Mittwoch, 13. November 2013

Ikan Buntal: Alien Laut Pembuat Crop Circle

Oops Oops Oops... Oops Oops Oops...
Oops Fugu Fugu... Oops Fugu Fugu...

Bagi Anda yang merupakan penikmat iklan, pasti familiar dengan kalimat di atas. Ya, potongan kalimat tersebut merupakan jingle sebuah snack biskuit anak-anak dengan merek dagang Oops. Sebelumnya, mungkin saya harus memperingatkan, bahwa tulisan ini bukanlah tulisan berbayar yang berusaha untuk mengiklankan si snack biskuit tersebut. Sebenarnya, saya hanya ingin bercerita tentang biota laut favorit saya yang kebetulan bentuknya mirip dengan si snack biskuit ini. Mungkin beberapa dari Anda masih ingat jika Oops sendiri memiliki beberapa varian rasa, kebetulan karena Oops Fugu ini bentuknya gembung menyerupai ikan buntal, maka dinamakanlah Oops Fugu.
          Kata Fugu sendiri berasal dari Bahasa Jepang yang berarti babi sungai. Orang Jepang biasa menggunakan istilah ini untuk menyebut ikan buntal yang dianggap sebagai babi-nya sungai. Ikan ini biasa hidup di perairan pesisir laut hangat, bahkan jenis-jenis tertentu mampu hidup pada perairan tawar. Umumnya, ikan ini berbentuk menyerupai tornado, dengan mata bulat besar dan kepala yang juga bulat besar namun semakin mengecil ke arah ekornya. Dengan ukuran rata-rata 0.3m – 0,6m, ikan ini dapat menggembung hingga beberapa kali ukuran aslinya. Ikan yang masuk ke dalam famili Tetraodontidae ini juga memiliki struktur gigi yang cukup unik. Empat gigi besarnya melebur menjadi satu hingga membentuk paru yang cukup unik. Kabarnya, beberapa spesies ikan buntal menggunakan paru ini untuk mengeruk batuan dan koral. Sedangkan, beberapa spesies lain menggunakan paruhnya untuk mencungkil berbagai krustasea dan kerang (nationalgeographic.co.id, 2013).
          Ada banyak sekali alasan yang membuat saya jatuh cinta dengan ikan dengan nama latin porcupinefish ini. Salah satunya adalah fakta bahwa kemampuan ikan ini membuntal atau menggembung seperti balon, sebenarnya hanyalah upayanya untuk menutupi kelemahannya dalam berenang yang cenderung lambat dan ceroboh. Dari sini, mungkin kita bisa belajar dari ikan buntal. Daripada meratapi kelemahan, lebih baik fokus dengan kelebihan. Sadar bahwa dirinya lemah dalam berenang—yang membuatnya sulit kabur dari musuh, ikan buntal tidak lantas bersedih, ia mencari cara lain yang membuatnya dapat menghindar dari musuh. Ya, dengan membuntal.
Selain itu, jika ditelisik lebih jauh, ternyata ikan buntal juga memiliki keistimewaan lain. Kalau Anda pernah mendengar berita tentang munculnya crop circle di tengah sawah—yang gosip-nya dibuat oleh alien, ternyata, kita juga dapat menemukan crop circle di dalam laut. Bedanya, untuk crop circle di dalam laut ini, dugaan pelakunya bukanlah alien-alien dengan ufo-nya itu. Melainkan, pembuatnya adalah ikan buntal!

Sumber: www.memobee.com

Fakta ini terungkap ketika tahun 1995, struktur geometris mirip crop circle ditemukan di dasar laut wilayah Pulau Amami, Oshima, Jepang. Disebutkan oleh nationalgeographic.co.id dalam sebuah artikel berjudul “Benarkah Ikan Buntal Pembuat Crop Circle di Dasar Laut”? yang diterbitkan tahun 2013, struktur tersebut tampak rapi dan simetris, terdiri atas bentukan lembah dan puncak. Saat itu, belum diketahui asal usul munculnya crop circle tersebut, apakah alami atau buatan. Hingga akhirnya, sebuah penelitian pada tahun 2011 berhasil mengungkap bahwa struktur tersebut alami, sengaja dibuat oleh pejantan ikan buntal (Torquigener sp) yang berusaha untuk menarik perhatian lawan jenisnya.
Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa proses pembuatan crop circle ini umum dilakukan ikan buntal jantan sebelum melakukan perkawinan. Biasanya, sang buntal betina akan datang ke struktur yang telah dibuat oleh si jantan. Lalu, buntal jantan akan mengejarnya, hingga pada titik tertentu mereka berhenti saling berkejaran, dan terjadilah perkawinan. Buntal betina akan meletakkan telur di bagian tengah struktur geometris ini. Pejantan pun akan bertahan di struktur ini selama paling tidak enam hari. Selanjutnya, sang betina akan tinggal satu menit lalu pergi dan beberapa kali akan menjenguk telur-telurnya tersebut.

Sumber:

Dienstag, 5. November 2013

Coral Reefs Ambassador Competition: Another Way of Being a Hero

Pagi-pagi sekali, pada Kamis (24/10) lalu, lobi Senayan City ramai oleh sekelompok orang dengan barang bawaan yang tak lazim bagi pengunjung mall, seperti tas pakaian besar, koper, dan sebagainya. Mereka adalah rombongan peserta dan panitia pembekalan Coral Reefs Ambassador Competition yang akan diadakan di Pulau Umang Resort pada 24 - 26 Oktober 2013.

Coral Reefs Ambassador Competition merupakan sebuah kompetisi Duta Terumbu Karang bagi siswa SMA dan mahasiswa yang diadakan oleh Indonesia Global Compact Network berkolaborasi dengan Ujungkulon Conservation Society dan Matoa Albarits. Kompetisi ini menantang setiap Duta Terumbu Karang terpilih yang merupakan delegasi dari berbagai universitas di Indonesia untuk mengedukasi lingkungannya tentang arti penting terumbu karang dan usaha penyelamatannya bagi keseimbangan ekosistem kelautan. Lomba ini berjalan sekitar sembilan bulan ke depan dan akan ditutup dengan pameran yang akan diadakan di Senayan City pada bulan Juni 2014. Nantinya, empat peserta terbaik pada kompetisi ini akan mendapatkan hadiah perjalanan ke Taman Nasional Alas Purwo yang berada di ujung timur Pulau Jawa. Selain itu, satu peserta terbaik pada masing-masing kategori SMA dan Universitas juga akan mendapatkan beasiswa penuh untuk berkuliah di PPM Manajemen.

Perjalanan menuju Pulau Umang sendiri memakan waktu kurang lebih delapan jam perjalanan darat ditambah dengan lima belas menit perjalanan laut untuk menyeberang dari Dermaga Sumur ke Pulau Umang menggunakan speedboat. Namun demikian, segala keindahan yang terbentang luas di depan mata seolah membayar segala lelah akibat lamanya perjalanan tersebut. 

"Pulau Umang diliat dari seberang menggoda banget untuk dijelajahi. Pasirnya, langitnya, indah semua!", terang Noviarani Triandana Ayu, salah satu peserta kompetisi ini.

Selama di Pulau Umang, para Duta Terumbu Karang tersebut selain mendapatkan materi pembekalan tentang terumbu karang, mereka juga berkesempatan untuk snorkeling dan melihat langsung terumbu karang yang ada di laut ujung Pulau Jawa tersebut.

"Keren banget terumbu karangnya. Disini (terumbu karangnya--pen) lebih banyak variasi warna dan ikannya dibandingkan sama yang di Kepulauan Seribu.", ujar Putu Pande, Duta Terumbu Karang dari Universitas Indonesia.

Pada hari terakhir rangkaian pembekalan tersebut, peserta kedatangan tamu istimewa dari berbagai lembaga dan perusahaan yang juga ingin menunjukkan kepeduliannya terhadap terumbu karang Indonesia. Dengan bimbingan para Duta Terumbu Karang, perwakilan lembaga dan perusahaan tersebut turun langsung ke pantai untuk melakukan transplantasi terumbu karang yang ada di Pulau Umang. Tidak ketinggalan, Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, pun turut berpartisipasi dalam acara ini.

Dalam nuansa seremonial hari pahlawan ini, mungkin kegiatan di atas bisa kita jadikan inspirasi. Bahwa menjadi pahlawan ternyata tidak melulu berkutat dengan perjuangan di medan perang. Berperan aktif menjaga lingkungan juga bagian dari upaya menerapkan nilai-nilai kepahlawanan, seperti para Duta Terumbu Karang tersebut misalnya.

