Pernah nggak sih lo berada pada masa berat yang sangat super duper berat? Masa dimana rasa-rasanya lo ingin menegasikan semua ketentuan Tuhan, anjuran Tuhan, atau bahkan eksistensitas-Nya. Lo menentang apa yang selama ini lo terima dan lo yakini sebagai sesuatu yang benar. Pikiran lo lepas, menyelidik, menalar hingga ke akar setiap hal. Ketika rasa yang sama-sama kita sebut iman, semacam berguncang, berontak dari tempatnya semula, jatuh pada titik paling lumpuh.
Tapi kemudian, Tuhan dengan segala kuasa-Nya, menyembuhkan luka itu. Meniadakan takaran berat itu. Kita pun semacam terlahir kembali. Dengan semangat berkali lipat. Dengan pundak yang kian siap dengan segala kehendak. Lalu, lo pun semakin sadar, betapa Tuhan begitu menyayangi lo. Betapa kemudian, euforia akan manisnya keimanan kembali membuncah di dada. Namun dengan energi yang bertambah besar dan bertambah besar.
Mungkin memang seperti itu ya hidup. Bersiklus. Sedih senang, susah gampang, suka duka. Termasuk juga keimanan yang kadang naik, sebentar kemudian turun.
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Freitag, 20. Dezember 2013
#3 Kontemplasi
Pernah nggak sih lo berada pada masa berat yang sangat super duper berat? Masa dimana rasa-rasanya lo ingin menegasikan semua ketentuan Tuhan, anjuran Tuhan, atau bahkan eksistensitas-Nya. Lo menentang apa yang selama ini lo terima dan lo yakini sebagai sesuatu yang benar. Pikiran lo lepas, menyelidik, menalar hingga ke akar setiap hal. Ketika rasa yang sama-sama kita sebut iman, semacam berguncang, berontak dari tempatnya semula, jatuh pada titik paling lumpuh.
Tapi kemudian, Tuhan dengan segala kuasa-Nya, menyembuhkan luka itu. Meniadakan takaran berat itu. Kita pun semacam terlahir kembali. Dengan semangat berkali lipat. Dengan pundak yang kian siap dengan segala kehendak. Lalu, lo pun semakin sadar, betapa Tuhan begitu menyayangi lo. Betapa kemudian, euforia akan manisnya keimanan kembali membuncah di dada. Namun dengan energi yang bertambah besar dan bertambah besar.
Mungkin memang seperti itu ya hidup. Bersiklus. Sedih senang, susah gampang, suka duka. Termasuk juga keimanan yang kadang naik, sebentar kemudian turun.
Tapi kemudian, Tuhan dengan segala kuasa-Nya, menyembuhkan luka itu. Meniadakan takaran berat itu. Kita pun semacam terlahir kembali. Dengan semangat berkali lipat. Dengan pundak yang kian siap dengan segala kehendak. Lalu, lo pun semakin sadar, betapa Tuhan begitu menyayangi lo. Betapa kemudian, euforia akan manisnya keimanan kembali membuncah di dada. Namun dengan energi yang bertambah besar dan bertambah besar.
Mungkin memang seperti itu ya hidup. Bersiklus. Sedih senang, susah gampang, suka duka. Termasuk juga keimanan yang kadang naik, sebentar kemudian turun.
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Popular posts
-
Kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya 'berkenalan' dengan YSEALI hingga akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar program ...
-
Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, sejak saya membaca surat rekomendasi yang dibuatkan oleh referee saya, saya memil...
-
Setelah beberapa bulan penantian, finally woro-woro tentang pembukaan pendaftaran seleksi program XL Future Leaders Batch II pun dibuka. K...
-
Sekarang, saya akan berbagi langkah-langkah yang saya lakukan dalam mendaftar program YSEALI Academic Fellowship periode Fall 2018. Ingat, i...
-
Few days ago, i finally happened to visit Gunung Bromo for the very first time! Yay . Seru sekali. Saya pergi rombongan bersama teman-teman...
-
Hai guys! (tampang sok asik) So, it is my second writing. hahah yang sabar ya bacanya. Semoga gak bikin mual. Amiiiin Oke, j...
-
Oops Oops Oops... Oops Oops Oops... Oops Fugu Fugu... Oops Fugu Fugu... Bagi Anda yang merupakan penikmat iklan, pasti familiar denga...
-
Dan yak, setelah membuat kesal beberapa orang dengan blog berjudul super panjang tapi super nggak penting (Emm, atau justru tidak ada yang k...
-
Berbicara tentang nasionalisme, maka kadang pikiran kita akan langsung tertuju pada segala hal yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, ...
-
Sayangnya, kadang orang yang kita sayangi terlalu egois untuk menyadari bahwa dirinya berharga. Setidaknya di mata kita. Sehingga mereka d...
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen