Seperti itu pula yang hamba rasakan atas nikmat tak terkira yang Engkau berikan. Bagai penghiburan atas duka yang kesekian.
Walau, ah, derita hamba tak serupa apalagi setara dengan perinya hati Rasul-Mu. Yang berjuang demi ummat membawa kalimat taubat.
Yang harus menerima kenyataan bahwa orang yang selama ini berbagi bahu menanggung beban, istri tercinta ibu peradaban, harus pergi, menandai akhir segala pengorbanan.
Yang harus menerima takdir bahwa paman setia yang selalu membela tanpa banyak pikir, sudi pasang badan dari mereka yang bersikap pandir, kini hidupnya telah berakhir.
Setidaknya, kisah tersebut selalu menjadi jawaban atas tanya hamba, mengapa sifat-Mu yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang selalu disebut berulang. Karena atas apa pun, Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tak kan Engkau biarkan hamba-Mu hidup dalam malang.
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen