman yang akan didapatkan sama besarnya dengan yang didapatkan peserta K2N Perbatasan. Yang penting, kamu tetap membuka diri dan bersyukur ya." (Heem, Allah nggak literally ngomong gitu ke saya ya. Itu hanya hasil intrepretasi saya atas beebagai hal yang saya hadapi.)

Daaan, jengjengjeng, muncullah K2N Tematik UI. Teretoreng toreng. Sebelumnya agak males pake banget deh ikutan program ini, alasan pertama, utama, dan yang paling utama sih karena lokasinya yang cuma di Puncak! Aduh ya, itu mah berasa jalan-jalan doang kali yak, nggak bisa belajar banyak. Haha sombong banget ya saya saat itu, Astaghfirullah. Temen-temen saya juga nggak terlalu tertarik sama program beginian. Makanya bikin tambah males. Tapi kemudian, saya merasa tertampar ketika mengobrol dengan teman saya. Kira-kira begini dialognya...

Saya          : Melati (Nama Disamarkan), ikut K2N Tematik, yuk!
Melati        : Yaaah, K2N Tematik males ah, Li. Cuma di Puncak gak seru. Nggak bisa sambil jalan-jalan.
(Entah kenapa, waktu denger temen saya ngomong kayak gitu, saya jadi ngerasa tersinggung haha. Saya nggak suka aja sama alasan dia nggak mau ikutan K2N Tematik. Masa karena seru dan nggak seru, karena nggak bisa jalan-jalan. Ya keleus. Kalau saya ya, saya males ikutan itu at least karena mikir, pelajaran unik apa yang bisa saya dapet dari warga yang tinggal di sekitaran Jakarta. Apa bedanya sama studi lapangan biasa? Nah, bukan karena di bisa jalan-jalan apa nggak.)

Makanya, setelah denger alasan temen nggak tertarik ikut K2N Tematik itu karena seru nggak seru, bisa jalan-jalan atau nggak, keputusan saya jadi bulet banget ikut K2N Tematik. Saya nggak mau berada pada golongan yang sama dengan mereka yang berpikir kayak gitu. Ini sebagai bentuk protes saya. Saya mau tunjukkin, kalo there will be so much reason for them being so regretful cause letting this opportunity go.

Yaudalah intinya, finally setelah berbagai dinamika, cailah, saya ikut K2N Tematik UI, yang pada akhirnya, sebenernya Allah udah mengatur ini semua. Karena mengurus segala paper UAS, ikut beberapa event dalam dan luar kampus, saya jadi tidak sempat menyelesaikan formulir XLFL saya. Hingga akhirnya, hari H deadline datang juga. Yeaaaay welcome the deadline!!!!

Daaan, karena ternyata jadwal para peserta K2N Tematik itu juga sangat-sangat padat, maka saya baru bisa menyelesaikan malam setelah semua peserta K2N pergi bobo. Selain itu juga karena kebetulan tempat tinggal kami tidak terlalu besar, sehingga spot tidur sangat terbatas. Bahkan kakak fasilitator kami pun berbaik hati dengan bersedia tidur di dapur saking tidak ada ruang sedikit pun (huhu Ka Choi dan Ka Pipin :3 Makasih pengorbanannya kak!!) Jadi, saya harus memastikan jika saya tidak mengambil spot tidur orang lain ketika menyelesaikan aplikasi saya, dan yang paling penting, di spot saya tersebut harus ada sinyal internet hahaha. Nah ini dia yang saya bilang kenapa saya bersyukur sekali karena tidak jadi mengikuti K2N Perbatasan. Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, lokasi K2N Perbatasan adalah di ujung-ujung perbatasan Indonesia. Sehingga, jarak tempuh menuju ke sana pun berhari-hari, karena menggunakan kapal laut. Rasanya pasti saya tidak punya energi lagi untuk apply ini itu ketika bertugas K2N disana. Apalagi sinyal! Duh, menurut cerita teman-teman, disana susah sekali mendapatkan sinyal yang lemah sekalipun. Sedangkan, untuk di K2N Tematik, walaupun letaknya di Puncak, namun sinyal internet sudah cukup baik. Walaupun, hanya ada di beberapa spot tertentu, dan pada spot lain sinyalnya hilang. Haha.

Beberapa hari sebelum deadline program XLFL, saya sedikit mempromosikan program ini ke teman-teman peserta K2N Tematik lainnya. Ini yang selalu ingin saya terapkan pada diri saya, berbagi informasi. Saya selalu berusaha untuk men-share setiap informasi entah lomba, beasiswa, youth forum dan segala hal lain yang saya tahu ke orang-orang di sekitar saya. Beberapa orang bertanya, apa saya tidak merasa rugi atau dikhianati (cailah) karena seringnya, yang lolos seleksi bukan saya, tetapi teman-teman yang saya ajak untuk ikut haha. Ah, tapi itu semua tidak penting buat saya, justru itu membuat saya jadi semakin termotivasi. Hem, agak terkesan normatif ya? Tapi begitulah. Saya selalu percaya bahwa setiap orang punya 'momentum'-nya masing-masing. Jika Allah sudah berkehendak, menjadikan sebuah moment sebagai 'momentum'-nya, maka, kita bisa apa selain mengambil pelajaran darinya?

Nah, kembali ke awal, dari beberapa orang yang saya ceritakan tentang program ini, yang tampaknya tertarik adalah Mayang. Dan, jadilah kami berdua menghabiskan menit-menit terakhir hari itu dengan mengisi formulir aplikasi untuk program XLFL Batch II.

Daaaan, bagaimana hasilnya? Tunggu di postingan selanjutnya ya! It has been too long i think.

XL Future Leaders 2nd Batch: The Uncensored Story Part #1

Dan yak, setelah membuat kesal beberapa orang dengan blog berjudul super panjang tapi super nggak penting (Emm, atau justru tidak ada yang kesal, karena memang tidak ada yang mengunjungi. haha. *Lili edisi hopeless*) beberapa menit kemudian, saya pun meng-click compose button lagi haha. But now, i've decided what things i will share first.

Jadi, kali ini saya mau berbagi cerita sedikit tentang program XL Future Leaders (XLFL) yang saya ikuti. Jengejerejeeeeeng, ayo kalian yang lagi baca, heboh-heboh gitu ya sebelum kita menuju tulisan utama. Wuhuuuu wuhuuuu. Oke stop being stupid, Li :)
Sebelumnya, saya mau mengingatkan, cerita saya kali ini kan bukan cerita komersil berbayar ya haha, jadi maaf jika nantinya, isi tulisan justru lebih banyak curhat dan sedikit memberikan informasi. heheu.

Oke, semuanya bermula di kost-an Lita (Nama lengkap: Nurlita Dewi Ramadhani | Kuliah: Vokasi UI 2011 | Status: InsyaAllah jomblo hingga menikah). Jadi, saat itu siang menjelang sore, saya dan beberapa teman lain berkumpul di kost-an Lita untuk rapat program Kampung Banana yang merupakan proyek pemberdayaan masyarakat yang saat itu hingga kini masih berusaha kami kembangkan di Beji, Depok (more info tentang Kampung Banana disini). Saya masih ingat dengan sangat detail, hampir semua teman-teman saya saat itu sibuk membicarakan program XLFL. Ternyata, beberapa dari mereka lolos tahapan seleksi awal dan bersiap untuk seleksi wawancara. Nah, saya yang saat itu nggak tau program XLFL itu apa, hanya diam (tapi menyimak), yaa paling saya nanya-nanya seadanya lah haha. Saya agak sebel juga, kenapa saya bisa nggak dapet kabar sama sekali tentang itu program. Belakangan saya tau, kalo ternyata XL Future Leaders itu adalah program leadership yang diadakan untuk pertama kalinya oleh sebuah provider *piiip*. Nama providernya dirahasiakan ya hahahaha you know lah. Makanya, saya nggak terlalu menyalahkan diri gitu sih, karena nggak tau informasi tentang program ini. Tapi, gimana caranya itu temen geng gaul di Kampung Banana pada tau soal program XLFL? Saya juga nggak tau sih haha. Yang saya tau, begitulah culture kita, setiap ketemu, pasti update event atau lomba hahahahaha.

Singkat cerita, pas udah di rumah, saya langsung cari tau deh tuh info tentang XL Future Leaders. Saya catet segala kontak, website, twitter, dan sebagainya, buat jaga-jaga untuk seleksi tahun depan. Pokoknya saya nggak mau ketinggalan info lagi. Even saat itu, saya pun belom tau banget benefit apa aja yang bisa kita dapet kalo kepilih nanti. Yang penting buat saya, daftar aja. Itu kan program leadership, lolos nggak lolos, there must be priceless values we could get, right? Haha. Sounds ambitious? Oh no, guys! It's what we usually call it as stra-te-gy hahahah.

Setelah masa seleksi program XLFL Batch I selesai, saya ikut berbahagia karena dari geng Kampung Banana, ternyata ada satu orang yang lolos sampai tahap akhir, please welcome..... Irfaaaaaaaaaannnnn!!! Yuhuuuu. Sejujurnya, gue nggak ngerasa amazed banget sih knowing that he passed the selection process. Pertama, karena dia emang cukup kece, kan temen gue di Kampung Banana. Pokoknya anak Kampung Banana itu keren-keren semua haha. Jadi kan kita pernah ikut satu program student development gitu, jadi taulah saya gimana track record dia hahaha. Nah, tapi, setelah denger beberapa kali cerita Irfan tentang program-program XLFL yang kereeen banget, gimana dia dapet pendampingan dari para fasilitator yang merupakan konsultan dari lembaga yang sangat kredibel, gimana kurikulum programnya sangat menyenangkan, gimana metode belajarnya yang fun, gimana dia seleksi via regional Yogya (biar chance-nya lebih gede dari regional Jakarta katanya. which means emang seleksinya ketat banget, bahkan lebih ketat dari leggingnya penyanyi dangdut), dan yang paling penting gimana ikhlasnya XL menginvestasikan banyak fasilitas (HP touch screen, notebook, modem, pulsa) ke para peserta-- fixed banget semua hal itu bikin saya semakin bulat untuk ikut seleksi XL Future Leaders tahun berikutnya.

Yaaak, udah cukup panjang yaa ceritanya. Tapi bahkan, setengah cerita pun belom ini hahaha. Oke, jadi lanjut ke postingan selanjutnya ya.


Tidak Direkomendasikan untuk Dibaca karena Satu dan Lain Hal Tapi Kamu Tetap Boleh Membaca Jika Kamu Memaksa untuk Membaca

Hello, people! And the year has already changed. So fast, huh? But, now we wont talk much about that. So, just leave the time dilemma and get busy with other life stuff dilemmas! Haha
Before that, I want to thank God for once again put Your mercy on me. Ah, Allah, betapa hambamu ini masih jauh jauh jauh dan jauh sekali untuk bisa menjadi hamba kebanggan-Mu. Allah :(( (Tuh, kan air mata menetes). 
Oke, back to my very first intention in opening laptop and accessing blog. Emm, to be honest, i dont have the idea from where should i start this. Because it must be a very long writing (Etapi serius nih bingung mesti mulai darimana) Fiuuh. Then now, my head's overwhelmed by things that has lived very well there. Oke sudahlah ya berkhayalnya.

Jadi begini, saya itu udah banyak bulan nggak nulis blog (err, ngerti nggak maksudnya? haha). So, i'm getting confused then about what things i should shared first. Karena saya mau cerita beberapa keluarbiasaan yang saya alami di tahun sebelumnya in order gitu lhoooo. Tapi, saya kebawa emosi (inget ya, emotion doesnt work only in term of negative aspect) untuk cerita tentang big thing currently happened to me.

Well, kita selesaikan sajalah ya postingan ini. Sebelum ngalor ngidul lebih jauh lagi.
Bye.

*terus antiklimaks* *terus ngeselin*
Haha it's not my fault yaa, judulnya aja ngeselin gitu. pfft.

Samstag, 29. März 2014

Disini.

Disini, di rumah berbatas tembok bata merah dengan sedikit peluran kasar hasil kerja anak buah Pak Lurah. Tak perlu hidup susah-susah. Disini, kamu tak perlu repot mengatur bunyi alarm, toh sahutan alarm tetangga akan sampai bunyinya nanti malam. Tak usah masak makanan enak, tunggu saja aroma masakan tetangga yang mampir barang sejenak.

Nanti

Sejujurnya, saya tidak mau bertindak macam caleg-caleg di luar sana, umbar janji kesana kemari, ditepati belum pasti. Tapi lagi-lagi, saya masih harus berjanji menyelesaikan tulisan saya yang belum selesai nanti-nanti. Sekian bulan tidak bertemu, jari ini kaku juga memijit tuts laptop yang ukurannya membesar ini.

Nah, postingan kali ini memang bukan solusi untuk itu semua. Semua itu, janji-janji yang belum ditepati, cerita-cerita yang terhenti, serta tulisan-tulisan yang menggantung setengah mati. Hanya saja, saya mau kamu tau, bahwa sedikit banyak aku masih peduli. Maka tak apa aku berteduh sejenak disini ya. Sebelum akhirnya benar-benar kembali. Nanti.

Apa kabarmu, Bu?

Maka biarkan semua ceracau burung di luar sana menggema. Aku, kamu, kita, tak perlu ambil pusing karenanya. Anggap saja nyanyian rindu, karena lama mengadu, tapi tak di dengar barang satu waktu. Bicara soal rindu, apa kabarmu, Bu?

Popular posts