Maka, sekarang mari bersama singsingkan lengan baju. Pilih bidang apa yang menjadi passion-mu! Lalu berkaryalah disana, menjadi hebatlah disana, tebar inspirasi dimana-mana! Dan jadilah pahlawan kebanggaan semua!


*foto menyusul yaa teman-teman.
** Tulisan juga dimuat disini.

Montag, 4. November 2013

Pahlawan Di Tahun Digit 2000-an

Halo November!
Menapaki bulan November, rasa-rasanya memang tidak lepas dari keriaan hari pahlawan yang akan kita sambut tanggal 10 nanti. Tentunya, sebagai kaum muda, kita memang dituntut untuk lebih dalam memaknai keriaan tersebut. Karena, siap atau tidak, tanggung jawab sebagai pembawa perubahan bagi bangsa itu ada di pundak kita, kawan! Maka, mari berefleksi, sudah sejauh mana sumbangsih kaum muda masa kini dalam upaya membangun bumi pertiwi? Atau, sebenarnya kita masih bertanya-tanya, apa iya bangsa kita masih membutuhkan sosok pahlawan? Lalu, sosok pahlawan seperti apa sebenarnya yang dibutuhkan Indonesia masa kini?

Pada dasarnya, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas sederhana. Sesederhana satu-dua sampah yang berterbangan di pojok lampu merah, atau bunyi klakson yang menggema di langit Jakarta karena kemacetan yang tak tertahankan. Jika dalam keseharian kita masih dapat menemukan hal-hal sederhana tersebut, maka jelas jawabannya, Indonesia masih butuh pahlawan! Indonesia masih butuh mereka yang mau bersama menyebarkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Indonesia masih butuh mereka yang mau membuka mata orang-orang di sekitarnya, bahwa kemacetan sebenarnya buah dari ulah kita sendiri yang enggan berpindah ke transportasi publik karena terlalu nyaman dengan kendaraan pribadi.

Pastinya, di tahun digit 2000-an ini, dengan melihat perkembangan zaman yang luar biasa pesat sekarang, tidak relevan bagi kita untuk tetap berpikir bahwa pahlawan adalah mereka yang gagah membunuh penjajah, bertaruh jiwa dan raga di medan perang, tanpa lupa dengan bambu runcingnya. Hal ini karena musuh yang kita hadapi saat ini bukan lagi musuh-musuh yang bisa mati dengan tembakan peluru atau pun terjangan bambu runcing. Di jaman serba mudah ini, bisa jadi musuh kita adalah diri kita sendiri--dengan rasa malasnya, ketidakpekaannya, dan atribut lain yang membuat kaum muda tidak produktif dan solutif.

Oleh karena itu, kenyataan bahwa Indonesia masih membutuhkan sosok pahlawan, memang telah sama-sama kita sepakati. Namun, jangan lupa juga, bahwa makna pahlawan tersebut juga telah bergeser. Mungkin, ketika jaman dulu ibu-bapak kita bangga bercerita tentang para pahlawan yang gagah di medan perang, kita bisa tunjukkan bahwa berlaga membawa nama Indonesia pada kompetisi internasional adalah juga gagah gaya baru. Ketika pahlawan jaman dulu tak pernah lupa membawa bambu runcingnya, pahlawan masa kini tidak pernah lupa membawa pensilnya yang sudah diraut sampai runcing. Sehingga, akan selalu produktif menulis! Haha.

Intinya, mari berhenti berpikir bahwa isu kepahlawanan macam ini tidak cukup kece untuk dibahas. Juga mari berhenti berimajinasi bahwa pahlawan adalah cerita masa lalu--toh, jika pun ada gambaran pahlawan masa kini, yang muncul adalah tokoh-tokoh manusia (yang menjadi) super karena digigit laba-laba, atau menjadi titisan kelelawar. Karena faktanya, di tahun digit 2000-an ini, Indonesia masih butuh pahlawan-pahlawan muda dengan ide segar dan jiwa besar yang siap bersatu membangun bangsa. Walaupun begitu, jangan dulu berpikir bahwa ini berarti, kita harus membuat suatu terobosan hebat penuh manfaat. Mulai saja dari hal sederhana, karena percayalah, setiap bentuk kecil kebaikan yang kita lakukan, telah menjadikan kita seorang pahlawan--paling tidak bagi lingkungan sekitar.


**Tulisan juga dimuat disini. Waktu IF masih nge-wordpress dan sekarang kita dotcom-ers doong, inspiratorfreak.com

Mittwoch, 13. November 2013

Ikan Buntal: Alien Laut Pembuat Crop Circle

Oops Oops Oops... Oops Oops Oops...
Oops Fugu Fugu... Oops Fugu Fugu...

Bagi Anda yang merupakan penikmat iklan, pasti familiar dengan kalimat di atas. Ya, potongan kalimat tersebut merupakan jingle sebuah snack biskuit anak-anak dengan merek dagang Oops. Sebelumnya, mungkin saya harus memperingatkan, bahwa tulisan ini bukanlah tulisan berbayar yang berusaha untuk mengiklankan si snack biskuit tersebut. Sebenarnya, saya hanya ingin bercerita tentang biota laut favorit saya yang kebetulan bentuknya mirip dengan si snack biskuit ini. Mungkin beberapa dari Anda masih ingat jika Oops sendiri memiliki beberapa varian rasa, kebetulan karena Oops Fugu ini bentuknya gembung menyerupai ikan buntal, maka dinamakanlah Oops Fugu.
          Kata Fugu sendiri berasal dari Bahasa Jepang yang berarti babi sungai. Orang Jepang biasa menggunakan istilah ini untuk menyebut ikan buntal yang dianggap sebagai babi-nya sungai. Ikan ini biasa hidup di perairan pesisir laut hangat, bahkan jenis-jenis tertentu mampu hidup pada perairan tawar. Umumnya, ikan ini berbentuk menyerupai tornado, dengan mata bulat besar dan kepala yang juga bulat besar namun semakin mengecil ke arah ekornya. Dengan ukuran rata-rata 0.3m – 0,6m, ikan ini dapat menggembung hingga beberapa kali ukuran aslinya. Ikan yang masuk ke dalam famili Tetraodontidae ini juga memiliki struktur gigi yang cukup unik. Empat gigi besarnya melebur menjadi satu hingga membentuk paru yang cukup unik. Kabarnya, beberapa spesies ikan buntal menggunakan paru ini untuk mengeruk batuan dan koral. Sedangkan, beberapa spesies lain menggunakan paruhnya untuk mencungkil berbagai krustasea dan kerang (nationalgeographic.co.id, 2013).
          Ada banyak sekali alasan yang membuat saya jatuh cinta dengan ikan dengan nama latin porcupinefish ini. Salah satunya adalah fakta bahwa kemampuan ikan ini membuntal atau menggembung seperti balon, sebenarnya hanyalah upayanya untuk menutupi kelemahannya dalam berenang yang cenderung lambat dan ceroboh. Dari sini, mungkin kita bisa belajar dari ikan buntal. Daripada meratapi kelemahan, lebih baik fokus dengan kelebihan. Sadar bahwa dirinya lemah dalam berenang—yang membuatnya sulit kabur dari musuh, ikan buntal tidak lantas bersedih, ia mencari cara lain yang membuatnya dapat menghindar dari musuh. Ya, dengan membuntal.
Selain itu, jika ditelisik lebih jauh, ternyata ikan buntal juga memiliki keistimewaan lain. Kalau Anda pernah mendengar berita tentang munculnya crop circle di tengah sawah—yang gosip-nya dibuat oleh alien, ternyata, kita juga dapat menemukan crop circle di dalam laut. Bedanya, untuk crop circle di dalam laut ini, dugaan pelakunya bukanlah alien-alien dengan ufo-nya itu. Melainkan, pembuatnya adalah ikan buntal!

Sumber: www.memobee.com

Fakta ini terungkap ketika tahun 1995, struktur geometris mirip crop circle ditemukan di dasar laut wilayah Pulau Amami, Oshima, Jepang. Disebutkan oleh nationalgeographic.co.id dalam sebuah artikel berjudul “Benarkah Ikan Buntal Pembuat Crop Circle di Dasar Laut”? yang diterbitkan tahun 2013, struktur tersebut tampak rapi dan simetris, terdiri atas bentukan lembah dan puncak. Saat itu, belum diketahui asal usul munculnya crop circle tersebut, apakah alami atau buatan. Hingga akhirnya, sebuah penelitian pada tahun 2011 berhasil mengungkap bahwa struktur tersebut alami, sengaja dibuat oleh pejantan ikan buntal (Torquigener sp) yang berusaha untuk menarik perhatian lawan jenisnya.
Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa proses pembuatan crop circle ini umum dilakukan ikan buntal jantan sebelum melakukan perkawinan. Biasanya, sang buntal betina akan datang ke struktur yang telah dibuat oleh si jantan. Lalu, buntal jantan akan mengejarnya, hingga pada titik tertentu mereka berhenti saling berkejaran, dan terjadilah perkawinan. Buntal betina akan meletakkan telur di bagian tengah struktur geometris ini. Pejantan pun akan bertahan di struktur ini selama paling tidak enam hari. Selanjutnya, sang betina akan tinggal satu menit lalu pergi dan beberapa kali akan menjenguk telur-telurnya tersebut.

Sumber:

Dienstag, 5. November 2013

Coral Reefs Ambassador Competition: Another Way of Being a Hero

Pagi-pagi sekali, pada Kamis (24/10) lalu, lobi Senayan City ramai oleh sekelompok orang dengan barang bawaan yang tak lazim bagi pengunjung mall, seperti tas pakaian besar, koper, dan sebagainya. Mereka adalah rombongan peserta dan panitia pembekalan Coral Reefs Ambassador Competition yang akan diadakan di Pulau Umang Resort pada 24 - 26 Oktober 2013.

Coral Reefs Ambassador Competition merupakan sebuah kompetisi Duta Terumbu Karang bagi siswa SMA dan mahasiswa yang diadakan oleh Indonesia Global Compact Network berkolaborasi dengan Ujungkulon Conservation Society dan Matoa Albarits. Kompetisi ini menantang setiap Duta Terumbu Karang terpilih yang merupakan delegasi dari berbagai universitas di Indonesia untuk mengedukasi lingkungannya tentang arti penting terumbu karang dan usaha penyelamatannya bagi keseimbangan ekosistem kelautan. Lomba ini berjalan sekitar sembilan bulan ke depan dan akan ditutup dengan pameran yang akan diadakan di Senayan City pada bulan Juni 2014. Nantinya, empat peserta terbaik pada kompetisi ini akan mendapatkan hadiah perjalanan ke Taman Nasional Alas Purwo yang berada di ujung timur Pulau Jawa. Selain itu, satu peserta terbaik pada masing-masing kategori SMA dan Universitas juga akan mendapatkan beasiswa penuh untuk berkuliah di PPM Manajemen.

Perjalanan menuju Pulau Umang sendiri memakan waktu kurang lebih delapan jam perjalanan darat ditambah dengan lima belas menit perjalanan laut untuk menyeberang dari Dermaga Sumur ke Pulau Umang menggunakan speedboat. Namun demikian, segala keindahan yang terbentang luas di depan mata seolah membayar segala lelah akibat lamanya perjalanan tersebut. 

"Pulau Umang diliat dari seberang menggoda banget untuk dijelajahi. Pasirnya, langitnya, indah semua!", terang Noviarani Triandana Ayu, salah satu peserta kompetisi ini.

Selama di Pulau Umang, para Duta Terumbu Karang tersebut selain mendapatkan materi pembekalan tentang terumbu karang, mereka juga berkesempatan untuk snorkeling dan melihat langsung terumbu karang yang ada di laut ujung Pulau Jawa tersebut.

"Keren banget terumbu karangnya. Disini (terumbu karangnya--pen) lebih banyak variasi warna dan ikannya dibandingkan sama yang di Kepulauan Seribu.", ujar Putu Pande, Duta Terumbu Karang dari Universitas Indonesia.

Pada hari terakhir rangkaian pembekalan tersebut, peserta kedatangan tamu istimewa dari berbagai lembaga dan perusahaan yang juga ingin menunjukkan kepeduliannya terhadap terumbu karang Indonesia. Dengan bimbingan para Duta Terumbu Karang, perwakilan lembaga dan perusahaan tersebut turun langsung ke pantai untuk melakukan transplantasi terumbu karang yang ada di Pulau Umang. Tidak ketinggalan, Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, pun turut berpartisipasi dalam acara ini.

Dalam nuansa seremonial hari pahlawan ini, mungkin kegiatan di atas bisa kita jadikan inspirasi. Bahwa menjadi pahlawan ternyata tidak melulu berkutat dengan perjuangan di medan perang. Berperan aktif menjaga lingkungan juga bagian dari upaya menerapkan nilai-nilai kepahlawanan, seperti para Duta Terumbu Karang tersebut misalnya.

Maka, sekarang mari bersama singsingkan lengan baju. Pilih bidang apa yang menjadi passion-mu! Lalu berkaryalah disana, menjadi hebatlah disana, tebar inspirasi dimana-mana! Dan jadilah pahlawan kebanggaan semua!


*foto menyusul yaa teman-teman.
** Tulisan juga dimuat disini.

Montag, 4. November 2013

Pahlawan Di Tahun Digit 2000-an

Halo November!
Menapaki bulan November, rasa-rasanya memang tidak lepas dari keriaan hari pahlawan yang akan kita sambut tanggal 10 nanti. Tentunya, sebagai kaum muda, kita memang dituntut untuk lebih dalam memaknai keriaan tersebut. Karena, siap atau tidak, tanggung jawab sebagai pembawa perubahan bagi bangsa itu ada di pundak kita, kawan! Maka, mari berefleksi, sudah sejauh mana sumbangsih kaum muda masa kini dalam upaya membangun bumi pertiwi? Atau, sebenarnya kita masih bertanya-tanya, apa iya bangsa kita masih membutuhkan sosok pahlawan? Lalu, sosok pahlawan seperti apa sebenarnya yang dibutuhkan Indonesia masa kini?

Pada dasarnya, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas sederhana. Sesederhana satu-dua sampah yang berterbangan di pojok lampu merah, atau bunyi klakson yang menggema di langit Jakarta karena kemacetan yang tak tertahankan. Jika dalam keseharian kita masih dapat menemukan hal-hal sederhana tersebut, maka jelas jawabannya, Indonesia masih butuh pahlawan! Indonesia masih butuh mereka yang mau bersama menyebarkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Indonesia masih butuh mereka yang mau membuka mata orang-orang di sekitarnya, bahwa kemacetan sebenarnya buah dari ulah kita sendiri yang enggan berpindah ke transportasi publik karena terlalu nyaman dengan kendaraan pribadi.

Pastinya, di tahun digit 2000-an ini, dengan melihat perkembangan zaman yang luar biasa pesat sekarang, tidak relevan bagi kita untuk tetap berpikir bahwa pahlawan adalah mereka yang gagah membunuh penjajah, bertaruh jiwa dan raga di medan perang, tanpa lupa dengan bambu runcingnya. Hal ini karena musuh yang kita hadapi saat ini bukan lagi musuh-musuh yang bisa mati dengan tembakan peluru atau pun terjangan bambu runcing. Di jaman serba mudah ini, bisa jadi musuh kita adalah diri kita sendiri--dengan rasa malasnya, ketidakpekaannya, dan atribut lain yang membuat kaum muda tidak produktif dan solutif.

Oleh karena itu, kenyataan bahwa Indonesia masih membutuhkan sosok pahlawan, memang telah sama-sama kita sepakati. Namun, jangan lupa juga, bahwa makna pahlawan tersebut juga telah bergeser. Mungkin, ketika jaman dulu ibu-bapak kita bangga bercerita tentang para pahlawan yang gagah di medan perang, kita bisa tunjukkan bahwa berlaga membawa nama Indonesia pada kompetisi internasional adalah juga gagah gaya baru. Ketika pahlawan jaman dulu tak pernah lupa membawa bambu runcingnya, pahlawan masa kini tidak pernah lupa membawa pensilnya yang sudah diraut sampai runcing. Sehingga, akan selalu produktif menulis! Haha.

Intinya, mari berhenti berpikir bahwa isu kepahlawanan macam ini tidak cukup kece untuk dibahas. Juga mari berhenti berimajinasi bahwa pahlawan adalah cerita masa lalu--toh, jika pun ada gambaran pahlawan masa kini, yang muncul adalah tokoh-tokoh manusia (yang menjadi) super karena digigit laba-laba, atau menjadi titisan kelelawar. Karena faktanya, di tahun digit 2000-an ini, Indonesia masih butuh pahlawan-pahlawan muda dengan ide segar dan jiwa besar yang siap bersatu membangun bangsa. Walaupun begitu, jangan dulu berpikir bahwa ini berarti, kita harus membuat suatu terobosan hebat penuh manfaat. Mulai saja dari hal sederhana, karena percayalah, setiap bentuk kecil kebaikan yang kita lakukan, telah menjadikan kita seorang pahlawan--paling tidak bagi lingkungan sekitar.


**Tulisan juga dimuat disini. Waktu IF masih nge-wordpress dan sekarang kita dotcom-ers doong, inspiratorfreak.com

Popular posts