Setelah sekian purnama, akhirnya gue nonton di bioskop lagi. Uh, betapa senangnya hati ini. Tapi mahal euy, karena nontonnya di CGV Surabaya. Padahal, biasanya nonton di bioskop lokal Jombang wkwk.
By the way, kali ini gue mau share 'after taste' nonton film Parasite yang lagi ngehits itu. Sejujurnya, gue nggak begitu tertarik nonton drama Korea di bioskop. Prinsip hidup gue adalah: Film yang harus gue tonton di bioskop adalah film Indonesia atau film yang memang super duper recommended to watch. Selebihnya? Yaa di indoxxi aja lah. Hehe
Tapi, ini karena teman-teman di circle pertemanan gue yang baru yang ngajak, dan gue pun ingin merasakan hype-nya nonton bioskop di Surabaya sebagai anak kampung yang baru hijrah ke kota besar, jadi gue manut ajalah.
Oke, jadi sebenernya gue agak kecewa setelah nonton Parasite. Tapi, kekecewaan gue bukan karena filmnya jelek atau nggak berkualitas. Lebih karena, the reality doesnt meet my expectation aja sih. Cuih, gaya bet gue. Sebabnya, gue baca-baca di Twitter kan banyak yang bilang kalo Parasite itu film thriller yang bagus banget. Dan, gue langsung mengasosiasikan thriller itu dengan film-filmnya Dan Brown yang menegangkan dan butuh analisis. Jadilah, gue masuk bioskop dengan menyiap-nyiapkan diri untuk mikir dan deg-degan. Eladalah, sejak awal film sampe pertengahan justru banyak adegan yang bikin gue ngikik.
Semakin film berjalan, gue tetap dengan ekspektasi di kepala yang terus mencari-cari: mana scene-scene menegangkannya? Hadoooh.
Akhirnya, konflik cerita mulai bermunculan satu per satu. Scene-scene menegangkan juga mulai banyak. Tapi tetap, diselingi komedi. Sehingga, sampai di akhir cerita, gue semacam menemukan kehampaan karena apa yang gue cari nggak ketemu. Jadinya kecewa deh. Padahal yang salah bukan filmnya, tapi ekspektasi gue.
Pencarian gue atas sesuatu yang nggak ada itu pun bikin gue lupa untuk mengapresiasi jalan cerita si film. Yang, kalau dipikir-pikir lagi, bagus banget loh. Ceritanya tentang sebuah keluarga miskin, yang sesuai judul filmnya, menjadi 'parasit' bagi keluarga kaya. Kalau kalian nonton, mungkin juga akan sadar betapa proses si keluarga miskin menjadi 'parasit' secara berantai itu menarik banget.
Selebihnya, ada banyak gimmick-gimmick dari film, yang menurut gue memang keren, beberapa masih kurang optimal dan sebenernya bisa di-explore lagi. Eyaak sotoy banget gue. Dan yang paling gue suka adalah, kritik sosialnya terasa banget sih. Bahwa gap si kaya dan miskin itu nyata lho. Dan dari satu isu itu, buntutnya bisa kemana-mana.
Yaa intinya sih menurut gue si Parasite ini kombinasi antara film Thriller dan dark comedy ya. Kalau kalian pengen nonton film yang menegangkan, tapi juga ringan dan bikin ketawa, sok weh, cocok nonton ini. Yang jelas, jangan bayangkan film thriller macam Knowing atau film-film Dan Brown ya.
Selamat nonton!
Rating: 3.5/5
After Taste: Mari belajar untuk tidak menggantungkan ekspektasi pada apapun. Sekalipun pada film.
Samstag, 6. Juli 2019
Abonnieren
Posts (Atom)
Samstag, 6. Juli 2019
Lil's Movie Review: Kombinasi Tawa dan Tegang dari film Parasite
Setelah sekian purnama, akhirnya gue nonton di bioskop lagi. Uh, betapa senangnya hati ini. Tapi mahal euy, karena nontonnya di CGV Surabaya. Padahal, biasanya nonton di bioskop lokal Jombang wkwk.
By the way, kali ini gue mau share 'after taste' nonton film Parasite yang lagi ngehits itu. Sejujurnya, gue nggak begitu tertarik nonton drama Korea di bioskop. Prinsip hidup gue adalah: Film yang harus gue tonton di bioskop adalah film Indonesia atau film yang memang super duper recommended to watch. Selebihnya? Yaa di indoxxi aja lah. Hehe
Tapi, ini karena teman-teman di circle pertemanan gue yang baru yang ngajak, dan gue pun ingin merasakan hype-nya nonton bioskop di Surabaya sebagai anak kampung yang baru hijrah ke kota besar, jadi gue manut ajalah.
Oke, jadi sebenernya gue agak kecewa setelah nonton Parasite. Tapi, kekecewaan gue bukan karena filmnya jelek atau nggak berkualitas. Lebih karena, the reality doesnt meet my expectation aja sih. Cuih, gaya bet gue. Sebabnya, gue baca-baca di Twitter kan banyak yang bilang kalo Parasite itu film thriller yang bagus banget. Dan, gue langsung mengasosiasikan thriller itu dengan film-filmnya Dan Brown yang menegangkan dan butuh analisis. Jadilah, gue masuk bioskop dengan menyiap-nyiapkan diri untuk mikir dan deg-degan. Eladalah, sejak awal film sampe pertengahan justru banyak adegan yang bikin gue ngikik.
Semakin film berjalan, gue tetap dengan ekspektasi di kepala yang terus mencari-cari: mana scene-scene menegangkannya? Hadoooh.
Akhirnya, konflik cerita mulai bermunculan satu per satu. Scene-scene menegangkan juga mulai banyak. Tapi tetap, diselingi komedi. Sehingga, sampai di akhir cerita, gue semacam menemukan kehampaan karena apa yang gue cari nggak ketemu. Jadinya kecewa deh. Padahal yang salah bukan filmnya, tapi ekspektasi gue.
Pencarian gue atas sesuatu yang nggak ada itu pun bikin gue lupa untuk mengapresiasi jalan cerita si film. Yang, kalau dipikir-pikir lagi, bagus banget loh. Ceritanya tentang sebuah keluarga miskin, yang sesuai judul filmnya, menjadi 'parasit' bagi keluarga kaya. Kalau kalian nonton, mungkin juga akan sadar betapa proses si keluarga miskin menjadi 'parasit' secara berantai itu menarik banget.
Selebihnya, ada banyak gimmick-gimmick dari film, yang menurut gue memang keren, beberapa masih kurang optimal dan sebenernya bisa di-explore lagi. Eyaak sotoy banget gue. Dan yang paling gue suka adalah, kritik sosialnya terasa banget sih. Bahwa gap si kaya dan miskin itu nyata lho. Dan dari satu isu itu, buntutnya bisa kemana-mana.
Yaa intinya sih menurut gue si Parasite ini kombinasi antara film Thriller dan dark comedy ya. Kalau kalian pengen nonton film yang menegangkan, tapi juga ringan dan bikin ketawa, sok weh, cocok nonton ini. Yang jelas, jangan bayangkan film thriller macam Knowing atau film-film Dan Brown ya.
Selamat nonton!
Rating: 3.5/5
After Taste: Mari belajar untuk tidak menggantungkan ekspektasi pada apapun. Sekalipun pada film.
By the way, kali ini gue mau share 'after taste' nonton film Parasite yang lagi ngehits itu. Sejujurnya, gue nggak begitu tertarik nonton drama Korea di bioskop. Prinsip hidup gue adalah: Film yang harus gue tonton di bioskop adalah film Indonesia atau film yang memang super duper recommended to watch. Selebihnya? Yaa di indoxxi aja lah. Hehe
Tapi, ini karena teman-teman di circle pertemanan gue yang baru yang ngajak, dan gue pun ingin merasakan hype-nya nonton bioskop di Surabaya sebagai anak kampung yang baru hijrah ke kota besar, jadi gue manut ajalah.
Oke, jadi sebenernya gue agak kecewa setelah nonton Parasite. Tapi, kekecewaan gue bukan karena filmnya jelek atau nggak berkualitas. Lebih karena, the reality doesnt meet my expectation aja sih. Cuih, gaya bet gue. Sebabnya, gue baca-baca di Twitter kan banyak yang bilang kalo Parasite itu film thriller yang bagus banget. Dan, gue langsung mengasosiasikan thriller itu dengan film-filmnya Dan Brown yang menegangkan dan butuh analisis. Jadilah, gue masuk bioskop dengan menyiap-nyiapkan diri untuk mikir dan deg-degan. Eladalah, sejak awal film sampe pertengahan justru banyak adegan yang bikin gue ngikik.
Semakin film berjalan, gue tetap dengan ekspektasi di kepala yang terus mencari-cari: mana scene-scene menegangkannya? Hadoooh.
Akhirnya, konflik cerita mulai bermunculan satu per satu. Scene-scene menegangkan juga mulai banyak. Tapi tetap, diselingi komedi. Sehingga, sampai di akhir cerita, gue semacam menemukan kehampaan karena apa yang gue cari nggak ketemu. Jadinya kecewa deh. Padahal yang salah bukan filmnya, tapi ekspektasi gue.
Pencarian gue atas sesuatu yang nggak ada itu pun bikin gue lupa untuk mengapresiasi jalan cerita si film. Yang, kalau dipikir-pikir lagi, bagus banget loh. Ceritanya tentang sebuah keluarga miskin, yang sesuai judul filmnya, menjadi 'parasit' bagi keluarga kaya. Kalau kalian nonton, mungkin juga akan sadar betapa proses si keluarga miskin menjadi 'parasit' secara berantai itu menarik banget.
Selebihnya, ada banyak gimmick-gimmick dari film, yang menurut gue memang keren, beberapa masih kurang optimal dan sebenernya bisa di-explore lagi. Eyaak sotoy banget gue. Dan yang paling gue suka adalah, kritik sosialnya terasa banget sih. Bahwa gap si kaya dan miskin itu nyata lho. Dan dari satu isu itu, buntutnya bisa kemana-mana.
Yaa intinya sih menurut gue si Parasite ini kombinasi antara film Thriller dan dark comedy ya. Kalau kalian pengen nonton film yang menegangkan, tapi juga ringan dan bikin ketawa, sok weh, cocok nonton ini. Yang jelas, jangan bayangkan film thriller macam Knowing atau film-film Dan Brown ya.
Selamat nonton!
Rating: 3.5/5
After Taste: Mari belajar untuk tidak menggantungkan ekspektasi pada apapun. Sekalipun pada film.
Label:
darkcomedy,
drama,
KoreanMovie,
lilsmoviereview,
parasite,
thriller
Abonnieren
Posts (Atom)
Popular posts
-
Kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya 'berkenalan' dengan YSEALI hingga akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar program ...
-
Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, sejak saya membaca surat rekomendasi yang dibuatkan oleh referee saya, saya memil...
-
Setelah beberapa bulan penantian, finally woro-woro tentang pembukaan pendaftaran seleksi program XL Future Leaders Batch II pun dibuka. K...
-
Sekarang, saya akan berbagi langkah-langkah yang saya lakukan dalam mendaftar program YSEALI Academic Fellowship periode Fall 2018. Ingat, i...
-
Few days ago, i finally happened to visit Gunung Bromo for the very first time! Yay . Seru sekali. Saya pergi rombongan bersama teman-teman...
-
Hai guys! (tampang sok asik) So, it is my second writing. hahah yang sabar ya bacanya. Semoga gak bikin mual. Amiiiin Oke, j...
-
Oops Oops Oops... Oops Oops Oops... Oops Fugu Fugu... Oops Fugu Fugu... Bagi Anda yang merupakan penikmat iklan, pasti familiar denga...
-
Dan yak, setelah membuat kesal beberapa orang dengan blog berjudul super panjang tapi super nggak penting (Emm, atau justru tidak ada yang k...
-
Berbicara tentang nasionalisme, maka kadang pikiran kita akan langsung tertuju pada segala hal yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, ...
-
Sayangnya, kadang orang yang kita sayangi terlalu egois untuk menyadari bahwa dirinya berharga. Setidaknya di mata kita. Sehingga mereka d...