Samstag, 11. Mai 2013

Sonntag, 5. Mai 2013

Jadi ceritanya

Jadi ceritanya saya luar biasa bosen dari tadi subuh mantengin laptop buat nyelesain proposal sospro terbaru saya untuk dikirim ke panitia IMC. Makanya sekarang boleh dong, ya, mampir kesini curhat-curhat dikit. haha

Oke, kebetulan saya memang sudah lama memendam keinginan untuk berbagi tentang project terbaru saya ini, namanya Trash me, it works! Movement haha Project ini berawal dari kurang lebih satu tahun yang lalu ketika harga tiket kereta api melonjak bombastis dan kereta ekonomi semakin sulit ditemukan. Then, I decided to be done with my train-life haha apadeh. Intinya, saya memutuskan untuk berpindah ke lain angkutan umum, yaitu angkot! Nah, rumah saya kan di Pejaten Barat, which means saya harus naik angkot dua kali, karena gak ada angkot yang langsung ke Depok dari sana. Maka jadilah setiap pagi saya transit di Pasar Minggu untuk nyambung angkot ke Depok.

Pas awal-awal lewat Pasar Minggu, saya kagum dibuatnya. Sejak saat itu saya sadar bahwa 'salah' kalo orang-orang bilang di Jakarta gak ada gunung. Buktinya, di Pasar Minggu ada banyak banget gunung, bedanya gunung ini tuh gunung sampah -.- Beberapa kali lewat, saya cukup maklum, saat itu saya pikir, Pasar Minggu kan aktifnya dari tengah malam sampe subuh, jadi wajar aja kalo jam segini itu sampah masih bertumpuk. Problema klasik lah, yang jualan gak mau buang sampah di tempatnya karena ngerasa udah bayar uang kebersihan. Tapi kemudian beberapa hari berikutnya siang-siang lewat Pasar Minggu karena kelas siang, gunungan sampah tersebut tetap ada, padahal sampah 'pagi'-nya udah diangkut ke Bantar Gebang. (fyi, di Pasar Minggu itu ada tempat penampungan sampah sementara gitu, sumber sampahnya selain dari Pasar Minggu, juga dari warga se-kecamatan Pasar Minggu. Dan setiap hari, sampah sekitaran pasar dikumpulin dalam dua gelombang, gelombang pagi dan malam, untuk kemudian dikirimlah itu sampah ke TPA Bantar Gebang) jadi ternyata Pasar Minggu yang saya pikir bersih di siang hari itu salah. Karena sesungguhnya Pasar Minggu memang tidak pernah bebas dari sampah. Hahaha *tawa miris* Eh tapi pernah deng satu kali Pasar Minggu bersih dari sampah, waktu menjelang penganugerahan Piala Adipura. Beh, itu yang namanya pasar yang super duper kotor, berubah jadi bersih tidak hanya sampahnya, tapi juga bersih pedagang kaki limanya, lho!

Maaf, kalo pemilihan diksi saya tidak bagus dan pengorganisasian kalimatnya tidak baik, ya, hehe udah ngantuk nih. Intinya pesannya tersampaikan lah yaa haha *excuse

Lanjut. Nah, karena liat pasar minggu yang luar biasa kaya akan sampah itu, dan pedagang-pedagangya yang sangat terbiasa buang sampah dimanapun mereka berada itu, saya sebagai GCC Leader #cailah tergerak untuk membuat perubahan hahaha jengjengjeng saya bikin komunitas pengolahan sampah disitu, yang SDMnya dari masyarakat lokal yang diberdayakan. Tujuannya ya untuk mengurangi volume sampah, karena temen-temen tau gak dari hasil ngobrol panjang lebar saya sama senior TekLing UI, silakan di-follow twitternya @evabeatrix, dia bilang masalah sampah itu bukan lagi soal mudah atau tidaknya terurai, bukan lagi pada dikotomi organik dan nonorganik, karena sebenernya ada konsep yang lebih baru dari itu, yaitu degradable dan nondegradable. But beyond of those conception, the problem of trashes is its volume. Ketika sampah lama belum terolah atau terurai secara alamiah, sampah baru muncul, hingga volumenya sudah tidak terkendalikan. Nah, saya tuh pengen orang-orang, setidaknya dalam skala pasar minggu dulu lah, sadar bahwa lifestyle memproduksi banyak sampah yang mereka biasakan itu merupakan sebuah masalah besar, lho. nah makanya, tujuan saya buat bikin komunitas pengolahan sampah itu bukan sekadar ikut-ikutan gaya hidup go green yang sekarang lagi giat dicanangkan, atau sekadar biar warga ngarti cara ngolah sampah bukan. It's not as simple as that. Lebih dari itu, saya mau konsepsi mereka terhadap sampah itu berubah. saya ingin merubah paradigma mereka tentang tanggung jawab pengelolaan sampah. Nah berhubung based on assessment saya kebanyakan pedagang disana memiliki latar belakang pendidikan yang tidak cukup memadai, saya melihat merubah paradigma itu tidak hanya cukup dengan sosialisasi ke pedagang, diskusi, dan sebagainya. Tapi harus ada sesuatu yang menarik mereka untuk berbuat demikian.

Akhirnya, saya memutuskan bahwa untuk merubah konsepsi masyarakat tentang sampah, mereka harus kita perkenalkan dulu dengan sampah dan kita perlihatkan 'keuntungan nyata' yang akan mereka dapatkan. Karena saya pernah baca di buku intervensi komunitas-nya Prof. Isbandi, katanya masyarakat akan cenederung tertarik dengan sesuatu yang terlihat jelas keuntungannya di mata mereka. Maka jadilah saya memilih untuk mendirikan komunitas pengolahan sampah, dengan harapan dari sana masyarakat akan paham bahwa sampah jika diberi nilai tambah akan bernilai jual tinggi. sehingga harapannya mereka akan lebih menghargai sampah dan gak buang sampah sembarangan.

Fiuh, finally I'm finish telling you about the background of my project. Sorry it is maybe a lil bit irritating your eyes because you'll find so many typos, bahasa amburadul dan acakadul or everything yang adul adul. haha

Anyway, project ini yang mengantarkan saya terpilih sebagai delegasi DKI Jakarta untuk Indonesia Movement Conference. (haha, you know I am so happy for it, although it's neither an international, famous, nor prestigious event, but having been accepted as one of the delegate there means I still have the opportunies to make this project be funded haha which in a broader meaning means my path in realizing this project has been soooo close!) Yeay, because on the D-day I will presentate my proposal about this project di depan dewan juri untuk kemudian dipilih 5 terbaik yang akan dibiayai. Ah bismillah ya. Bismillah.

Oke segitu dulu yaaa, aaaaak maaf tulisannya berantakan haha dadah!

Samstag, 11. Mai 2013

#20

Yes, I'm turning 20!

Sonntag, 5. Mai 2013

Jadi ceritanya

Jadi ceritanya saya luar biasa bosen dari tadi subuh mantengin laptop buat nyelesain proposal sospro terbaru saya untuk dikirim ke panitia IMC. Makanya sekarang boleh dong, ya, mampir kesini curhat-curhat dikit. haha

Oke, kebetulan saya memang sudah lama memendam keinginan untuk berbagi tentang project terbaru saya ini, namanya Trash me, it works! Movement haha Project ini berawal dari kurang lebih satu tahun yang lalu ketika harga tiket kereta api melonjak bombastis dan kereta ekonomi semakin sulit ditemukan. Then, I decided to be done with my train-life haha apadeh. Intinya, saya memutuskan untuk berpindah ke lain angkutan umum, yaitu angkot! Nah, rumah saya kan di Pejaten Barat, which means saya harus naik angkot dua kali, karena gak ada angkot yang langsung ke Depok dari sana. Maka jadilah setiap pagi saya transit di Pasar Minggu untuk nyambung angkot ke Depok.

Pas awal-awal lewat Pasar Minggu, saya kagum dibuatnya. Sejak saat itu saya sadar bahwa 'salah' kalo orang-orang bilang di Jakarta gak ada gunung. Buktinya, di Pasar Minggu ada banyak banget gunung, bedanya gunung ini tuh gunung sampah -.- Beberapa kali lewat, saya cukup maklum, saat itu saya pikir, Pasar Minggu kan aktifnya dari tengah malam sampe subuh, jadi wajar aja kalo jam segini itu sampah masih bertumpuk. Problema klasik lah, yang jualan gak mau buang sampah di tempatnya karena ngerasa udah bayar uang kebersihan. Tapi kemudian beberapa hari berikutnya siang-siang lewat Pasar Minggu karena kelas siang, gunungan sampah tersebut tetap ada, padahal sampah 'pagi'-nya udah diangkut ke Bantar Gebang. (fyi, di Pasar Minggu itu ada tempat penampungan sampah sementara gitu, sumber sampahnya selain dari Pasar Minggu, juga dari warga se-kecamatan Pasar Minggu. Dan setiap hari, sampah sekitaran pasar dikumpulin dalam dua gelombang, gelombang pagi dan malam, untuk kemudian dikirimlah itu sampah ke TPA Bantar Gebang) jadi ternyata Pasar Minggu yang saya pikir bersih di siang hari itu salah. Karena sesungguhnya Pasar Minggu memang tidak pernah bebas dari sampah. Hahaha *tawa miris* Eh tapi pernah deng satu kali Pasar Minggu bersih dari sampah, waktu menjelang penganugerahan Piala Adipura. Beh, itu yang namanya pasar yang super duper kotor, berubah jadi bersih tidak hanya sampahnya, tapi juga bersih pedagang kaki limanya, lho!

Maaf, kalo pemilihan diksi saya tidak bagus dan pengorganisasian kalimatnya tidak baik, ya, hehe udah ngantuk nih. Intinya pesannya tersampaikan lah yaa haha *excuse

Lanjut. Nah, karena liat pasar minggu yang luar biasa kaya akan sampah itu, dan pedagang-pedagangya yang sangat terbiasa buang sampah dimanapun mereka berada itu, saya sebagai GCC Leader #cailah tergerak untuk membuat perubahan hahaha jengjengjeng saya bikin komunitas pengolahan sampah disitu, yang SDMnya dari masyarakat lokal yang diberdayakan. Tujuannya ya untuk mengurangi volume sampah, karena temen-temen tau gak dari hasil ngobrol panjang lebar saya sama senior TekLing UI, silakan di-follow twitternya @evabeatrix, dia bilang masalah sampah itu bukan lagi soal mudah atau tidaknya terurai, bukan lagi pada dikotomi organik dan nonorganik, karena sebenernya ada konsep yang lebih baru dari itu, yaitu degradable dan nondegradable. But beyond of those conception, the problem of trashes is its volume. Ketika sampah lama belum terolah atau terurai secara alamiah, sampah baru muncul, hingga volumenya sudah tidak terkendalikan. Nah, saya tuh pengen orang-orang, setidaknya dalam skala pasar minggu dulu lah, sadar bahwa lifestyle memproduksi banyak sampah yang mereka biasakan itu merupakan sebuah masalah besar, lho. nah makanya, tujuan saya buat bikin komunitas pengolahan sampah itu bukan sekadar ikut-ikutan gaya hidup go green yang sekarang lagi giat dicanangkan, atau sekadar biar warga ngarti cara ngolah sampah bukan. It's not as simple as that. Lebih dari itu, saya mau konsepsi mereka terhadap sampah itu berubah. saya ingin merubah paradigma mereka tentang tanggung jawab pengelolaan sampah. Nah berhubung based on assessment saya kebanyakan pedagang disana memiliki latar belakang pendidikan yang tidak cukup memadai, saya melihat merubah paradigma itu tidak hanya cukup dengan sosialisasi ke pedagang, diskusi, dan sebagainya. Tapi harus ada sesuatu yang menarik mereka untuk berbuat demikian.

Akhirnya, saya memutuskan bahwa untuk merubah konsepsi masyarakat tentang sampah, mereka harus kita perkenalkan dulu dengan sampah dan kita perlihatkan 'keuntungan nyata' yang akan mereka dapatkan. Karena saya pernah baca di buku intervensi komunitas-nya Prof. Isbandi, katanya masyarakat akan cenederung tertarik dengan sesuatu yang terlihat jelas keuntungannya di mata mereka. Maka jadilah saya memilih untuk mendirikan komunitas pengolahan sampah, dengan harapan dari sana masyarakat akan paham bahwa sampah jika diberi nilai tambah akan bernilai jual tinggi. sehingga harapannya mereka akan lebih menghargai sampah dan gak buang sampah sembarangan.

Fiuh, finally I'm finish telling you about the background of my project. Sorry it is maybe a lil bit irritating your eyes because you'll find so many typos, bahasa amburadul dan acakadul or everything yang adul adul. haha

Anyway, project ini yang mengantarkan saya terpilih sebagai delegasi DKI Jakarta untuk Indonesia Movement Conference. (haha, you know I am so happy for it, although it's neither an international, famous, nor prestigious event, but having been accepted as one of the delegate there means I still have the opportunies to make this project be funded haha which in a broader meaning means my path in realizing this project has been soooo close!) Yeay, because on the D-day I will presentate my proposal about this project di depan dewan juri untuk kemudian dipilih 5 terbaik yang akan dibiayai. Ah bismillah ya. Bismillah.

Oke segitu dulu yaaa, aaaaak maaf tulisannya berantakan haha dadah!

Popular posts