Freitag, 30. Juni 2017

Lil's Book Review: "Aku, Meps, dan Beps" by Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo

Yes, buku kedua dari Reda Gaudiamo yang saya baca setelah Na Willa. Genre-nya masih seputar anak-anak. Sudut pandang utamanya pun masih tokoh anak kecil. Tapi saya nggak bosen bacanya haha

Oke, jadi pertama kali tau buku ini dari instagram-nya POST Santa. Saya langsung jatuh cinta dengan cover-nya. Lucuk dan simple banget! Setelah itu, saya cari-cari deh review-nya, dan ternyata buku tentang anak-anak (beda lho ya sama buku anak-anak). Jujur, saya memang menggandrungi buku-buku ringan, sederhana dan menyenangkan dengan sudut pandang anak-anak. Makanya, ketika tau "Aku, Meps, dan Beps" ini, saya langsung gemes pengen baca.

Ceritanya panjang sampai si buku oranye nan menggemaskan ini sampai ke kosan saya di Nganjuk. Will share about that in a separate post yaks.

Seperti judulnya, buku ini bercerita tentang kehidupan seorang anak kecil dan kedua orang tuanya yang ia panggil Meps dan Beps. Bedanya dengan Na Willa, di buku ini lebih banyak si aku yang monolog tentang hal-hal di sekelilingnya, entah itu hewan peliharaannya, kebiasaan kedua orang tuanya, kartun favoritnya, permainan kesukaan, dan lain-lain. Walaupun begitu, setiap cerita di buku ini tetap nggak membosankan karena disertai dengan interaksi antaranggota keluarga kecil itu yang unik banget.

Bagi saya, hal yang paling menarik dari buku ini -yang baru saya sadari setelah membaca bagian Surat dari Penerbit adalah realita berkeluarga yang secara jujur dituturkan oleh penulis. Misalnya, fakta bahwa Meps adalah seorang ibu yang sibuk, sedangkan Beps semacam stay-at-home dad. Padahal, untuk konteks masyarakat Indonesia, hal tersebut sangat tidak umum dan cenderung dianggap menyimpang dari konsep keluarga ideal Indonesia. Selain itu, Beps juga digambarkan sering terlambat dan begadang bermain kartu sampai pagi. Tipikal bukan ayah idaman yang lazimnya digambarkan di buku-buku banget.

Saya sangat suka kalimat dari penerbit, bahwa buku ini tidak berusaha menjadi contoh ideal bagi para pembaca. Buku ini begini apa adanya, penuturan jujur dari seorang anak kecil atas apa yang ia lihat dan rasakan dari lingkungan sekitarnya.

Ohya, meskipun buku ini menyenangkan, tetap saja buku ini punya hal yang menyebalkan. Halamannya terlalu tipis :( Baru dibaca sebentar sudah habis hiks.

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen

Freitag, 30. Juni 2017

Lil's Book Review: "Aku, Meps, dan Beps" by Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo

Yes, buku kedua dari Reda Gaudiamo yang saya baca setelah Na Willa. Genre-nya masih seputar anak-anak. Sudut pandang utamanya pun masih tokoh anak kecil. Tapi saya nggak bosen bacanya haha

Oke, jadi pertama kali tau buku ini dari instagram-nya POST Santa. Saya langsung jatuh cinta dengan cover-nya. Lucuk dan simple banget! Setelah itu, saya cari-cari deh review-nya, dan ternyata buku tentang anak-anak (beda lho ya sama buku anak-anak). Jujur, saya memang menggandrungi buku-buku ringan, sederhana dan menyenangkan dengan sudut pandang anak-anak. Makanya, ketika tau "Aku, Meps, dan Beps" ini, saya langsung gemes pengen baca.

Ceritanya panjang sampai si buku oranye nan menggemaskan ini sampai ke kosan saya di Nganjuk. Will share about that in a separate post yaks.

Seperti judulnya, buku ini bercerita tentang kehidupan seorang anak kecil dan kedua orang tuanya yang ia panggil Meps dan Beps. Bedanya dengan Na Willa, di buku ini lebih banyak si aku yang monolog tentang hal-hal di sekelilingnya, entah itu hewan peliharaannya, kebiasaan kedua orang tuanya, kartun favoritnya, permainan kesukaan, dan lain-lain. Walaupun begitu, setiap cerita di buku ini tetap nggak membosankan karena disertai dengan interaksi antaranggota keluarga kecil itu yang unik banget.

Bagi saya, hal yang paling menarik dari buku ini -yang baru saya sadari setelah membaca bagian Surat dari Penerbit adalah realita berkeluarga yang secara jujur dituturkan oleh penulis. Misalnya, fakta bahwa Meps adalah seorang ibu yang sibuk, sedangkan Beps semacam stay-at-home dad. Padahal, untuk konteks masyarakat Indonesia, hal tersebut sangat tidak umum dan cenderung dianggap menyimpang dari konsep keluarga ideal Indonesia. Selain itu, Beps juga digambarkan sering terlambat dan begadang bermain kartu sampai pagi. Tipikal bukan ayah idaman yang lazimnya digambarkan di buku-buku banget.

Saya sangat suka kalimat dari penerbit, bahwa buku ini tidak berusaha menjadi contoh ideal bagi para pembaca. Buku ini begini apa adanya, penuturan jujur dari seorang anak kecil atas apa yang ia lihat dan rasakan dari lingkungan sekitarnya.

Ohya, meskipun buku ini menyenangkan, tetap saja buku ini punya hal yang menyebalkan. Halamannya terlalu tipis :( Baru dibaca sebentar sudah habis hiks.

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen

Popular posts