Berada di usia matang seperti saya sekarang, membuat obrolan menjadi semakin monoton. Apapun topik pembukanya, ujungnya pasti soal cinta, jodoh dan nikah. Perubahan status KTP kawan, dari jomblo menjadi 'Kawin', membuat lebih banyak hati menjadi gelisah. Bibir ingin mendesah. Mak, kapan nikah? Aduduh, bosen uwe dengernyah.
Sebenarnya, tak apa merasa deg-degan, tapi jangan sampai khawatir tidak kebagian. InsyaAllah, jodoh, rizki dan mati sudah tertulis takdirnya. Tidak akan tertukar, apalagi kehabisan.
Membicarakan gebetan banyak-banyak tidak lantas membuatmu cepat menikah, yang ada justru kamu jatuh semakin dalam pada kubangan dosa. Begitu pula dengan cinta, menumbuhkannya pada orang yang belum tentu menjadi jodohmu, pada masa yang belum waktunya, tidak membawa manfaat barang sebulir, yang ada justru mubazir. Karena kamu harus membagi-bagi cintamu kepada orang yang tidak berhak, cinta yang seharusnya bisa kamu berikan utuh tanpa cela pada kekasihmu sesungguhnya, yang halal di hadapan-Nya.
Karena, kalau kata Kurniawan Gunadi, mencintai bukan hanya soal waktu, keberanian dan kesempatan. Namun, soal keimanan dan ketaqwaan. Bagi saya, menikah adalah sarana mengakselerasi diri untuk menjadi lebih baik lagi. Menikah adalah wadah melipatganda ibadah. Menikah berarti mewujudkan mimpi-mimpi tentang pengabdian yang lama tertahan. Dan yang tidak kalah penting, menikah adalah melahirkan generasi penerus perjuangan-perjuangan yang belum selesai. Sehingga, modalnya tak cukup hanya cinta, ada ilmunya, ada landasannya.
Makanya, menikah bukan muara, ia hanya gapura. Menuju kesana, tidak boleh tergesa, apalagi dengan persiapan seadanya. Ingat, kita sedang mengejar ridho-Nya.
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Dienstag, 19. Juni 2018
Tentang Menikah
Berada di usia matang seperti saya sekarang, membuat obrolan menjadi semakin monoton. Apapun topik pembukanya, ujungnya pasti soal cinta, jodoh dan nikah. Perubahan status KTP kawan, dari jomblo menjadi 'Kawin', membuat lebih banyak hati menjadi gelisah. Bibir ingin mendesah. Mak, kapan nikah? Aduduh, bosen uwe dengernyah.
Sebenarnya, tak apa merasa deg-degan, tapi jangan sampai khawatir tidak kebagian. InsyaAllah, jodoh, rizki dan mati sudah tertulis takdirnya. Tidak akan tertukar, apalagi kehabisan.
Membicarakan gebetan banyak-banyak tidak lantas membuatmu cepat menikah, yang ada justru kamu jatuh semakin dalam pada kubangan dosa. Begitu pula dengan cinta, menumbuhkannya pada orang yang belum tentu menjadi jodohmu, pada masa yang belum waktunya, tidak membawa manfaat barang sebulir, yang ada justru mubazir. Karena kamu harus membagi-bagi cintamu kepada orang yang tidak berhak, cinta yang seharusnya bisa kamu berikan utuh tanpa cela pada kekasihmu sesungguhnya, yang halal di hadapan-Nya.
Karena, kalau kata Kurniawan Gunadi, mencintai bukan hanya soal waktu, keberanian dan kesempatan. Namun, soal keimanan dan ketaqwaan. Bagi saya, menikah adalah sarana mengakselerasi diri untuk menjadi lebih baik lagi. Menikah adalah wadah melipatganda ibadah. Menikah berarti mewujudkan mimpi-mimpi tentang pengabdian yang lama tertahan. Dan yang tidak kalah penting, menikah adalah melahirkan generasi penerus perjuangan-perjuangan yang belum selesai. Sehingga, modalnya tak cukup hanya cinta, ada ilmunya, ada landasannya.
Makanya, menikah bukan muara, ia hanya gapura. Menuju kesana, tidak boleh tergesa, apalagi dengan persiapan seadanya. Ingat, kita sedang mengejar ridho-Nya.
Sebenarnya, tak apa merasa deg-degan, tapi jangan sampai khawatir tidak kebagian. InsyaAllah, jodoh, rizki dan mati sudah tertulis takdirnya. Tidak akan tertukar, apalagi kehabisan.
Membicarakan gebetan banyak-banyak tidak lantas membuatmu cepat menikah, yang ada justru kamu jatuh semakin dalam pada kubangan dosa. Begitu pula dengan cinta, menumbuhkannya pada orang yang belum tentu menjadi jodohmu, pada masa yang belum waktunya, tidak membawa manfaat barang sebulir, yang ada justru mubazir. Karena kamu harus membagi-bagi cintamu kepada orang yang tidak berhak, cinta yang seharusnya bisa kamu berikan utuh tanpa cela pada kekasihmu sesungguhnya, yang halal di hadapan-Nya.
Karena, kalau kata Kurniawan Gunadi, mencintai bukan hanya soal waktu, keberanian dan kesempatan. Namun, soal keimanan dan ketaqwaan. Bagi saya, menikah adalah sarana mengakselerasi diri untuk menjadi lebih baik lagi. Menikah adalah wadah melipatganda ibadah. Menikah berarti mewujudkan mimpi-mimpi tentang pengabdian yang lama tertahan. Dan yang tidak kalah penting, menikah adalah melahirkan generasi penerus perjuangan-perjuangan yang belum selesai. Sehingga, modalnya tak cukup hanya cinta, ada ilmunya, ada landasannya.
Makanya, menikah bukan muara, ia hanya gapura. Menuju kesana, tidak boleh tergesa, apalagi dengan persiapan seadanya. Ingat, kita sedang mengejar ridho-Nya.
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Popular posts
-
Kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya 'berkenalan' dengan YSEALI hingga akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar program ...
-
Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, sejak saya membaca surat rekomendasi yang dibuatkan oleh referee saya, saya memil...
-
Setelah beberapa bulan penantian, finally woro-woro tentang pembukaan pendaftaran seleksi program XL Future Leaders Batch II pun dibuka. K...
-
Sekarang, saya akan berbagi langkah-langkah yang saya lakukan dalam mendaftar program YSEALI Academic Fellowship periode Fall 2018. Ingat, i...
-
Few days ago, i finally happened to visit Gunung Bromo for the very first time! Yay . Seru sekali. Saya pergi rombongan bersama teman-teman...
-
Hai guys! (tampang sok asik) So, it is my second writing. hahah yang sabar ya bacanya. Semoga gak bikin mual. Amiiiin Oke, j...
-
Oops Oops Oops... Oops Oops Oops... Oops Fugu Fugu... Oops Fugu Fugu... Bagi Anda yang merupakan penikmat iklan, pasti familiar denga...
-
Dan yak, setelah membuat kesal beberapa orang dengan blog berjudul super panjang tapi super nggak penting (Emm, atau justru tidak ada yang k...
-
Berbicara tentang nasionalisme, maka kadang pikiran kita akan langsung tertuju pada segala hal yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, ...
-
Sayangnya, kadang orang yang kita sayangi terlalu egois untuk menyadari bahwa dirinya berharga. Setidaknya di mata kita. Sehingga mereka d...
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen