Kamu bilang kita tidak sama.
Makanya kita tidak boleh berteman.
Ah, aku tidak percaya!
Kamu bilang kita punya banyak perbedaan.
Ah, aku tidak percaya!
Paling-paling, perbedaan kita cuma hobi.
Kamu hobi main basket, aku hobi main bekel.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tinggi badan.
Kamu 169 cm, aku 163 cm.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kesukaan.
Kamu suka abu-abu, aku suka merah jambu.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kulit.
Aku sawo matang, kamu sedikit agak terang.
Paling-paling, perbedaan kita cuma artis idola.
Kamu mengidolakan Andhika Pratama, aku Dorce Gamalama.
Paling-paling, perbedaan kita cuma band favorit.
Aku suka Hijau Daun, kamu suka Green Day.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat makan.
Kamu makan di restoran, aku di warteg.
Paling-paling, perbedaan kita cuma merek sepatu.
Kamu Converse, aku Cibaduyut.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat nongkrong.
Kamu Citos, aku Cimol.
Paling-paling, perbedaan kita cuma makanan kesukaan.
Kamu suka sushi, aku sambel terasi.
Paling-paling, paling-paling, paling-paling...
Dan aku telah membuktikan bahwa kita tidak (terlalu banyak) berbeda.
Buktinya aku mampu menyebutkan setiap perbedaan yang ada.
Karena kita hanya sedikit beda.
*maaf ya, kalo agak aneh tulisannya. intinya sih gue pengen bilang, selama kita selalu ngeliat orang lain beda sama kita, tidak setara dengan kita, derajatnya jauh di bawah kita, maka selama itu pula kita akan melihat segala macam perbedaan tersebut sebagai sebuah batas antara kita dengan teman kita itu untuk tidak bersahabat. Makanya, kenapa kita gak mencoba untuk menggeser sedikit saja sudut pandang kita dari seseorang? Sehingga kita juga bisa ngeliat persamaan-persamaan yang yang ada di diri teman kita dengan diri kita. Selain itu, kita juga bisa lebih menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di diri orang lain. Lagian perbedaan itu indah lagi. Buktinya, apa kerennya Indonesia nanti kalo bentuk pulaunya sama semua? Apa cakepnya warna pelangi kalo isinya cuma satu warna?
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Mittwoch, 22. September 2010
Sedikit Beda
Kamu bilang kita tidak sama.
Makanya kita tidak boleh berteman.
Ah, aku tidak percaya!
Kamu bilang kita punya banyak perbedaan.
Ah, aku tidak percaya!
Paling-paling, perbedaan kita cuma hobi.
Kamu hobi main basket, aku hobi main bekel.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tinggi badan.
Kamu 169 cm, aku 163 cm.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kesukaan.
Kamu suka abu-abu, aku suka merah jambu.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kulit.
Aku sawo matang, kamu sedikit agak terang.
Paling-paling, perbedaan kita cuma artis idola.
Kamu mengidolakan Andhika Pratama, aku Dorce Gamalama.
Paling-paling, perbedaan kita cuma band favorit.
Aku suka Hijau Daun, kamu suka Green Day.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat makan.
Kamu makan di restoran, aku di warteg.
Paling-paling, perbedaan kita cuma merek sepatu.
Kamu Converse, aku Cibaduyut.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat nongkrong.
Kamu Citos, aku Cimol.
Paling-paling, perbedaan kita cuma makanan kesukaan.
Kamu suka sushi, aku sambel terasi.
Paling-paling, paling-paling, paling-paling...
Dan aku telah membuktikan bahwa kita tidak (terlalu banyak) berbeda.
Buktinya aku mampu menyebutkan setiap perbedaan yang ada.
Karena kita hanya sedikit beda.
*maaf ya, kalo agak aneh tulisannya. intinya sih gue pengen bilang, selama kita selalu ngeliat orang lain beda sama kita, tidak setara dengan kita, derajatnya jauh di bawah kita, maka selama itu pula kita akan melihat segala macam perbedaan tersebut sebagai sebuah batas antara kita dengan teman kita itu untuk tidak bersahabat. Makanya, kenapa kita gak mencoba untuk menggeser sedikit saja sudut pandang kita dari seseorang? Sehingga kita juga bisa ngeliat persamaan-persamaan yang yang ada di diri teman kita dengan diri kita. Selain itu, kita juga bisa lebih menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di diri orang lain. Lagian perbedaan itu indah lagi. Buktinya, apa kerennya Indonesia nanti kalo bentuk pulaunya sama semua? Apa cakepnya warna pelangi kalo isinya cuma satu warna?
Makanya kita tidak boleh berteman.
Ah, aku tidak percaya!
Kamu bilang kita punya banyak perbedaan.
Ah, aku tidak percaya!
Paling-paling, perbedaan kita cuma hobi.
Kamu hobi main basket, aku hobi main bekel.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tinggi badan.
Kamu 169 cm, aku 163 cm.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kesukaan.
Kamu suka abu-abu, aku suka merah jambu.
Paling-paling, perbedaan kita cuma warna kulit.
Aku sawo matang, kamu sedikit agak terang.
Paling-paling, perbedaan kita cuma artis idola.
Kamu mengidolakan Andhika Pratama, aku Dorce Gamalama.
Paling-paling, perbedaan kita cuma band favorit.
Aku suka Hijau Daun, kamu suka Green Day.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat makan.
Kamu makan di restoran, aku di warteg.
Paling-paling, perbedaan kita cuma merek sepatu.
Kamu Converse, aku Cibaduyut.
Paling-paling, perbedaan kita cuma tempat nongkrong.
Kamu Citos, aku Cimol.
Paling-paling, perbedaan kita cuma makanan kesukaan.
Kamu suka sushi, aku sambel terasi.
Paling-paling, paling-paling, paling-paling...
Dan aku telah membuktikan bahwa kita tidak (terlalu banyak) berbeda.
Buktinya aku mampu menyebutkan setiap perbedaan yang ada.
Karena kita hanya sedikit beda.
*maaf ya, kalo agak aneh tulisannya. intinya sih gue pengen bilang, selama kita selalu ngeliat orang lain beda sama kita, tidak setara dengan kita, derajatnya jauh di bawah kita, maka selama itu pula kita akan melihat segala macam perbedaan tersebut sebagai sebuah batas antara kita dengan teman kita itu untuk tidak bersahabat. Makanya, kenapa kita gak mencoba untuk menggeser sedikit saja sudut pandang kita dari seseorang? Sehingga kita juga bisa ngeliat persamaan-persamaan yang yang ada di diri teman kita dengan diri kita. Selain itu, kita juga bisa lebih menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di diri orang lain. Lagian perbedaan itu indah lagi. Buktinya, apa kerennya Indonesia nanti kalo bentuk pulaunya sama semua? Apa cakepnya warna pelangi kalo isinya cuma satu warna?
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Popular posts
-
Kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya 'berkenalan' dengan YSEALI hingga akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar program ...
-
Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, sejak saya membaca surat rekomendasi yang dibuatkan oleh referee saya, saya memil...
-
Setelah beberapa bulan penantian, finally woro-woro tentang pembukaan pendaftaran seleksi program XL Future Leaders Batch II pun dibuka. K...
-
Sekarang, saya akan berbagi langkah-langkah yang saya lakukan dalam mendaftar program YSEALI Academic Fellowship periode Fall 2018. Ingat, i...
-
Few days ago, i finally happened to visit Gunung Bromo for the very first time! Yay . Seru sekali. Saya pergi rombongan bersama teman-teman...
-
Hai guys! (tampang sok asik) So, it is my second writing. hahah yang sabar ya bacanya. Semoga gak bikin mual. Amiiiin Oke, j...
-
Oops Oops Oops... Oops Oops Oops... Oops Fugu Fugu... Oops Fugu Fugu... Bagi Anda yang merupakan penikmat iklan, pasti familiar denga...
-
Dan yak, setelah membuat kesal beberapa orang dengan blog berjudul super panjang tapi super nggak penting (Emm, atau justru tidak ada yang k...
-
Berbicara tentang nasionalisme, maka kadang pikiran kita akan langsung tertuju pada segala hal yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, ...
-
Sayangnya, kadang orang yang kita sayangi terlalu egois untuk menyadari bahwa dirinya berharga. Setidaknya di mata kita. Sehingga mereka d...
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen