Hidup itu simpel. Bahkan lebih simpel dari kata simpel itu sendiri. Karena menurut gue, dalam hidup yang begini panjang, cuma terbagi jadi dua fase, fase ikhtiar kemudian fase tawakkal. Pada fase ikhtiar, kita cuma butuh usaha dan doa. Sedangkan dalam fase tawakkal (memang agak lebih berat), kita butuh ikhlas, sabar dan pasrah. Karena saking simpelnya, kita gak perlu menyuruh diri kita untuk milih, mau ikhtiar dulu apa tawakkal dulu. Karena urutan di antara keduanya gak bisa dirubah. Misalnya kita maunya tawakkal dulu baru ikhtiar, kan lucu jadinya, masa kita berela dan bersabar dulu baru berusaha. Itulah kenapa pas di awal tadi, gue menggunakan kata penguhubung 'kemudian' untuk memisahkan kedua fase tersebut. Bukan kata 'dan' apalagi 'atau'. Karena kedua fase tersebut sama tapi gak setara jadi gak bisa dirubah gitu urutannya.
Balik lagi ke hidup. Lebih tepatnya hidup gue. Kadang gue wondering gitu, kenapa dengan hidup yang sesimpel itu, gue masih suka ngerasa gak sanggup menjalani hidup? Dan belakangan gue berkesimpulan bahwa manusia, dengan berbagai macam karakternya, suka lupa menjalankan peran yang seharusnya mereka jalani. They tend to do something they want to, not they have to. Contoh gampangnya begini, misalnya lo bakal menghadapi ujian. Beberapa minggu sebelumnya, lo tau kalo lo bakal menghadapi ujian tapi lo malah santai, gak mempersiapkan apapun. Dan mengkambinghitamkan kata 'pasrah'. ''yaa, gue mah PASRAH aja lahya. biarkan takdir yang menentukan hasilnya''. Oh, guys, it's not the time for you to be pasrah. Sebelum ujian berjalan adalah waktu lo utuk ikhtiar. Usaha dan doa sebanyak-banyaknya. Segila-gilanya. Tapi, giliran ujian udah selesai, lo tinggal menunggu hasil, saat untuk pasrah tiba, lo mati-matian berdoa supaya dapet hasil bagus. Yaa logically gak masuk akal aja kan, lo gak ngasih apa-apa tapi minta dikasih. Lo gak berusaha tapi minta hasil memuaskan. Inilah yang gue maksud 'lupa menjalankan peran' tadi. Kita gak tau timing yang tepat kapan harus pasrah kapan harus ikhtiar.
So, intinya jangan lupa peran kita saat ini. dan jangan pernah PASRAH sebelum waktunya.
Maaf ya temen-temen, gue gak bermaksud samasekali untuk menggurui kalian. Gue cuma mau share, siapa tau ada yang feel the same or someone exactly face this situation. Sukses cemans.
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Sonntag, 31. Juli 2011
ikhtiar kemudian tawakkal
Hidup itu simpel. Bahkan lebih simpel dari kata simpel itu sendiri. Karena menurut gue, dalam hidup yang begini panjang, cuma terbagi jadi dua fase, fase ikhtiar kemudian fase tawakkal. Pada fase ikhtiar, kita cuma butuh usaha dan doa. Sedangkan dalam fase tawakkal (memang agak lebih berat), kita butuh ikhlas, sabar dan pasrah. Karena saking simpelnya, kita gak perlu menyuruh diri kita untuk milih, mau ikhtiar dulu apa tawakkal dulu. Karena urutan di antara keduanya gak bisa dirubah. Misalnya kita maunya tawakkal dulu baru ikhtiar, kan lucu jadinya, masa kita berela dan bersabar dulu baru berusaha. Itulah kenapa pas di awal tadi, gue menggunakan kata penguhubung 'kemudian' untuk memisahkan kedua fase tersebut. Bukan kata 'dan' apalagi 'atau'. Karena kedua fase tersebut sama tapi gak setara jadi gak bisa dirubah gitu urutannya.
Balik lagi ke hidup. Lebih tepatnya hidup gue. Kadang gue wondering gitu, kenapa dengan hidup yang sesimpel itu, gue masih suka ngerasa gak sanggup menjalani hidup? Dan belakangan gue berkesimpulan bahwa manusia, dengan berbagai macam karakternya, suka lupa menjalankan peran yang seharusnya mereka jalani. They tend to do something they want to, not they have to. Contoh gampangnya begini, misalnya lo bakal menghadapi ujian. Beberapa minggu sebelumnya, lo tau kalo lo bakal menghadapi ujian tapi lo malah santai, gak mempersiapkan apapun. Dan mengkambinghitamkan kata 'pasrah'. ''yaa, gue mah PASRAH aja lahya. biarkan takdir yang menentukan hasilnya''. Oh, guys, it's not the time for you to be pasrah. Sebelum ujian berjalan adalah waktu lo utuk ikhtiar. Usaha dan doa sebanyak-banyaknya. Segila-gilanya. Tapi, giliran ujian udah selesai, lo tinggal menunggu hasil, saat untuk pasrah tiba, lo mati-matian berdoa supaya dapet hasil bagus. Yaa logically gak masuk akal aja kan, lo gak ngasih apa-apa tapi minta dikasih. Lo gak berusaha tapi minta hasil memuaskan. Inilah yang gue maksud 'lupa menjalankan peran' tadi. Kita gak tau timing yang tepat kapan harus pasrah kapan harus ikhtiar.
So, intinya jangan lupa peran kita saat ini. dan jangan pernah PASRAH sebelum waktunya.
Maaf ya temen-temen, gue gak bermaksud samasekali untuk menggurui kalian. Gue cuma mau share, siapa tau ada yang feel the same or someone exactly face this situation. Sukses cemans.
Balik lagi ke hidup. Lebih tepatnya hidup gue. Kadang gue wondering gitu, kenapa dengan hidup yang sesimpel itu, gue masih suka ngerasa gak sanggup menjalani hidup? Dan belakangan gue berkesimpulan bahwa manusia, dengan berbagai macam karakternya, suka lupa menjalankan peran yang seharusnya mereka jalani. They tend to do something they want to, not they have to. Contoh gampangnya begini, misalnya lo bakal menghadapi ujian. Beberapa minggu sebelumnya, lo tau kalo lo bakal menghadapi ujian tapi lo malah santai, gak mempersiapkan apapun. Dan mengkambinghitamkan kata 'pasrah'. ''yaa, gue mah PASRAH aja lahya. biarkan takdir yang menentukan hasilnya''. Oh, guys, it's not the time for you to be pasrah. Sebelum ujian berjalan adalah waktu lo utuk ikhtiar. Usaha dan doa sebanyak-banyaknya. Segila-gilanya. Tapi, giliran ujian udah selesai, lo tinggal menunggu hasil, saat untuk pasrah tiba, lo mati-matian berdoa supaya dapet hasil bagus. Yaa logically gak masuk akal aja kan, lo gak ngasih apa-apa tapi minta dikasih. Lo gak berusaha tapi minta hasil memuaskan. Inilah yang gue maksud 'lupa menjalankan peran' tadi. Kita gak tau timing yang tepat kapan harus pasrah kapan harus ikhtiar.
So, intinya jangan lupa peran kita saat ini. dan jangan pernah PASRAH sebelum waktunya.
Maaf ya temen-temen, gue gak bermaksud samasekali untuk menggurui kalian. Gue cuma mau share, siapa tau ada yang feel the same or someone exactly face this situation. Sukses cemans.
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Popular posts
-
Kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya 'berkenalan' dengan YSEALI hingga akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar program ...
-
Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, sejak saya membaca surat rekomendasi yang dibuatkan oleh referee saya, saya memil...
-
Setelah beberapa bulan penantian, finally woro-woro tentang pembukaan pendaftaran seleksi program XL Future Leaders Batch II pun dibuka. K...
-
Sekarang, saya akan berbagi langkah-langkah yang saya lakukan dalam mendaftar program YSEALI Academic Fellowship periode Fall 2018. Ingat, i...
-
Few days ago, i finally happened to visit Gunung Bromo for the very first time! Yay . Seru sekali. Saya pergi rombongan bersama teman-teman...
-
Hai guys! (tampang sok asik) So, it is my second writing. hahah yang sabar ya bacanya. Semoga gak bikin mual. Amiiiin Oke, j...
-
Oops Oops Oops... Oops Oops Oops... Oops Fugu Fugu... Oops Fugu Fugu... Bagi Anda yang merupakan penikmat iklan, pasti familiar denga...
-
Dan yak, setelah membuat kesal beberapa orang dengan blog berjudul super panjang tapi super nggak penting (Emm, atau justru tidak ada yang k...
-
Berbicara tentang nasionalisme, maka kadang pikiran kita akan langsung tertuju pada segala hal yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, ...
-
Sayangnya, kadang orang yang kita sayangi terlalu egois untuk menyadari bahwa dirinya berharga. Setidaknya di mata kita. Sehingga mereka d...
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen