Montag, 14. Mai 2018

Mandi di Taman

Malam itu, aku mandi di pancuran taman.
Kamu menghampiri, melempar tatap heran.
Aku ketus.
Kusiapkan jawaban singkat-tapi-komprehensif untuk menjelaskan mengapa aku mandi di sana.
Tapi, kamu melempar tanya yang di luar duga.
"Kenapa mandinya masih dengan kaos dan celana?"
Idealnya, kamu bertanya kenapa aku mandi di taman, pikirku.
"Bukan urusanmu.", begitu yang keluar dari mulutku.
Kamu menjawab singkat dengan hanya satu kata 'oh'.
Lalu pergi.
Aku bingung.
Terasa menggantung.
Sial.
"Hei, belum selesai!"
Aku berteriak tidak terima.
"Apanya? Mandinya? Silakan diselesaikan!"
Jawabmu membelakangiku.
Lalu melenggang.
Sedetik kemudian menghilang.
Dalam titik buta kota.
Tanpa menambah sepatah kata.
Huh

***

Air menggenang di depan pintu kost-mu.
Aku dalangnya.
Kaus dan celana basah yang masih melekat di tubuhku penyebabnya.
Aku mengetuk pintu, kasar.
Tapi juga hati-hati.
Khawatir membangunkan ibu kost-mu.
Bukan apa-apa.
Kalau dia bangun, mati aku.
Bisa ditagihnya tunggakan kost-ku.
Kamu keluar.
Berantakan.
Kamu bertanya ada apa.
Aku menjawab dengan kalimat yang sebelumnya ada di pikirku.
"Idealnya, kamu bertanya kenapa aku mandi di taman."
Kamu menghela napas lambat-lambat.
Dan membuang residunya cepat-cepat.
"Karena aku bukan perempuan ideal seperti yang selama ini kamu pikirkan."

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen

Montag, 14. Mai 2018

Mandi di Taman

Malam itu, aku mandi di pancuran taman.
Kamu menghampiri, melempar tatap heran.
Aku ketus.
Kusiapkan jawaban singkat-tapi-komprehensif untuk menjelaskan mengapa aku mandi di sana.
Tapi, kamu melempar tanya yang di luar duga.
"Kenapa mandinya masih dengan kaos dan celana?"
Idealnya, kamu bertanya kenapa aku mandi di taman, pikirku.
"Bukan urusanmu.", begitu yang keluar dari mulutku.
Kamu menjawab singkat dengan hanya satu kata 'oh'.
Lalu pergi.
Aku bingung.
Terasa menggantung.
Sial.
"Hei, belum selesai!"
Aku berteriak tidak terima.
"Apanya? Mandinya? Silakan diselesaikan!"
Jawabmu membelakangiku.
Lalu melenggang.
Sedetik kemudian menghilang.
Dalam titik buta kota.
Tanpa menambah sepatah kata.
Huh

***

Air menggenang di depan pintu kost-mu.
Aku dalangnya.
Kaus dan celana basah yang masih melekat di tubuhku penyebabnya.
Aku mengetuk pintu, kasar.
Tapi juga hati-hati.
Khawatir membangunkan ibu kost-mu.
Bukan apa-apa.
Kalau dia bangun, mati aku.
Bisa ditagihnya tunggakan kost-ku.
Kamu keluar.
Berantakan.
Kamu bertanya ada apa.
Aku menjawab dengan kalimat yang sebelumnya ada di pikirku.
"Idealnya, kamu bertanya kenapa aku mandi di taman."
Kamu menghela napas lambat-lambat.
Dan membuang residunya cepat-cepat.
"Karena aku bukan perempuan ideal seperti yang selama ini kamu pikirkan."

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen

Popular posts